Insight Talenta 11 min read

5 Tren HR di 2023 yang Akan Berdampak Baik di Perusahaan

By Jordhi FarhansyahPublished 04 Jan, 2023 Diperbarui 20 Maret 2024

Bagaimana kira-kira tren di dunia HR perusahaan dapat berkembang memasuki tahun 2023?

Mendekati tiga tahun pasca adanya pandemi Covid-19, dunia kerja banyak mengalami transformasi.

Perusahaan dan para pekerjanya dipaksa beradaptasi dengan keadaan agar roda ekonomi terus berputar, mulai dari banyak terjadi PHK, banyak yang resign, resesi, hingga fenomena quiet quitting.

Ini menunjukkan bahwa tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi selanjutnya.

Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk terus menciptakan lingkungan kerja fleksibel dan mudah beradaptasi.

Hal ini bisa dimulai dari hal yang paling sederhana, yaitu HR.

Tahun 2023 adalah tahun yang baik bagi HR untuk kembali ke dasar dan mulai memahami apa saja yang dapat memotivasi dan mendorong keterlibatan karyawan.

Untuk itu, mendengarkan apa kata mereka menjadi sangat penting untuk mengubah sistem HR jadi lebih baik lagi.

Lewat artikel ini, Mekari Talenta akan membahas mengenai apa yang akan menjadi tren HR di tahun 2023 dan bagaimana perusahaan dapat mempersiapkan hal tersebut.

Tren HR ini diambil berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Humanforce.

Hal yang akan dibahas meliputi:

  • Hal yang menjadi motivasi karyawan di lingkungan kerja
  • Bentuk baru dari benefit karyawan
  • Bagaimana perusahaan yang memiliki pendekatan humanis akan bertahan
  • Pentingnya peran teknologi untuk meningkatkan pengalaman kerja yang baik

Berikut ini adalah beberapa tren HR di tahun 2023 yang bisa Anda pelajari dan aplikasikan di perusahaan.

Tren HR 2023 Ke 1: Masukan dari Karyawan akan Membentuk Pengalaman Mereka di Tempat Kerja

tren hr 2023

Tiga tantangan tersulit yang kini dihadapi oleh HR adalah bagaimana mempertahankan karyawan, menarik kandidat yang cocok dengan perusahaan, dan karyawan yang tidak mau terlibat lebih jauh dengan perusahaannya.

Poin terakhir adalah salah satu poin penting yang perlu diatasi oleh perusahaan.

Karyawan yang melibatkan dirinya lebih banyak di perusahaan akan secara sukarela bekerja melebihi ekspektasi.

Mereka adalah orang-orang yang akan berinovasi dan memberikan dampak baik terhadap bisnis perusahaan secara keseluruhan.

Hal ini tidak bisa dicapai jika perusahaan tidak menyediakan pengalaman kerja yang penuh arti untuk karyawannya.

Ketika ada kesempatan untuk karyawan mendapatkan perusahaan yang memberikan pengalaman tersebut, cocok dengan nilai-nilai yang dipegang mereka, dan tentunya gaji serta benefit yang lebih baik, karyawan tidak akan ragu untuk meraih kesempatan tersebut.

Ini mungkin bukan hal yang mudah untuk memperbaiki lingkungan kerja yang lebih ideal, tetapi ada beberapa hal yang bisa dilakukan.

Jawaban untuk meningkatkan engagement karyawan di perusahaan ada tiga:

  • Dengarkan karyawan Anda
  • Hargai masukan mereka
  • Libatkan mereka pada setiap keputusan yang berpengaruh terhadap pengalaman bekerja.

Poin terakhir adalah poin yang penting tapi kerap dilupakan oleh banyak pemilik bisnis.

Untuk menciptakan kultur kerja yang baik, idealnya harus mendengar masukan dari karyawan, bukan dari sesuatu yang diinstruksikan begitu saja lewat HR.

Kemudian Gartner di tahun 2022 menyebutkan bahwa melibatkan karyawan dalam hal ini akan berpengaruh pada pertumbuhan bisnis yang baik.

Perubahan ini mereka sebut sebagai open-source change dan ini adalah perbedaannya dengan top-down change sebagaimana yang selama ini umum dijalankan.

 

Top-Down Change Open-Source Change
Persiapan strategi dan perubahan kebijakan perusahaan Manajemen yang menyiapkan perubahan kebijakan Melibatkan karyawan untuk membantu manajemen dalam memutuskan kebijakan
Merencanakan implementasi Pemimpin adalah pemilik rencana dan menunjukkan apa yang harus dilakukan karyawan Karyawan juga menjadi pemilik perencanaan perubahan
Komunikasi dan mempertahankan perubahan Manajemen sosialisasikan kebijakan. Karyawan membahas secara terbuka tentang sosialisasi perubahan kebijakan.

 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gartner, perusahaan yang mengimplementasi penentuan keputusan lewat open-source change ini 14 kali lebih besar untuk meraih kesuksesan dalam perubahan yang mereka lakukan.

Kemudian, tingkat risiko karyawan yang terdampak oleh adanya perubahan yang terjadi juga menurun sebesar 29%.

Terakhir, karyawan yang memutuskan untuk bertahan di perusahaan juga meningkat sebesar 19%.

Ketika karyawan memiliki suara dan mampu memberikan saran untuk sebuah peningkatan juga dapat mempengaruhi engagement.

Proses ini menjadi satu roda yang terus berputar untuk membuat perusahaan terus berkembang dan memiliki lingkungan kerja yang semakin baik.

Jadi alih-alih membuat keputusan yang sifatnya top-down, mendengarkan masukan karyawan juga akan memberikan perusahaan sebuah umpan balik bersifat bottom-up yang lebih baik.

Ini juga menunjukkan sebuah upaya untuk memanusiakan seorang karyawan yang akan membentuk rasa aman secara psikologis.

Efeknya, mereka bisa leluasa menyampaikan pendapatnya tanpa takut ditegur.

3 Cara agar Perusahaan Bisa Menangkap Feedback Karyawan Lebih Baik

Berikut penjelasannya.

Diskusi rutin antara manajer dan karyawan

Survei engagement yang diadakan satu atau dua tahun sekali memang penting untuk perusahaan, tapi diskusi yang terjadi antara manajer dan karyawan mampu menangkap feedback mereka lebih baik, baik itu saat 1 on 1 atau diskusi dengan satu tim penuh.

Bahkan untuk karyawan lapangan sekali pun, meeting antar tim mampu meminimalisir risiko karyawan yang tidak engage dengan perusahaan.

Perusahaan akan mendengar feedback langsung dari karyawan, menjaga mereka tetap sejalan dengan tujuan perusahaan, dan menyediakan ruang agar ide-ide baru terus bermunculan.

Menjaga komunikasi karyawan

Perusahaan juga perlu memperhatikan bagaimana karyawan bisa berkomunikasi dengan tim dan juga rekan mereka.

Misalnya saja, penggunaan aplikasi seperti Slack atau Flock mampu menjadi platform chat yang baik, karena selain bisa chat dengan rekan, membuat grup chat untuk berkolaborasi, perusahaan juga bisa memberikan informasi secara real time lewat sana.

Stay conversations

Banyak perusahaan yang kini memanfaatkan stay conversations untuk mendapatkan feedback karyawan.

Sesuai namanya, stay conversations fokus untuk mendapatkan alasan kenapa karyawan ingin mempertahankan posisinya di perusahaan.

Dengan ini, Anda akan mendapatkan masukan yang berharga mengenai apa yang memotivasi masing-masing karyawan dan apa yang mereka ingin dapatkan dari pengalaman mereka.

Mendapatkan feedback hanya satu langkah saja, ada langkah-langkah selanjutnya yang perlu Anda lakukan.

Langkah selanjutnya, informasikan pada karyawan kapan dan bagaimana feedback tersebut dapat diimplementasikan.

Jika Anda gagal pada tahap ini efeknya akan berpengaruh pada tingkat engagement dan karyawan akan merasa mereka dihiraukan.

Baca juga: Mengenal Pengertian Performance Management dan Bagaimana Menerapkannya

Tren HR 2023 Ke 2: Tuntutan Benefit Kesejahteraan Finansial yang Menyeluruh akan Meningkat

Pengalaman kerja karyawan adalah salah satu hal penting yang ada di pikiran banyak pemilik bisnis.

Tidak mengherankan apabila kesejahteraan karyawan menjadi salah satu daftar prioritas.

Penelitian dari Gartner menunjukkan bahwa 70% perusahaan telah memperkenalkan benefit untuk kesejahteraan karyawan yang baru atau melengkapi benefit yang sudah ada.

Terlebih semenjak pandemi Covid-19, kesejahteraan dan kesehatan karyawan terutama mereka yang bekerja di lapangan menjadi pusat perhatian.

Perusahaan diharuskan untuk lebih proaktif dan memedulikan karyawannya.

Kini, benefit yang mampu mendukung kesejahteraan finansial menjadi semakin dibutuhkan seiring dengan meningkatnya biaya hidup yang terjadi di seluruh dunia.

Mercer, sebuah konsultan finansial di Amerika Serikat, juga telah melakukan penelitian mengenai 10 peringkat benefit yang kini menjadi prioritas banyak karyawan. B

erikut adalah daftarnya.

 

Peringkat 2022 2021
1 Menutup pengeluaran bulanan 11,1% Kesehatan jasmani 10,3%
2 Bisa pensiun lebih baik 9,1% Work life balance 8,6%
3 Work life balance 8,6% Kesehatan mental 8,2%
4 Kesehatan jasmani 8,6% Pemenuhan kebutuhan personal 8,1%
5 Kesehatan mental 7,6% Bisa pensiun lebih baik 7,4%
6 Pemenuhan kebutuhan personal 7,4% Keamanan pribadi 7,3%
7 Keamanan pekerjaan 6,9% Waktu luang 6,9%
8 Utang pribadi 6,8% Hubungan personal 6,8%
9 Waktu luang 6,4% Menutup pengeluaran bulanan 6,8%
10 Keamanan pribadi 6,1% Keamanan pekerjaan 6%

 

Dari peringkat di atas dapat terlihat bahwa isu finansial cukup mendominasi daftar, seperti pengeluaran, utang, hingga persoalan pensiun.

Maka dari itu tren HR di tahun 2023 dalam menyediakan benefit kesejahteraan karyawan baiknya tidak sekadar pelengkap saja.

Perusahaan perlu meng-cover lebih banyak spektrum terkait kesejahteraan karyawan untuk membantu mereka meraih tujuan – seperti melunaskan utang karena menjadi sandwich generation di keluarganya atau impian memiliki rumah.

Proses HR jadi lebih cepat dengan software HR terautomasi Mekari Talenta.

Akses Gaji Lebih Awal dengan Earned Wage Access

Setiap karyawan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

Ini adalah alasan mengapa perusahaan perlu memikirkan bagaimana skema upah dapat direalisasikan.

Karyawan memanfaatkan gaji dengan berbagai cara.

Ada yang menggunakan upah untuk bertahan hidup, pemenuhan gaya hidup, membayar utang dan pengeluaran, dan ada yang digunakan untuk menabung.

Hal ini membuat skema penggajian yang dibayarkan sekali dalam satu periode tanpa bisa mengaksesnya sebagian menjadi sebuah tantangan tersendiri belakangan ini.

Dari kesulitan ini, konsep earned wage access hadir di mana karyawan dapat mengakses sebagian gaji mereka lebih awal.

Kemudian, sebagian sisanya baru akan dibayarkan sesuai dengan periode gajian.

Hal ini berbeda dengan skema pinjaman karyawan yang memotong gaji karena earned wage access tidak memiliki beban biaya yang ditanggung baik karyawan maupun perusahaan.

Mekari memiliki solusi untuk ini yang bernama Mekari Flex.

Dengan fitur Earned Wage Access, karyawan bisa mengakses sebagian gaji yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan.

Contohnya seperti ini, seorang karyawan di pertengahan bulan membutuhkan uang sebesar Rp3 juta rupiah untuk renovasi kamar mandi.

Namun saat itu ia tidak memiliki cukup uang untuk membayar renovasi sampai gajian tiba.

Dengan Earned Wage Access, ia bisa mendapatkan sebagian gajinya saat itu juga dan sisa dari gajinya dibayarkan pada saat periode payroll berlangsung seperti biasa.

Ini berarti, karyawan tersebut tidak perlu meminjam uang ke pihak lain dan membayar bunganya.

Diambil dari beberapa penelitian yang dirangkum oleh Humanforce, berikut adalah beberapa statistik yang menguatkan alasan kenapa skema akses gaji lebih awal jadi lebih penting.

  • 72% individu mengalami stres secara finansial setidaknya satu kali dalam setahun
  • 35% individu gagal dalam mengelola pengeluaran dalam satu periode gajian ke periode berikutnya
  • 75% individu mengalami dampak besar di kehidupan akibat kegagalan dalam mengelola keuangan
  • 20% turnover karyawan dikontribusi dari stres secara finansial.

Memberikan benefit yang sepadan pada karyawan adalah salah satu cara yang bisa membuat karyawan bertahan dan tetap menjadi perusahaan yang kompetitif.

Maka dari itu, 2023 adalah tahun di mana Anda perlu merumuskan kembali apa yang berhasil dan apa yang tidak, apa yang menjadi benefit unggulan dibanding kompetitor Anda, dan juga menawarkan benefit yang lebih personal untuk masing-masing karyawan.

Tren HR 2023 Ke 3: Audit Kemampuan Karyawan untuk Menciptakan Career Path yang Lebih Dinamis

tren hr 2023

Banyak perusahaan yang gagal dalam melihat talenta yang ada di perusahaan mereka.

Mereka gagal dalam mencari kandidat untuk mengisi posisi yang kosong padahal ada opsi untuk melakukan hiring secara internal.

Sebuah survei yang dilakukan oleh LinkedIn pada tahun 2020 menyebutkan bahwa 41% karyawan akan bertahan lebih lama di perusahaan yang hiring internalnya tinggi.

Kemudian, alasan lain kenapa hiring internal penting adalah sebagai berikut:

  • Meningkatkan retensi sebesar 81%
  • Meningkatkan produktivitas karyawan pada posisi baru mereka sebesar 69%
  • Mempercepat proses rekrutmen sebesar 63%.

Studi dari Gartner juga menemukan bahwa 44% pemimpin HR tidak percaya bahwa perusahaan mereka memiliki jenjang karier yang menarik.

Studi lainnya dari Boston Consulting Group menyebutkan kurangnya peluang untuk kemajuan karier adalah alasan terbanyak nomor dua kenapa banyak pekerja lapangan yang resign.

Tren HR di tahun 2023, perusahaan bisa fokus pada upskilling, reskilling, dan cross-skilling untuk karyawan-karyawan mereka.

Untuk meningkatkan daya tarik, perusahaan perlu mengaudit keahlian karyawan, mengeksplorasi skill yang berdekatan dengan pekerjaan karyawan, dan menyediakan kesempatan untuk karyawan agar bisa pindah posisi pekerjaan serta divisi dengan lebih mudah.

Bagaimana cara kita merealisasikan hal ini?

Lakukan Audit Skill

Pertama-tama dimulai dengan audit skill yang dapat menilai skill karyawan.

Selain itu, audit skill juga dapat mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan dan kemungkinan perkembangan pada masing-masing karyawan.

Proses ini akan membantu perusahaan untuk memetakan kekuatan dan juga kelemahan dari masing-masing karyawan.

Ketika perusahaan telah mencatat skill apa saja yang dibutuhkan untuk masing-masing posisi, audit skill bisa menjadi cara yang efektif untuk merencanakan pelatihan karyawan dan memfasilitasi hiring internal.

Selain itu, perusahaan juga bisa memetakan jenjang karier yang lebih personal untuk masing-masing karyawan.

Nantinya, perusahaan bisa mempertimbangkan minat dan membandingkan skill yang sekarang dimiliki mereka dengan skill yang dibutuhkan untuk naik level, baik di posisi yang sejenis ataupun posisi lainnya.

Ketika memutuskan skill apa yang perlu dikembangkan, perusahaan perlu memastikan beberapa kriteria berikut:

  • Karyawan tidak memiliki skill tersebut atau skill mereka tidak ada pada level yang dibutuhkan
  • Karyawan tertarik untuk mempelajarinya
  • Perusahaan membutuhkan skill tersebut, baik saat ini atau pun ke depannya
  • Ada alasan-alasan tertentu yang membuat skill terkait wajib dikuasai
  • Karyawan butuh pelatihan profesional agar perusahaan dan karyawan dapat mencapai tujuan.

Tren HR 2023 Ke 4: ‘Tujuan’ akan Mendominasi EVP yang Lebih Humanis

Pandemi Covid-19 tiga tahun ini membuktikan bahwa perusahaan dan karyawan saling membutuhkan satu sama lain.

Pada tren HR di tahun 2023 akan banyak perusahaan yang mencari hal-hal berikut:

  • Menciptakan employee value proposition (EVP) yang lebih humanis
  • Melihat ‘bigger picture’ dengan tujuan yang berfokus pada sesuatu yang lebih bermakna dibandingkan sekadar profit.
  • Memelihara sikap kepemimpinan yang lebih otentik, berempati, dan mudah beradaptasi.

Gartner telah melakukan survei di tahun 2021 mengenai hal apa saja yang berubah akibat adanya pandemi Covid-19.

Salah satu yang terbesar adalah 65% sangat setuju bahwa pandemi telah mengubah pandangan mengenai nilai yang dianut dari aspek-aspek di luar pekerjaan.

Kemudian, sebanyak 62% setuju pandemi membuat mereka menginginkan adanya perubahan yang lebih besar dari hidupnya dan 56% responden setuju bahwa pandemi membuat mereka ingin berkontribusi lebih terhadap masyarakat.

Perubahan ini membuat mereka memikirkan kembali apa alasan melakukan pekerjaan yang mereka lakukan sekarang.

Hal ini juga membuat tujuan personal dan nilai yang mereka pegang menjadi prioritas di pekerjaan mereka.

Pentingnya Tujuan di Sebuah Perusahaan

Memang, gaji dan benefit adalah hal yang penting untuk karyawan.

Tapi mereka juga menginginkan pekerjaan yang memotivasi, memiliki makna serta tujuan, dan menjadi tempat untuk mereka berkembang.

Dibandingkan dengan zaman dulu, ini adalah faktor-faktor yang memotivasi karyawan dalam bekerja sekarang.

 

Masa Lalu Masa Sekarang dan yang Akan Datang
Gaji Tujuan
Kepuasan bekerja Pengembangan diri
Bos Mentor
Review performa Diskusi yang sedang dijalani
Kelemahan karyawan Kekuatan karyawan
Pekerjaan itu sendiri Kehidupan personal karyawan

 

Di tahun 2023, banyak karyawan yang lebih mencari penawaran nilai yang lebih manusiawi dalam mencari pekerjaan.

Mereka juga ingin agar perusahaan dapat menghargai nilai yang mereka pegang dan menawarkan nilai yang juga selaras dengan nilai si karyawan.

Hal ini juga mempengaruhi bagaimana sikap pemimpin dalam memimpin timnya.

Kepemimpinan yang Berorientasi pada Pendekatan Humanis

Studi yang dilakukan oleh Gartner menyebut hal ini sebagai human leadership dan emegang tiga prinsip utama, yaitu:

  • Otentik: Bersikap dengan memiliki tujuan dan apa adanya
  • Berempati: Menghargai dan menunjukkan kepedulian pada kesejahteraan karyawannya
  • Mudah beradaptasi: Lebih fleksibel yang mendukung kebutuhan dari masing-masing karyawan.

Jadi, akan banyak karyawan yang ingin nilai-nilai mereka selaras dengan nilai yang dipegang pemimpinnya atau bahkan perusahaan secara keseluruhan.

Dalam konteks ini, tujuan menjadi hal yang sangat penting.

Tujuan yang selaras dengan nilai-nilai yang dipegang karyawan menciptakan pengalaman kerja yang lebih baik di tempat kerja.

Pengalaman bekerja ini masuk ke dalam bagian dari human experience management.

Dalam ebook yang disusun oleh Mekari Talenta dan juga melalui riset yang telah dilakukan oleh The Josh Bersin Company, human experience management atau HXM adalah hal yang dibutuhkan HR di masa depan.

Riset tersebut membuat sebuah model Employee Experience Maturity dan membagi perusahaan ke dalam 4 level dari yang dampaknya tidak terlalu signifikan untuk karyawan hingga yang paling bermakna yang ada di level 4.

Riset tersebut juga menyebutkan bahwa perusahaan yang didorong oleh tujuan yang kuat atau purpose-driven memiliki misi yang dapat menginspirasi orang untuk melakukan yang terbaik.

Nilai-nilai perusahaan tersebut dapat menggema di setiap interaksi sampai ke cara memimpin dan karyawannya pun menjalankan nilai-nilai tersebut setiap hari.

Bersin juga memaparkan bahwa ada baiknya pemilik bisnis melihat lebih jauh lagi daripada hanya sekadar upah dan benefit yang bisa ditawarkan.

Mereka perlu mempertimbangkan aspek lain yang dapat meningkatkan pengalaman karyawan dalam bekerja, di mana di antaranya berhubungan dengan tujuan dan pekerjaan yang lebih bermakna.

Tren HR 2023 Ke 5: Optimalkan Investasi pada Teknologi HR

Tren teknologi HR di tahun 2023 semakin maju dan riset dari Gartner memperkirakan sekitar 9% budget pengeluaran tahunan HR dialokasikan untuk teknologi.

Bagaimana HR dapat memaksimalkannya?

Fokus pada Manajemen Perubahan yang Baik

Berinvestasi pada teknologi adalah satu hal, namun dapat memaksimalkannya adalah urusan lain. Hal ini bergantung pada seberapa efektif perusahaan melakukan perubahan.

Beberapa studi yang telah dilakukan oleh Gartner maupun Mckinsey bahkan menyebutkan bahwa sekitar 70% inisiasi perubahan yang dilakukan oleh perusahaan cenderung gagal diadaptasi

Angka tersebut cukup tinggi dan hanya sekitar 30% saja yang berhasil melakukan transformasi digital. Melansir ebook dari Humanforce, ada inefisiensi yang terjadi ketika mengadopsi teknologi, mulai dari prosesnya hingga sosialisasi penggunaannya.

Survei PwC mengenai teknologi HR di tahun 2022 menemukan bahwa ada banyak inovasi HR yang bisa diimplementasi dengan efektif namun pada prakteknya kurang dimaksimalkan. Misalnya, survei menyebutkan bahwa akses mobile memiliki 85% efektivitas tapi hanya mampu dimanfaatkan sebesar 51%.

Lalu, permasalahan terbesar justru bukan datang dari kurangnya SDM atau besarnya biaya, tetapi perilaku manusia yang kurang mendukung transformasi digital – tidak mau menggunakan teknologi tersebut karena bertahan dengan cara lama dan kurangnya pemanfaatan oleh karyawan.

Bagaimana Bisa Mengimplementasi Teknologi dengan Baik?

Salah satu tren HR di tahun 2023 yang akan banyak diimplementasi adalah pemanfaatan teknologi.

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar sebuah perusahaan berhasil mengimplementasi teknologi yang berdampak baik.

1. Menjabarkan mengapa perusahaan butuh teknologi tersebut

Identifikasikan apa saja yang membuat perusahaan butuh perubahan ini dan komunikasikan alasannya pada tiga stakeholder utama, yakni eksekutif, manajer, dan karyawan.

Para stakeholder perlu mendapatkan jawaban dari beberapa pertanyaan berikut:

  • Bagaimana teknologi dapat menjawab tantangan yang saya hadapi?
  • Bagaimana teknologi ini bisa membantu saya untuk memiliki performa yang lebih baik?
  • Apa benefit yang bisa saya rasakan langsung pada pekerjaan sehari-hari dan apakah akan memudahkan pekerjaan saya?
  • Bagaimana teknologi tersebut bisa berpengaruh pada tim saya, pelanggan, dan yang lainnya?

2. Menyiapkan rencana untuk implementasi teknologi

Jabarkan dampak apa saja yang mungkin terjadi pada implementasi teknologi. Pada tahap ini, perusahaan perlu mengklarifikasi posisi dan divisi mana saja yang akan menggunakannya.

Selain itu, perusahaan juga perlu mengalokasikan waktu untuk melakukan pelatihan perihal adanya implementasi teknologi yang baru.

Perusahaan juga perlu memastikan setiap stakeholder bisa mengerti dan menggunakannya.

3. Implementasi perubahan

Selanjutnya adalah implementasi, termasuk timeline dan siapa yang bertanggung jawab atas implementasi tersebut.

Setelah menjadwalkan pelatihan, perusahaan juga perlu membuka ruang untuk feedback dan memperbaiki apa yang bisa menjadi lebih baik.

4. Mempertahankan perubahan

Pada tahap ini, perusahaan harus memastikan bagaimana teknologi yang sudah dipakai bisa terus bertahan. Langkah-langkahnya termasuk:

  • Mendorong karyawan untuk terus menggunakan teknologi tersebut. Kalau bisa, kembangkan program insentif yang membuat mereka terus menggunakannya.
  • Dokumentasikan pembelajaran yang bisa berguna untuk pembaharuan implementasi teknologi yang akan datang.

Memilih teknologi yang tepat memang bukan persoalan yang mudah. Namun jika dilakukan dengan benar, hal tersebut bisa berdampak tidak hanya pada efisiensi bisnis, tetapi juga orang-orang yang merasa terbantu dengan adanya teknologi.

Teknologi yang memudahkan pekerjaan akan membuat performa karyawan semakin meningkat.

Bagaimana Mekari Talenta Dapat Membantu Jalankan Tren HR Di Tahun 2023

Menghadapi tren di tahun 2023, Anda memerlukan solusi yang bisa mengatasi permasalahan HR yang mungkin selama ini dialami.

Mekari Talenta merupakan solusi software HRIS yang menjawab berbagai kebutuhan HR Anda.

Software Mekari Talenta dapat menyederhanakan berbagai proses HR mulai dari absensi online berbasis aplikasi android, payroll otomatis, shift karyawan, manajemen database, hingga manajemen performa karyawan.

Pelajari lebih lanjut bagaimana proses otomasi Mekari Talenta dapat menyelesaikan dan menyederhanakan proses HR di perusahaan Anda.

Hubungi Mekari Talenta sekarang juga dan konsultasikan permasalahan administras HRD Anda bersama tim kami.

Image
Jordhi Farhansyah
Penulis yang selama 2 tahun terakhir fokus memproduksi konten seputar HR dan bisnis. Selain menulis, sehari-hari Jordhi juga aktif merawat hobinya di bidang fotografi analog.