Perubahan karena COVID-19 dan Dampaknya bagi Bisnis

By HafidhPublished 08 Apr, 2020

Siapa pun tidak akan menyangka di tahun 2020 dunia mengalami krisis kesehatan. Ya, COVID-19 atau lebih dikenal dengan Virus Corona menjadi pemicu adanya krisis global. Namun, tak hanya membawa dampak negatif, tapi mendorong transformasi dan berdampak pada berbagai sektor. Ya, perubahan karena Covid-19 terasa nyata di segala bidang!

Apalagi setelah diumumkan sebagai pandemi global, dunia seakan-akan berhenti bernapas dan mengubah jalan hidup, tidak terkecuali bisnis. Sebagai penggerak roda kehidupan, bisnis tiba-tiba mengubah seluruh haluan. Mulai dari proses kerja, strategi bisnis hingga hal-hal paling mendasar seperti interaksi pun berubah.

Tidak semua siap, tapi kebanyakan tidak siap. Bagaimana perubahan karena COVID-19 berdampak bagi bisnis?

Perubahan karena COVID-19 dalam Pola Kerja dan Bisnis

Banyak perusahaan mengalami perubahan, terutama dalam menyesuaikan pola kerja karyawan. Banyak yang belum mempersiapkan model work from home, alternatif atau substitusi bisnis, dan tidak membaca peluang, sehingga berada di ambang kebangkrutan.

Akhirnya, bukan hanya perusahaan yang merugi, efek ganda dan berlapis yang tidak terelakkan pun terjadi. Karyawan diliburkan tanpa dibayar, bahkan beberapa hingga dirumahkan alias PHK, usaha-usaha mikro di sekitar pusat bisnis pun juga terkena imbas. Seolah-olah perubahan karena Covid-19 ini serta dampaknya menjadi sebagai tamparan keras, bukan hanya bagi pemerintah melainkan segala aspek-aspek kehidupan.

Mckinsey menganalisis bahwa setidaknya bisnis akan mengalami tiga perubahan ketika mengalami krisis; depth of disruption, length of disruption, dan juga recovery. Depth of disruption atau kedalaman disrupsi adalah seberapa besar hal-hal yang berubah saat terjadi wabah. Misalnya saja perilaku orang-orang tidak lagi bepergian untuk berwisata ataupun sekedar mencari makan, pengurangan waktu kerja, efisiensi barang-barang yang digunakan sehari-hari.

Perubahan kedua adalah length of disruption, artinya berapa lama perubahan disrupsi itu terjadi berapa lama karyawan akan cuti karena lockdown, berapa lama orang-orang akan menganggur karena kehilangan pekerjaan. Jika dari segi ekonomi dan bisnis misalnya saja grafik volatility yang semakin panjang, atau pelunasan kredit yang diperpanjang seperti yang telah dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Pada saat terakhir, akhirnya bisnis akan mengalami recovery. Pemulihan bisnis terjadi perlahan. Setelah recovery, para pakar bisnis memberi istilah the next normal sebagai perubahan pada setiap sektor seperti industri, bisnis, pemerintahan, pendidikan, dan kesehatan.

Baca juga : Pentingnya Fleksibilitas Kerja Perusahaan Jelang New Normal

Konsumen

COVID-19 sejatinya akan mengubah pola perilaku konsumen. Para pakar meyakini bahwa pascapandemi konsumen tidak hanya eksklusif pada satu kalangan saja. Misalnya saja terkait e-commerce. Sebelumnya e-commerce berlaku bagi orang-orang yang memahami teknologi, kini semua orang akan mulai terbiasa dengan belanja jarak jauh. Bisa dipastikan kebiasaan berbelanja online akan semakin mudah menyentuh kalangan-kalangan pra-perubahan teknologi seperti baby boomers.

Konsumen muda atau millennial yang biasanya hobi berpergian dan nongkrong  juga akan terbiasa di rumah sehingga mungkin saja ada pergeseran perilaku berbelanja konsumen-konsumen muda. Konsumen juga akan cenderung berfokus pada barang-barang yang lebih ekonomis dan sehat karena kebiasaan konsumen pada saat pandemi atau a new norm lebih memperhatikan produk-produk kesehatan. Konsumen juga tidak lagi cenderung memiliki banyak pilihan sehingga bagi pelaku usaha branding akan menjadi pekerjaan rumah terberat pascawabah.

Perubahan karena COVI-19 salah satunya adalah work from home.

Supply Chain

Perusahaan mungkin akan terbiasa dengan demand shock dan juga supply shock. Para pemasok atau perusahan akan berhati-hati dalam mengelola supply chain. Para pemasok akan mengoptimasi biaya terendah untuk komponen-komponen yang kritis apalagi dalam masa pandemi.

Digitalisasi sektor ini akan menjadi lebih besar. Hampir semua sektor bisnis dan supply chain akan memanfaatkan cloud yang datanya dapat dimodifikasi dan diakses oleh siapapun dengan mudah.

Organisasi

Pascapandemi remote working atau work from home akan menjadi hal yang lumrah. Bahkan negara sekelas Jepang yang sangat anti dengan kerja dari rumah akan mulai terbiasa. Orang-orang akan lebih sering bekerja secara kolaboratif dan desentral.

Banyak perusahaan yang akan menaruh perhatian lebih pada manajemen krisis misalnya teknologi, peralatan penunjang pekerjaan, dan yang pasti adalah perusahaan akan dengan cepat mulai terbiasa dengan industri 4.0 atau industri serba internet.

Pemerintah khususnya mungkin akan mempertimbangkan undang-undang terkait wabah terutama untuk sektor industri misalnya jam kerja dan paid leave yang berkaitan dengan pembatasan sosial berskala besar saat pandemi. Undang-undang juga akan berfokus pada penanganan bisnis UMKM.

Baca juga: 4 Tips Work From Home (WFH) Agar Bisnis Sukses dan Produktif

Memulai The Next Normal dari Dalam

COVID-19 tidak bisa dipungkiri sebagai pemicu perubahan dalam segala aspek kehidupan. Seperti dalam ulasan Mckinsey, grafik saat COVID-19 akan curam ke dalam. Namun, setelah mengalami recovery grafik akan lepas landas lebih tinggi dari sebelumnya. Artinya, COVID-19 akan merubah kehidupan ke arah yang lebih baik. Semua orang akan terbiasa dengan hal-hal yang tidak biasa misalnya saja work from home.

Memulai pola the next normal ini, Anda harus menyiapkan diri terlebih pada regulasi dan organisasi perusahaan Anda. Misalnya saja mengelola sumber daya manusia  yang lebih menitikberatkan pada nilai humanis dan juga individual. Salah satunya adalah mengelola SDM dengan software HRIS salah satunya adalah Talenta.

Cari tahu selengkapnya mengenai produk Talenta di website Talenta atau isi formulir berikut ini untuk mencoba demo gratis Talenta secara langsung. Cukup ketuk banner di bawah ini!

 

Hafidh