Apa Itu Micromanagement? Pengertian dan Dampak Negatifnya

Tayang
30 Jan, 2025

Micromanagement dapat membawa dampak buruk bagi karyawan karena seolah-olah mengontrol serta mengawasi kerja karyawan secara berlebihan sehingga menghambat kreativitas dan kinerja mereka.

Bagaimana indikasi seorang pemipin yang micromanage dan bagaimana seharusnya? Simak penjelasannya berikut ini.

Mekari Talenta adalah Software HR terautomasi untuk selesaikan administrasi HR

Apa Itu Micro Management?

Micromanagement adalah gaya kepemimpinan di mana seorang manajer atau atasan terlalu banyak terlibat dalam detail kecil dari pekerjaan bawahannya, sering kali mengawasi dan mengendalikan setiap aspek tugas yang dilakukan.

Manajer yang menerapkan micromanagement cenderung tidak mempercayai kemampuan tim mereka, sehingga merasa perlu untuk memantau, memberi instruksi, dan meninjau pekerjaan secara berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan karyawan merasa kurang dihargai, kehilangan kemandirian, dan terhambat dalam mengambil inisiatif sendiri.

Micromanagement sering muncul di lingkungan kerja karena beberapa alasan, salah satunya adalah kurangnya kepercayaan dari manajer terhadap kemampuan tim mereka. Manajer mungkin merasa bahwa hasil pekerjaan tidak akan sesuai dengan ekspektasi jika mereka tidak ikut campur dalam setiap prosesnya.

Selain itu, tekanan untuk mencapai target yang tinggi atau keinginan untuk mempertahankan standar kualitas tertentu dapat mendorong manajer untuk terus mengawasi dan mengontrol pekerjaan karyawan secara berlebihan.

Di sisi lain, micromanagement juga bisa muncul akibat kurangnya keterampilan kepemimpinan pada manajer. Mereka mungkin tidak memiliki kemampuan delegasi yang baik, sehingga merasa lebih nyaman dengan mengambil kendali penuh atas semua aspek pekerjaan.

Selain itu, dalam beberapa kasus, budaya perusahaan yang kaku dan birokratis juga dapat mendorong praktik micromanagement karena adanya ekspektasi untuk mempertahankan kontrol yang ketat terhadap semua aktivitas.

Baca juga: Panduan Lengkap Campus Hiring: Manfaat, Langkah, dan Tips untuk Perusahaan

Ciri-Ciri Micromanagement

1. Terlalu Banyak Kontrol

Atasan yang menerapkan micromanagement cenderung ingin selalu mengawasi setiap aspek pekerjaan karyawan, bahkan hingga ke detail kecil yang sebenarnya dapat ditangani secara mandiri oleh tim.

Mereka sering kali meminta laporan yang berlebihan, melakukan pemeriksaan terus-menerus, dan sulit memberi ruang bagi karyawan untuk bekerja dengan otonomi. Akibatnya, karyawan bisa merasa tertekan dan kurang percaya diri dalam menyelesaikan tugas mereka.

2. Sulit Mendelegasikan Tugas

Micromanager memiliki kesulitan dalam mendelegasikan tugas karena mereka tidak mempercayai kemampuan timnya sepenuhnya. Mereka lebih memilih untuk mengerjakan sendiri pekerjaan yang seharusnya bisa diserahkan kepada karyawan, karena merasa bahwa orang lain tidak akan dapat melakukannya sebaik mereka.

Sikap ini tidak hanya menghambat pengembangan karyawan, tetapi juga membebani manajer dengan tugas yang seharusnya bisa didistribusikan.

3. Feedback Berlebihan

Micromanager cenderung memberikan terlalu banyak kritik atau instruksi kepada karyawan, bahkan untuk hal-hal yang dianggap sepele. Setiap aspek pekerjaan mendapat perhatian berlebihan, yang bisa membuat karyawan merasa kewalahan dan tidak bebas dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.

Feedback yang terlalu sering dan detail dapat menyebabkan penurunan motivasi karena karyawan merasa tidak memiliki ruang untuk berkembang.

4. Tidak Membiarkan Tim Mengambil Keputusan

Dalam lingkungan micromanagement, semua keputusan, baik besar maupun kecil, harus melalui persetujuan atasan. Hal ini membuat tim menjadi bergantung pada keputusan manajer dan merasa tidak memiliki kendali atas pekerjaan mereka.

Karyawan yang tidak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri akan merasa kurang bertanggung jawab dan kehilangan inisiatif dalam bekerja.

5. Fokus pada Kesalahan Kecil

Micromanager sering kali terlalu fokus pada kesalahan kecil dan mengabaikan gambaran besar dari proyek atau tugas yang sedang berjalan. Alih-alih memberikan solusi untuk meningkatkan produktivitas secara keseluruhan, mereka lebih sering mengkritik detail kecil yang mungkin tidak memiliki dampak signifikan.

Akibatnya, tim bisa merasa terhambat dan kurang fokus pada tujuan utama pekerjaan mereka.

6. Kurangnya Dukungan terhadap Kreativitas

Micromanagement dapat menghambat kreativitas karena atasan cenderung mengontrol cara kerja dan proses yang harus dilakukan tanpa memberi ruang bagi inovasi.

Karyawan yang merasa dikendalikan dalam setiap aspek pekerjaan cenderung ragu untuk menyampaikan ide baru atau mencoba pendekatan yang berbeda, yang pada akhirnya bisa berdampak pada kurangnya inovasi dalam tim.

7. Komunikasi Satu Arah

Salah satu tanda utama micromanagement adalah komunikasi yang bersifat satu arah, di mana manajer hanya memberikan instruksi tanpa benar-benar mendengarkan masukan atau ide dari tim.

Hal ini menciptakan lingkungan kerja yang kurang kolaboratif dan dapat menyebabkan karyawan merasa tidak dihargai. Kurangnya keterbukaan dalam komunikasi juga dapat memperlambat proses kerja dan menghambat pertumbuhan organisasi.

Baca juga: Apa Itu On The Job Training (OJT)? Manfaat dan Tahapan Pelaksanaannya di Tempat Kerja

Efek Negatif Micromanagement Bagi Perusahaan Dan Karyawan

Bagi Karyawan

Menurunkan motivasi dan semangat kerja

Micromanagement membuat karyawan merasa tidak dipercaya dalam menjalankan tugasnya, sehingga motivasi mereka untuk bekerja dengan optimal menjadi berkurang.

Ketika setiap aspek pekerjaan diawasi secara ketat, karyawan cenderung kehilangan inisiatif dan merasa bahwa usaha mereka tidak dihargai, yang pada akhirnya dapat menurunkan semangat kerja secara keseluruhan.

Membatasi kreativitas dan inovasi

Lingkungan kerja yang dikendalikan secara berlebihan oleh micromanager tidak memberikan ruang bagi karyawan untuk berpikir kreatif atau mencoba pendekatan baru dalam menyelesaikan tugas mereka.

Akibatnya, mereka cenderung hanya mengikuti instruksi tanpa berani mengemukakan ide-ide segar yang bisa memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Meningkatkan tingkat stres dan burnout

Karyawan yang selalu diawasi dan diberi banyak arahan detail akan merasa tertekan dan sulit bekerja dengan tenang. Beban psikologis yang ditimbulkan dari tekanan terus-menerus ini dapat menyebabkan stres berkepanjangan dan bahkan burnout, yang berdampak pada kesehatan mental dan fisik karyawan.

Menurunkan kepercayaan diri karyawan

Kurangnya kebebasan dalam mengambil keputusan dan keterbatasan dalam mengembangkan keterampilan membuat karyawan kehilangan rasa percaya diri. Mereka mungkin merasa tidak kompeten atau tidak mampu bekerja tanpa arahan terus-menerus, yang dapat berdampak negatif pada performa dan pertumbuhan karier mereka.

Baca juga: Job Analysis: Kunci untuk Menentukan Peran dan Tanggung Jawab Karyawan

Bagi Perusahaan

Penurunan produktivitas tim

Karena setiap keputusan harus melalui micromanager, proses kerja menjadi lambat dan tidak efisien. Tim akan kesulitan untuk menyelesaikan tugas dengan cepat karena mereka harus menunggu persetujuan atau petunjuk yang mendetail dari atasan, yang akhirnya menurunkan produktivitas secara keseluruhan.

Tingkat turnover karyawan yang lebih tinggi karena karyawan merasa tidak dipercaya

Karyawan yang merasa tidak dipercaya dan tidak memiliki kebebasan dalam bekerja cenderung mencari peluang di tempat lain yang memberikan lebih banyak otonomi.

Hal ini dapat menyebabkan tingkat turnover yang tinggi, sehingga perusahaan harus terus menerus mencari dan melatih karyawan baru, yang pada akhirnya meningkatkan biaya rekrutmen dan pelatihan.

Hubungan kerja yang buruk antara atasan dan bawahan

Micromanagement dapat menciptakan ketegangan dalam hubungan kerja karena karyawan merasa tidak nyaman dan frustrasi dengan pengawasan yang berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan komunikasi yang buruk, rendahnya kepercayaan tim terhadap manajer, serta lingkungan kerja yang kurang harmonis.

Menyebabkan inefisiensi dalam proses kerja karena semua hal harus melalui persetujuan micromanager

Ketika setiap keputusan kecil harus mendapatkan persetujuan dari atasan, proses kerja menjadi terhambat dan tidak fleksibel. Waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk menyelesaikan tugas lebih produktif justru habis untuk proses persetujuan yang tidak perlu, yang pada akhirnya memperlambat pertumbuhan bisnis secara keseluruhan.

Itulah tadi penjelasan lengkap mengenai micromanagement. Tidak dapat dipungkiri bahwa micromanaging memiliki dampak yang buruk meskipun niat awalnya dilakukan untuk kebaikan.

Kemudian jika Anda membutuhkan sebuah sistem yang dapat mengefisiensi proses administrasi HR, Anda juga bisa memanfaatkan software HRIS Mekari Talenta. Mekari Talenta memiliki beragam fitur seperti Attendance Management untuk mengelola dan mengatur kehadiran karyawan, Payroll untuk menghitung dan membayar gaji, hingga Performance Management.

Tertarik mengetahui fitur Mekari Talenta lainnya? Diskusikan kebutuhan Anda bersama tim sales kami dan coba gratis demo aplikasinya sekarang juga.

Image
Jordhi Farhansyah
Penulis yang selama 2 tahun terakhir fokus memproduksi konten seputar HR dan bisnis. Selain menulis, sehari-hari Jordhi juga aktif merawat hobinya di bidang fotografi analog.
WhatsApp Hubungi sales