Insight Talenta 7 min read

Cari Tren rekrutmen HR Terbaru, Perhatikan 7 Fenomena Ini!

By Novia Widya UtamiPublished 07 Nov, 2019

Seperti apa tren rekrutmen HR terbaru tahun ini? Pencarian karyawan dan tenaga baru terus diperlukan guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja pada masa ekspansi bisnis.

Tidak hanya itu, masuknya tenaga kerja baru dapat menjadi tenaga segar untuk terus menjaga gairah kerja yang ada di dalam perusahaan.

Tren rekrutmen HR terbaru sendiri sudah muncul dalam beberapa artikel terkait.

Antara benar dan tidak, nyatanya prediksi ini menjadi acuan bagi HR di banyak negara untuk mengikuti dan menerapkannya dengan harapan untuk mendapat tenaga kerja terbaik untuk perusahaan mereka.

Jika dahulu tren rekrutmen HR yang digunakan adalah berorientasi pada apa yang dibutuhkan perusahaan dan ‘memaksa’ calon karyawan mengikuti apa kemauan perusahaan, lambat laun hal ini bergeser.

Secara umum tren yang kini mulai muncul adalah perusahaan membuat proses rekrutmen menjadi lebih fleksibel, mencari calon karyawan dengan softskill lebih baik.

Tentu saja hal ini muncul bukan tanpa sebab, namun dikarenakan karakter tenaga kerja yang tersedia di pasar juga telah berubah.

Berikut Adalah Tren Rekrutmen HR Terbaru

Berikut Adalah Tren Rekrutmen HR Terbaru

Jika dilihat secara umum, setidaknya terdapat 7 tren rekrutmen HR terbaru yang akan muncul dan diikuti banyak perusahaan.

Apa saja tren tersebut? Apakah pemanfaat HRIS system akan menjadi tren juga?

Pengusaha Memprioritaskan Pengalaman Seleksi dari Calon Karyawan

Secara umum hal ini diterapkan agar dapat menarik ‘bibit unggul’ dari berbagai area yang ada di pasar tenaga kerja.

Dengan penawaran proses seleksi yang menjanjikan pengalaman berkesan, di titik akhir perusahaan dapat dengan lebih leluasa memilih mana kandidat yang terbaik untuk perusahaan.

Penawaran kerja juga tidak selamanya langsung diterima oleh kandidat, maka dari itu, pemberian pengalaman proses seleksi yang berkesan dapat meningkatkan peluang kandidat menerima penawaran kerja yang diberikan perusahaan.

Data menunjukkan sebanyak 38% karyawan yang mengaku mendapat pengalaman seleksi mengesankan cenderung menerima tawaran kerja yang diberikan perusahaan.

Disisi lain sebanyak 62% kandidat yang merasa mendapatkan pengalaman seleksi yang baik akan merekomendasikan perusahaan Anda pada orang lain.

Untuk citra perusahaan sendiri, proses seleksi yang tersusun rapi dan mengesankan akan memberikan nilai tambah untuk citra yang dimiliki.

Sebanyak 87% kandidat mengatakan bahwa proses rekrutmen yang mengesankan dapat benar-benar mempengaruhi apa yang mereka pikirkan mengenai perusahaan Anda.

Jadi jelas, bahwa pengalaman proses seleksi yang mengesankan dapat membawa banyak keuntungan untuk perusahaan Anda.

Baca Juga : Bagaimana Aturan Karyawan Internship atau Magang di Indonesia?

Perusahaan Mencari Softskill

Kemampuan, menjadi satu tolak ukur pasti dalam setiap proses perekrutan tenaga kerja.

Secara alami, perusahaan akan mencari tenaga kerja yang memiliki kemampuan sesuai dengan apa yang diperlukan.

Mungkin beberapa waktu yang lalu kemampuan teknis menjadi fokus utama.

Namun semakin hari, softskill telah mulai menggeser prioritas tersebut pada tren rekrutmen HR terbaru.

Ini menyebabkan perubahan pada iklim perekrutan tenaga kerja.

Diprediksi pada dunia bisnis kedepan, kemampuan untuk beradaptasi, bekerja bersama tim, berkolaborasi dan komunikasi yang baik akan menjadi kunci dari suksesnya setiap perusahaan.

Memang tidak bisa dikesampingkan untuk kemampuan teknis, namun demikian banyak perusahaan yang menganggap lebih mudah mengajarkan kemampuan teknis daripada softskill seperti yang disebutkan sebelumnya.

Antara 2020 hingga 2030, diprediksi industri akan kekurangan tenaga kerja dengan skill tersebut sebanyak 26%.

Defisit ini tentu cukup mengkhawatirkan, mengingat tidak mungkin perusahaan dijalankan tanpa faktor manusia yang memiliki emosi secara alami.

Untuk bidang teknis, mungkin otomatisasi dan masuknya teknologi robot dapat membantu banyak.

Tapi di bidang yang memerlukan emosi manusia dan softskill lainnya? Manusia tentu belum dapat digantikan.

Data yang menguatkan asumsi bahwa bagian teknis dapat dibantu, atau bahkan digantikan oleh mesin, dilansir oleh penelitian yang disusun oleh McKinsey.

Sebanyak 25-46% pekerjaan yang kini ada di Australia bisa diotomatisasi dengan menggunakan mesin dan AI.

Mau tidak mau perusahaan harus menyadari bahwa softskill akan menjadi ‘mata uang’ baru dalam dunia rekrutmen karyawan.

Baca Juga : Penting bagi HR, Ini Panduan Lengkap UU Ketenagakerjaan

Merekrut Tenaga dengan Kemampuan Analisa

Kemampuan analisa data menjadi kemampuan krusial belakangan ini.

Hal ini disebabkan karena penggunaan teknologi pengelolaan SDM atau Sumber Daya Manusia sudah mulai meluas, dan analisa pada data yang didapatkan dari proses pengumpulan data sangat penting agar mendapatkan dasar kuat perumusan kebijakan.

Akan menjadi tidak berguna bukan jika data yang didapatkan sangat lengkap namun tidak didukung dengan kemampuan mengolah data tersebut?

Sebanyak 71% orang menyatakan bahwa analisa data mengenai SDM yang dimiliki penting, namun hanya sebesar 9% yang benar-benar mampu memanfaatkan data tersebut dengan analisa yang tepat. Terdapat gap yang sangat jauh terlihat pada data tersebut.

Ini mengapa kemampuan analisa data yang dimiliki seorang calon tenaga kerja sangat penting untuk dimiliki.

Kemampuan ini biasanya akan mengacu pada penetapan metriks atau ukuran dari data yang akan didapat.

Dengan ukuran yang tepat, maka analis dapat mengolah data tersebut menjadi sebuah output yang optimal.

Tren rekrutmen HR terbaru yang satu ini perlu menjadi perhatian besar bagi Anda yang memiliki atau mengelola perusahaan.

Sebab dengan mendapatkan dan memiliki karyawan dengan kemampuan analisa yang baik, Anda akan memiliki investasi jangka panjang yang bernilai besar dalam bentuk manusia.

Baca Juga : Tren Rekrutmen Terkini HR Perusahaan Manufaktur

Cara Strategis Rekrutmen Pada Tren Rekrutmen HR Terbaru

Tidak hanya menyoal pada calon tenaga kerja yang akan dijaring, pengelolaan HR perusahaan juga terkait pada metode atau cara dalam melakukan rekrutmen itu sendiri.

Peran dari tenaga perekrut telah bergeser, yang tadinya mengandalkan pertemuan langsung, kini menjadi lebih tech-enabled dengan mengandalkan bantuan teknologi.

Dari sisi efektivitas dan efisiensi, tentu penggunaan teknologi baru dalam rekrutmen akan menghemat banyak waktu dan tenaga.

Misalnya saja, Anda tak perlu mengosongkan waktu secara khusus untuk melakukan pertemuan dengan kandidat yang Anda miliki.

Tanpa maksud tidak menghargai kandidat yang ada, namun atas nama efektivitas proses, kesederhanaan dan kecepatan menjadi yang utama.

Salah satu penggunaan teknologi baru adalah wawancara dengan menggunakan bantuan media elektronik, secara spesifik melalui layanan komunikasi video.

Vieple, salah satu penyedia layanan ini, menyatakan ada pertumbuhan pesat pada metode wawancara kerja dengan menggunakan bantuan media tersebut.

Pada 2012 tercatat penggunaan layanan Vieple sebesar 7% saja. Namun pada 2019 angkanya meningkat menjadi 52%.

Ini menunjukkan bahwa penggunaan metode wawancara ini mulai diadaptasi dan menjadi prosedur baru yang digunakan banyak perusahaan.

Dalam proses adaptasi dan menentukan cara strategis untuk rekrutmen bukan berarti tanpa resiko.

Eksperimen yang dilakukan akan selalu disertai dengan tantangan resiko serta peluang.

Ini mengapa diperlukan pengamatan mendalam pada metode yang akan digunakan agar mendapatkan hasil maksimal.

Baca Juga : Tips Jalani Rekrutmen saat PSBB Karena Pandemi COVID-19

Citra Meyakinkan dari Perusahaan Menarik Kandidat Lebih Berkualitas Akan Menjadi Tren Rekrutmen HR Terbaru

Pencarian kandidat karyawan bukan tanpa persaingan.

Banyak sekali perusahaan yang mencari tenaga kerja berkualitas tepat pada segmen yang perusahaan Anda butuhkan.

Salah satu cara yang dapat meningkatkan daya tarik perusahaan adalah dengan meningkatkan citra baik perusahaan di pasar tenaga kerja.

Percayakah Anda bahwa perusahaan dengan citra baik memiliki kesempatan 50% lebih besar mendapatkan kandidat yang berkualitas dan memiliki biaya perekrutan secara total 50% lebih murah?

Sebesar itu nilai citra baik perusahaan, ini mengapa banyak sekali perusahaan yang berlomba membuat citra baik atas dirinya sehingga mendapatkan perhatian lebih besar dari calon tenaga kerja.

Pada penelitian yang dilakukan oleh LinkedIn, data menunjukkan sebanyak 75% pencari kerja lebih mempertimbangkan citra perusahaan sebelum memasukkan lamaran kerja.

Nilai ini semakin menguatkan betapa pentingnya citra perusahaan, tidak hanya untuk bisnis dan pemasaran namun juga untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas.

Pada konteks pasar tenaga kerja generasi milenial dan generasi Y, hal ini bahkan lebih relevan.

Diungkapkan oleh Gerard Ward selaku CEO Vieple bahwa :

‘As digital natives, millenials have grown up researching reviews as their default mechanism before making decision. They’ve got their eyes wide open and they’re not interested in a controlled marketing exercise, it’s about real-life.’

Baca Juga : Tahapan Pelatihan Karyawan Perusahaan, Pahami dan Praktekkan

Tren rekrutmen HR Terbaru Perlu Talent Pool yang Sehat

Idealnya setiap perusahaan memiliki kolam bakat yang dikelolanya seiring berjalannya waktu.

Kolam bakat adalah satu ruang dimana perusahaan memiliki akses pada kemampuan tenaga kerja internal, untuk sewaktu-waktu dipindahkan atau dirotasi ketika ada bagian yang memerlukan tenaga baru atau tambahan.

Kolam bakat ini sendiri tidak hanya diisi oleh karyawan internal, namun juga tenaga kerja kontrak dan freelance serta tenaga kerja jenis lain.

Pengelolaannya sangat penting agar perusahaan dapat tetap menjaga dinamika internal yang ada dan memiliki kualitas karyawan yang merata.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas karyawan tidak mungkin disamaratakan.

Namun jika suatu saat perusahaan membutuhkan tenaga baru di satu bagian, akan jauh lebih masuk akal untuk memindahkan karyawan daripada merekrut dan membuat info lowongan pekerjaan bukan?

Mungkin beberapa dari Anda yang membaca pernyataan tersebut tidak setuju karena banyak karyawan yang telah memiliki keahlian spesifik.

Namun demikian, data menunjukkan bahwa untuk mencapai performa yang sama dengan tenaga internal yang dipindah, rekrutan dari luar memerlukan waktu 3 tahun lebih lama.

Ini bukan waktu yang sebentar. Survey yang dilakukan oleh Deloitte menunjukkan bahwa mobilitas internal sangat penting, dan mencatatkan angka 76% dalam jawaban yang didapatkan dari pihak manajerial.

Bahwak 20% diantaranya berpendapat bahwa rotasi internal ini menjadi satu dari tiga masalah utama di perusahaan.

Pengelolaan yang baik, flow karyawan yang ada di dalamnya serta pengembangan karyawan yang masuk dalam talent pool menjadi penting agar perusahaan tetap memiliki fleksibilitas ketika diperlukan atau saat mendadak.

Akan jauh lebih cepat memberikan job-desc atau job description baru pada karyawan yang dimiliki daripada karyawan yang sama sekali baru bukan?

Pemahaman pada budaya perusahaan menjadi poin terbesar pertimbangan ini.

Karyawan yang sudah bekerja di perusahaan Anda akan melakukan adaptasi lebih cepat meskipun bidang yang diberikan sama sekali baru.

Baca Juga : Perbedaan HRD Dan Personalia Adalah?

Kematangan AI Masih Perlu Waktu

Teknologi AI akan menjadi tren rekrutmen HR terbaru. Tidak sedikit pelaku usaha dan bagian HR yang berharap pada keberadaan AI dalam membantu pekerjaannya.

Secara praktis, AI memang terbukti dapat membantu banyak pekerjaan di setiap bagian.

Penyederhanaan proses, otomatisasi dan adaptasi data yang dilakukan AI banyak memberikan harapan sehingga angka hasil survey ekspektasi terhadap AI berada pada tingkat tinggi.

Namun demikian seiring berjalannya waktu, ternyata teknologi AI yang kini ada masih perlu banyak pengembangan.

Hal ini ditunjukkan dengan penurunan hasil survey yang didapat dari pelaku usaha.

Pada tahun 2017, survei yang diadakan Deloitte menunjukkan angka 57%, dimana responden menyatakan kepercayaannya bahwa teknologi kognitif dapat mengubah bisnis yang mereka miliki dalam 3 tahun kedepan.

Angka ini menurun menjadi 37%, cukup drastis pada tahun 2018. Ini menunjukkan kapasitas dan kemampuan AI belum dapat memenuhi ekspektasi yang ada pada pelaku bisnis.

Kepercayaan pada penggunaan AI sebenarnya masih cukup tinggi.

Sebanyak 23% profesional di bidang HR menyatakan bahwa dengan bantuan AI proses rekrutmen dan pencarian tenaga kerja dapat sangat meningkat kualitasnya.

Dengan kehadiran teknologi HRIS berbasis AI, HR dapat fokus pada pencarian softskill yang secara langsung dapat dilihat ketika wawancara alih-alih harus melihat banyak berkas mengenai deskripsi umum dan kemampuan teknis yang dimilikinya.

Tren rekrutmen HR terbaru di atas memang sudah mulai terasa belakangan ini.

Perubahan iklim dan metode dalam mencari tenaga kerja terbukti cukup ampuh untuk menghadapi membludaknya tenaga kerja di pasaran.

Meski demikian, adaptasi yang dilakukan tentu harus tetap dicermati agar tidak melenceng dari nilai utama perusahaan.

Novia Widya Utami