Apa itu succession planning? Istilah ini mungkin masih terdengar asing untuk beberapa orang. Namun succession plan adalah salah satu program yang sangat penting untuk karyawan.
Succession planning dianggap penting karena seiring dengan berkembangnya perusahaan, program ini akan menghemat biaya yang Anda keluarkan untuk mengembangkan karyawan yang Anda miliki saat ini ketimbang merekrut orang baru.
Sayangnya, banyak yang belum tahu atau bahkan tidak memprioritaskan hal ini. Mereka memilih untuk fokus pada pertumbuhan bisnis secara langsung, bukan pada SDM yang mereka miliki.
Nah, apa sebenarnya succession planning itu? Berikut adalah penjelasan lengkapnya dari Mekari Talenta.
Apa Itu Succession Planning?
Succession planning adalah strategi jangka panjang yang memastikan bahwa organisasi tidak bergantung pada individu tertentu, melainkan memiliki pipeline talenta internal yang siap untuk naik ke posisi lebih tinggi saat dibutuhkan.
Contoh: Perusahaan melatih beberapa manajer junior agar siap menggantikan direktur operasional yang akan pensiun dalam 2 tahun ke depan.
Jadi Succession Planning atau perencanaan suksesi adalah proses strategis dalam manajemen sumber daya manusia untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan mempersiapkan individu yang berpotensi tinggi untuk mengisi posisi-posisi kunci di masa depan, terutama saat terjadi pergantian pemimpin, promosi, pensiun, atau keadaan darurat.
Menurut Mekari Talenta, tujuan utama succession planning adalah menjaga kesinambungan organisasi, memastikan bahwa saat seorang pemimpin atau karyawan penting keluar, penggantinya sudah siap secara kompetensi dan pengalaman untuk melanjutkan peran tersebut tanpa mengganggu operasional bisnis.
Komponen Penting Succession Planning
- Talent Mapping: Pemetaan seluruh karyawan secara sistematis berdasarkan kompetensi, prestasi, dan potensi. Data ini menjadi basis prioritas pengembangan dan suksesi.
- Leadership Pipeline: Jalur pengembangan dari level operasional hingga eksekutif yang jelas. Menandai tiap tingkatan kompetensi dan tahapan promosi untuk memastikan alur karier dan suksesi konsisten.
- Individual Development Plan (IDP): Dokumen rencana pengembangan personal, disusun berdasarkan gap analisis antara kemampuan saat ini dan yang dibutuhkan oleh posisi berikutnya.
- Knowledge Transfer: Strategi formal mentransfer pengetahuan tacit senior ke kandidat suksesi. Metode bisa beragam: job-shadowing, mentoring, dokumentasi SOP, hingga rotasi jabatan.
Baca juga: Cara Perusahaan Melakukan Promosi Jabatan untuk Karyawan
Manfaat dari Succession Planning
Ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan oleh perusahaan ketika menerapkan leader succession planning. Berikut di antaranya akan dijelaskan oleh Mekari Talenta.
1. Membantu Perusahaan Mengidentifikasi Pemimpin Baru
Leader succession planning yang efektif dapat membantu Anda mengidentifikasi karyawan yang memiliki kemampuan unik dan mampu membantu mereka meningkatkan karier menuju posisi yang lebih tinggi.
Proses succession planning ini juga dapat membantu mengidentifikasi area yang menjadi kelemahan mereka. Selanjutnya dengan memberikan pelatihan, Anda dapat meningkatkan performa karyawan.
Pergantian posisi pemimpin yang datang dari dalam perusahaan memiliki keunggulan karena mereka mengerti proses operasi perusahaan secara menyeluruh.
Ketika datang masa harus restrukturisasi, manajemen perusahaan dapat melakukan perubahan dengan cepat tanpa terhambat oleh karyawan yang kualifikasinya kurang.
2. Meminimalisir Biaya Rekrutmen
Karena proses leader succession planning memungkinkan pergantian yang berasal dari dalam perusahaan, Anda bisa menghemat budget yang seharusnya dipakai untuk mengadakan rekrutmen eksternal.
Budget pada saat membuka rekrutmen pada dasarnya cukup besar, apalagi jika posisi yang ditawarkan semakin besar.
Terlebih akan lebih menguntungkan jika kandidat suksesor dapat bekerja dengan karyawan senior untuk menyerap ilmu mereka sebelum mereka melengserkan jabatannya.
3. Mengidentifikasi dan Memperbaiki Jarak Kompetensi
Dengan melakukan succession planning yang strategis, perusahaan dapat mengidentifikasi adanya jarak atau gap kompetensi di antara karyawan.
Jarak ini adalah perbedaan antara level kompetensi karyawan saat ini dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk meningkatkan level.
Jarak ini dapat terjadi bisa karena kurangnya kemampuan karyawan, syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mencapai level manajerial, atau kompetensi-kompetensi lainnya yang mungkin dibutuhkan di masa mendatang.
Adanya jarak ini akan membantu karyawan untuk melakukan perencanaan pelatihan atau program-program yang membantu karyawan bisa meraih skill yang dibutuhkan.
4. Menjaga Performa Perusahaan
Adanya perubahan dapat membuat perusahaan maju atau malah mundur, tergantung bagaimana manajemen menanganinya.
Dengan perginya karyawan kunci yang memang merupakan bagian dari manajemen atas, perusahaan harus mencari pengganti yang memiliki performa lebih baik dari karyawan sebelumnya.
Jika Anda tidak dapat menemukannya, perusahaan dapat merasakan tantangan yang bisa jadi pemicu kemunduran, jika tidak diidentifikasi sejak dini.
Namun jika dapat dilakukan dengan benar, kebangkitan tersebut dapat menginspirasi karyawan untuk lebih terlibat pada pembuatan keputusan yang lebih kritis.
Kemudian, karyawan juga bisa menjadi lebih loyal karena leader succession planning akan mempersiapkan progres karier mereka.
Tujuan Succession Planning
Succession planning (perencanaan suksesi) memiliki sejumlah tujuan strategis yang krusial bagi kelangsungan dan pertumbuhan organisasi. Menurut Mekari Talenta, perencanaan ini meliputi:
1. Menjamin Kesinambungan Kepemimpinan dan Kesinambungan Operasional Perusahaan
Dengan adanya suksesi yang terencana, organisasi mampu menjaga roda pengelolaan tetap berjalan meskipun pimpinan kini atau mendatang mengundurkan diri atau pensiun. Tanpa suksesi yang mapan, organisasi menghadapi risiko kehilangan arah saat terjadi pergantian figur kunci. Program suksesi memastikan calon pemimpin berikutnya telah dipersiapkan sedini mungkin, sehingga transisi terjadwal dan tidak mengguncang organisasi.
2. Mereduksi Risiko Operasional Akibat Kekosongan Jabatan Strategis
Jabatan strategis semisal Direktur Keuangan atau Kepala Operasional tidak boleh kosong lama karena tanggung jawabnya bersifat krusial. Succession planning menjamin adanya kader siap sedia untuk mengisi peran tersebut, sehingga keputusan taktis dan strategis dapat tetap diambil tanpa hambatan organisasi.
3. Mengembangkan Talenta Internal Secara Sistematis Dan Berkelanjutan
Suksesi membuka jalur karier bagi karyawan berpotensi. Rencana pengembangan (seperti mentoring, rotasi jabatan, pelatihan) diarahkan untuk memperkuat kompetensi yang dibutuhkan. Tujuan akhirnya bukan sekadar mengisi posisi, tetapi mengoptimalkan potensi individu demi kemajuan organisasi.
4. Meningkatkan Motivasi Dan Retensi Talenta Terbaik
Karyawan yang mengetahui bahwa organisasi siap mendukung karier mereka—melalui pengembangan dan kesempatan suksesi—cenderung lebih berkomitmen. Kebijakan ini meningkatkan loyalitas dan mendorong mereka bertahan lebih lama di bawah payung perusahaan.
5. Efisiensi Biaya Dengan Mengurangi Kebutuhan Rekrutmen Eksternal
Melatih kader internal untuk menduduki posisi strategis jauh lebih murah dibandingkan mencari dan merekrut dari luar—yang memerlukan biaya seleksi, orientasi, dan onboarding. Selain itu, penerus internal telah memahami kultur, struktur, dan proses perusahaan, sehingga adaptasi bisa lebih cepat dan efektif.
Cara Menerapkan Succession Plan
Berikut adalah langkah awal bagaimana menerapkan succession plan yang baik menurut pendapat Mekari Talenta.
Lihat Perusahaan Secara Menyeluruh
Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mengidentifikasi semua SDM yang Anda miliki dan menentukan mana saja yang menjadi posisi penting dan karyawan-karyawan kunci di perusahaan.
Anda juga perlu menyadari bahwa terkadang ada karyawan yang memiliki peran penting namun ia tidak berada di posisi leadership.
Dengan mengidentifikasi hal ini, Anda akan lebih mudah dalam merencanakan succession plan yang baik.
Tentukan Strategi Succession Plan Anda
Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan dalam menerapkan succession plan dan yang terbaik adalah yang cocok dengan perusahaan Anda.
Langkahnya, Anda perlu menjawab beberapa pertanyaan ini terlebih dahulu.
- Apakah Anda ingin menerapkan succession plan yang meng-cover semua posisi dan karyawan di perusahaan atau yang hanya meng-cover jabatan-jabatan teratas saja?
- Apakah mengidentifikasi dan mengembangkan karyawan berpotensi akan dimasukkan ke dalam penilaian kinerja dari seorang manajer?
- Apakah perusahaan Anda memiliki kelemahan di titik tertentu, seperti misalnya tingginya tingkat turnover di divisi tertentu?
- Apa tujuan serta hasil yang Anda harapkan?
Pada akhirnya, perencanaan ini adalah tentang apa yang bisa Anda lakukan dalam memanfaatkan SDM yang Anda miliki untuk meningkatkan produktivitas.
Langkah-Langkah Strategi Succession Planning
Berikut ini adalah langkah langkah succession plan yang bisa dijalankan menurut Mekari Talenta:
1. Identifikasi Posisi Kunci
Posisi kunci adalah peran-peran strategis yang mempunyai dampak besar terhadap keberlangsungan bisnis—biasanya jabatan manajerial atau eksekutif. Proses ini melibatkan analisis peran, tanggung jawab, dan kontribusi strategis setiap posisi.
Misalnya, Kepala Produksi berkontribusi langsung pada produktivitas, sementara CFO mengelola stabilitas serta arus kas perusahaan. Hasilnya digunakan untuk menyusun daftar posisi prioritas suksesi.
2. Evaluasi Karyawan Saat Ini
Setelah menentukan posisi kunci, langkah berikutnya adalah menilai karyawan di jalur tersebut. Ini mencakup:
- Kinerja terkini, diukur dari hasil kerja menurut KPI.
- Potensi jangka panjang, dianalisis lewat tes psikogram, 360⁰ review, dan wawancara kompetensi.
- Kesiapan promosi, mencakup aspek kepemimpinan, adaptabilitas, dan kesiapan mental.
- Kompetensi teknis dan perilaku, dibandingkan dengan kebutuhan posisi strategis.
Evaluasi objektif ini menjadi dasar identifikasi siapa yang layak diproyeksikan menjadi suksesor.
3. Memilih Kandidat Potensial
Berdasarkan evaluasi, HR dan manajemen menentukan kandidat utama dan cadangan. Pemilihan didasarkan pada:
- Keseimbangan kinerja dan potensi.
- Preferensi dan rekomendasi manajer langsung.
- Kesediaan individu untuk mengambil tantangan baru.
Biasanya digunakan alat bantu seperti 9-Box Matrix untuk memetakan karyawan berdasarkan kinerja dan potensi.
4. Merancang Rencana Pengembangan (IDP)
Individual Development Plan dirancang agar kandidat siap naik jabatan. Rencana ini mencakup:
- Pelatihan formal, misalnya kursus strategi, manajemen proyek, keuangan lanjutan.
- Mentoring & coaching oleh pimpinan sebelumnya.
- Job rotation untuk pengalaman lintas fungsi.
- Proyek khusus, seperti memimpin tim sementara di bawah pengawasan.
IDP disesuaikan target waktu dan tolok ukur evaluasi agar hasil tercapai secara sistematis.
5. Monitoring dan Evaluasi Berkala
Succession planning bersifat dinamis. HR secara periodik mengevaluasi perkembangan:
- Checkpoint setiap kuartal/semester, memantau kemajuan IDP.
- Review rapat manajemen, menyesuaikan strategi bila terjadi perubahan besar di organisasi.
- Penilaian readiness—apakah kandidat siap promosi saat dibutuhkan.
Jika kandidat tidak memenuhi harapan, jalur alternatif dipersiapkan melalui training tambahan atau peninjauan kembali.
Baca juga: Mengenal Istilah Apa Itu Talent Pool
Cara Mengidentifikasi Karyawan Terbaik Anda
Ketika Anda sudah mengidentifikasi posisi penting yang ingin dimasukkan ke dalam perencanaan ini, Anda butuh mencari dua sampai tiga orang yang sekiranya dapat menjadi penerus yang cocok untuk masing-masing posisi tersebut.
Menurut Mekari Talenta, hal ini membutuhkan penilaian yang sangat objektif dari perusahaan. Terkadang, karyawan terbaik tidak selalu terlihat oleh perusahaan.
Maka dari itu, Anda butuh ekstra hati-hati ketika menilai kemampuan calon kandidat Anda.
Calon kandidat ini adalah orang-orang yang dapat menyelesaikan masalah dengan baik, dapat beradaptasi dengan mudah, dan dapat memikul tanggung jawab yang lebih besar.
Diskusi dengan Karyawan
Anda juga diharuskan untuk dapat berkomunikasi dengan karyawan dan menemukan apa yang menjadi ambisi dan tujuan karir mereka, bagaimana mereka melihat diri mereka di masa depan, dan apa saja yang mereka butuhkan untuk mencapai hal itu.
Bersiaplah untuk menemukan bahwa terkadang, karyawan yang Anda pikir dapat menjadi masa depan perusahaan justru tidak tertarik dengan rencana yang Anda buat.
Jika dilakukan dengan baik, succession plan bisa menjadi nilai plus perusahaan dalam meningkatkan retensi di perusahaan.
Manfaatkan Teknologi Seperti Mekari Talenta agar Succession Plan Berjalan Lancar
Salah satu cara terbaik agar succession plan di perusahaan berjalan lancar adalah dengan menerapkan teknologi dalam memantau performa karyawan berpotensi secara berkala.
Menjawab hal ini, Mekari Talenta memiliki fitur baru bernama Succession Plan di mana akan memfasilitasi kebutuhan suksesor yang juga menyesuaikan kompetensi karyawan.
Melalui fitur ini, Anda dapat memantau kinerja karyawan secara berkala dan ada integrasi antara penilaian kinerja mereka selama ini dan juga pencapaiannya. Dengan demikian, Anda dapat menilai performa mereka dengan lebih objektif karena sudah berdasarkan dengan data.
Tertarik untuk mengeksplor fitur ini lebih lanjut? Anda bisa mencoba demo aplikasi Mekari Talenta secara gratis dengan mendaftarkan perusahaan Anda pada form berikut ini.
Anda juga bisa menghubungi tim sales kami untuk berdiskusi bertanya seputar permasalahan terkait administrasi HR yang Anda alami.
Alat Pendukung Succession Planning
Dalam merancang dan mengimplementasikan succession planning yang efektif, organisasi membutuhkan alat bantu yang bersifat strategis, terstruktur, dan berbasis data. Alat-alat ini bukan hanya berfungsi sebagai penunjang administratif, melainkan juga sebagai instrumen utama dalam pengambilan keputusan strategis jangka panjang.
Berdasarkan berbagai sumber yang dirangkum Mekari Talenta, beberapa alat yang umum digunakan antara lain 9-Box Matrix, Competency Gap Analysis, Performance Appraisal Data, serta Human Resource Information System (HRIS) atau Talent Management System.
1. 9-Box Matrix
9-Box Matrix adalah alat visual yang sangat populer dalam dunia manajemen sumber daya manusia, khususnya dalam proses penilaian dan pemetaan karyawan untuk kebutuhan suksesi. Matriks ini membagi karyawan ke dalam sembilan kotak berdasarkan dua parameter utama, yakni performance (kinerja aktual) dan potential (potensi untuk berkembang di masa depan).
Struktur Matriks:
Matriks ini disusun dalam bentuk grid 3×3:
- Sumbu X menggambarkan kinerja: rendah, sedang, tinggi.
- Sumbu Y menggambarkan potensi: rendah, sedang, tinggi.
Dengan menggunakan matriks ini, manajemen dapat dengan cepat mengidentifikasi karyawan mana yang tergolong:
- High Performer / High Potential (sudut kanan atas), kandidat utama untuk program suksesi.
- High Performer / Low Potential, cocok untuk spesialisasi lanjutan atau peran stabil.
- Low Performer / High Potential, perlu pengembangan dan pelatihan agar kinerja meningkat.
- Low Performer / Low Potential, mungkin memerlukan penanganan terpisah.
Keunggulan:
- Visualisasi yang mudah dipahami oleh semua pihak, termasuk manajer lini dan HR.
- Mendukung diskusi strategis dalam rapat manajemen talent.
- Dasar objektif untuk mengembangkan Individual Development Plan (IDP).
Catatan Penggunaan:
Namun demikian, 9-Box Matrix harus digunakan bersama data pendukung lainnya untuk menghindari keputusan yang bias. Evaluasi kinerja harus dilakukan secara menyeluruh dan objektif, dan potensi sebaiknya diukur melalui metode yang valid seperti assessment center, 360-degree feedback, atau tes psikometrik.
2. Competency Gap Analysis
Competency Gap Analysis adalah metode evaluasi yang membandingkan kompetensi aktual yang dimiliki oleh kandidat dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh jabatan yang akan didudukinya di masa depan. Kompetensi yang dimaksud meliputi kemampuan teknis (technical competencies) maupun kemampuan perilaku atau manajerial (behavioral competencies).
Langkah-langkah pelaksanaan:
- Identifikasi standar kompetensi posisi target, biasanya berasal dari job description, kerangka kompetensi, atau benchmark industri.
- Evaluasi kompetensi kandidat saat ini menggunakan metode seperti observasi kerja, asesmen psikologis, atau self-assessment yang dikalibrasi.
- Bandingkan dan ukur kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki dan yang dibutuhkan.
- Rancang strategi pengembangan untuk menutup gap tersebut, seperti pelatihan, coaching, sertifikasi, atau rotasi jabatan.
Manfaat utama:
- Memberikan arah pengembangan yang jelas dan terukur.
- Membantu manajemen mengalokasikan anggaran pelatihan secara efektif.
- Meningkatkan kesiapan kandidat secara terukur untuk promosi ke posisi strategis.
Contoh penerapan:
Seorang kandidat suksesi untuk posisi Kepala Departemen Keuangan mungkin sudah memiliki kompetensi teknis tinggi, namun masih perlu mengembangkan kemampuan manajerial dan kepemimpinan strategis. Hasil gap analysis ini akan digunakan untuk mendesain program coaching intensif oleh mentor dari jajaran direktur.
3. Performance Appraisal Data
Data hasil penilaian kinerja (performance appraisal) merupakan fondasi penting dalam menentukan kesiapan seorang kandidat untuk dipromosikan atau ditetapkan dalam program suksesi. Penilaian kinerja yang dilakukan secara berkala, misalnya setiap semester atau tahunan, memberikan wawasan tentang:
- Konsistensi hasil kerja.
- Pencapaian target individual maupun tim.
- Kemampuan adaptasi terhadap perubahan.
- Perilaku kerja sesuai nilai perusahaan.
Elemen yang perlu diperhatikan:
- Tren kinerja selama 2–3 tahun terakhir: apakah kandidat menunjukkan performa yang stabil, menurun, atau meningkat?
- Feedback dari berbagai sumber (atasan, rekan sejawat, bawahan).
- Komponen kuantitatif dan kualitatif: termasuk kontribusi pada proyek strategis, kecepatan eksekusi, kualitas hasil kerja, dan inovasi.
Kelebihan data appraisal:
- Menjadi dasar pengambilan keputusan objektif terkait promosi dan pengembangan.
- Menunjukkan seberapa cepat kandidat belajar dari kesalahan dan merespons umpan balik.
- Membantu mengevaluasi efektivitas program pengembangan yang sedang berjalan.
Namun, penting juga memastikan sistem penilaian kinerja yang digunakan konsisten, adil, dan terhindar dari bias personal. Pelatihan bagi para penilai (evaluator) juga sangat krusial dalam memastikan akurasi data ini.
4. HRIS atau Talent Management System
Human Resource Information System (HRIS) atau sistem manajemen talenta digital adalah alat berbasis teknologi yang menyimpan seluruh data karyawan, termasuk:
- Riwayat jabatan dan pelatihan.
- Rencana pengembangan pribadi.
- Catatan kinerja dan feedback.
- Skor asesmen kompetensi.
- Kesiapan promosi dan status kandidat suksesi.
Fungsi utama HRIS dalam succession planning:
- Memonitor progres IDP secara real-time.
- Mengintegrasikan data dari seluruh sistem HR seperti payroll, absensi, dan pelatihan.
- Menampilkan dashboard kandidat potensial dalam satu klik.
- Mendukung reporting dan visualisasi suksesi yang dibutuhkan oleh dewan direksi.
Keuntungan strategis:
- Efisiensi waktu dan biaya dalam pengelolaan talent pool.
- Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam program pengembangan karyawan.
- Kemudahan pelacakan dan pelaporan untuk mendukung keputusan strategis manajemen puncak.
Contoh platform:
Beberapa platform HRIS yang mendukung perencanaan suksesi di Indonesia antara lain Mekari Talenta, SAP SuccessFactors, Oracle HCM, dan Workday.
Risiko Tanpa Adanya Succession Planning Bagi Perusahaan
Succession planning atau perencanaan suksesi merupakan proses strategis dalam organisasi untuk menjamin kesinambungan kepemimpinan dan kelangsungan bisnis melalui identifikasi, pengembangan, dan penyiapan kandidat internal untuk mengisi posisi-posisi kunci yang kritis.
Sayangnya, banyak perusahaan mengabaikan pentingnya proses ini, baik karena keterbatasan sumber daya, ketidaktahuan, atau anggapan bahwa suksesi bisa dilakukan sewaktu-waktu.
Tanpa adanya succession planning yang terstruktur, perusahaan menanggung sejumlah risiko besar yang tidak hanya mengganggu operasional, tetapi juga dapat berdampak jangka panjang terhadap keberlangsungan organisasi. Berikut ini adalah penjabaran dari risiko-risiko tersebut secara detail.
Kekosongan Jabatan Penting
Salah satu risiko paling nyata dari tidak adanya succession planning adalah munculnya kekosongan pada jabatan penting ketika seorang pemimpin kunci mengundurkan diri, pensiun, atau tidak dapat melanjutkan tugasnya secara tiba-tiba.
Posisi strategis seperti CEO, direktur keuangan, kepala divisi operasional, atau manajer proyek besar memegang peranan penting dalam menentukan arah dan keberhasilan perusahaan. Ketika jabatan tersebut mendadak kosong dan belum ada kandidat pengganti yang disiapkan, organisasi akan berada dalam kondisi limbo—tanpa kepemimpinan yang kuat dan jelas.
Dalam kondisi seperti ini, perusahaan terpaksa harus menunjuk pengganti secara instan, seringkali tanpa proses seleksi dan evaluasi yang memadai. Akibatnya, keputusan-keputusan strategis bisa terhambat, bahkan menimbulkan ketidakpastian di seluruh lini organisasi. Selain itu, transisi kepemimpinan yang tidak mulus dapat memperburuk hubungan dengan pemangku kepentingan, baik itu investor, pelanggan, maupun karyawan.
Keputusan Darurat yang Tidak Optimal
Tanpa perencanaan suksesi, proses penggantian pemimpin atau pengisi posisi strategis biasanya dilakukan secara reaktif dan terburu-buru. Dalam situasi darurat seperti ini, manajemen cenderung menunjuk kandidat berdasarkan pertimbangan praktis sesaat, seperti ketersediaan atau senioritas, daripada kesiapan dan kompetensi.
Penunjukan pemimpin yang tidak tepat atau belum matang secara kepemimpinan dapat mengakibatkan penurunan performa, hilangnya kepercayaan karyawan, bahkan konflik internal. Sering kali, kandidat darurat tidak memahami sepenuhnya budaya organisasi, belum memiliki cukup pengalaman mengelola tim besar, atau belum memahami arah strategis perusahaan.
Kondisi ini bisa sangat merugikan, terutama di perusahaan yang sedang mengalami masa pertumbuhan, transformasi digital, atau ekspansi pasar. Dengan tidak adanya proses identifikasi dan pembinaan calon pemimpin sejak awal, risiko pengambilan keputusan yang salah dan dampaknya terhadap reputasi organisasi menjadi sangat tinggi.
Ketergantungan pada Individu Tertentu
Organisasi yang tidak memiliki sistem suksesi cenderung sangat bergantung pada satu atau dua individu kunci. Ketika pengetahuan, keahlian, dan jaringan kerja hanya dimiliki oleh individu tertentu tanpa ada transfer pengetahuan yang terstruktur, maka perusahaan menghadapi risiko yang sangat serius saat individu tersebut keluar.
Ketergantungan semacam ini menciptakan kondisi “single point of failure”, di mana kegagalan satu orang bisa berdampak langsung pada keseluruhan proses kerja. Contohnya, jika seorang kepala produksi yang telah puluhan tahun bekerja dengan sistem manual tanpa dokumentasi meninggalkan perusahaan, maka seluruh proses produksi bisa terganggu karena pengetahuan yang ia miliki tidak bisa dengan mudah ditransfer ke orang lain.
Succession planning membantu mencegah risiko ini dengan mendorong dokumentasi proses kerja, rotasi jabatan, dan pelatihan silang (cross-training), sehingga organisasi tetap stabil meskipun individu kunci tidak lagi tersedia.
Penurunan Performa dan Motivasi
Tidak adanya jalur karier yang jelas serta kurangnya kepastian mengenai peluang pengembangan diri akan berdampak langsung terhadap motivasi karyawan, khususnya mereka yang memiliki potensi tinggi. Ketika karyawan tidak melihat peluang untuk naik jabatan atau mengambil peran yang lebih strategis di masa depan, mereka cenderung merasa stagnan dan tidak dihargai.
Kondisi ini dapat memicu disengagement, penurunan produktivitas, bahkan peningkatan turnover. Padahal, biaya untuk merekrut dan melatih karyawan baru jauh lebih besar daripada mempertahankan dan mengembangkan karyawan internal. Succession planning memberikan sinyal positif kepada karyawan bahwa perusahaan menghargai kontribusi mereka dan bersedia berinvestasi untuk masa depan mereka.
Selain itu, perusahaan yang memiliki jalur karier yang jelas dan rencana suksesi yang transparan biasanya memiliki citra yang lebih baik di mata calon karyawan, sehingga meningkatkan daya tarik sebagai tempat kerja (employer branding).
Hilangnya Pengetahuan Organisasi (Institutional Knowledge)
Institutional knowledge atau pengetahuan organisasi adalah kumpulan informasi, proses, praktik, dan nilai-nilai yang dikembangkan dari pengalaman selama bertahun-tahun. Pengetahuan ini sering kali tidak terdokumentasi secara formal, melainkan hidup dalam praktik sehari-hari dan pemahaman individu-individu tertentu.
Tanpa adanya succession planning, proses transfer pengetahuan (knowledge transfer) tidak akan berjalan optimal. Ketika seorang karyawan senior keluar tanpa sempat mentransfer keahliannya kepada penerus, maka perusahaan akan kehilangan aset intelektual yang sangat berharga. Hal ini dapat berdampak pada kualitas keputusan, inovasi, dan efektivitas operasional.
Succession planning mendorong proses mentoring, coaching, job shadowing, dan rotasi jabatan sebagai metode untuk menyebarluaskan pengetahuan organisasi kepada generasi penerus. Dengan demikian, perusahaan tidak hanya menyiapkan pemimpin masa depan, tetapi juga menjaga warisan pengetahuan yang sudah terbangun.
Kesimpulan
Succession planning bukanlah sekadar aktivitas administratif untuk mengisi kekosongan jabatan. Ini adalah strategi bisnis jangka panjang yang menentukan keberlangsungan organisasi dalam menghadapi perubahan dan tantangan.
Tanpa proses ini, perusahaan akan menghadapi berbagai risiko serius seperti kekosongan kepemimpinan, pengambilan keputusan yang tidak tepat, ketergantungan pada individu tertentu, kehilangan motivasi karyawan, serta hilangnya pengetahuan organisasi yang krusial.
Oleh karena itu, setiap perusahaan—baik skala kecil, menengah, maupun besar—perlu mulai mengadopsi perencanaan suksesi sebagai bagian dari strategi pengelolaan SDM dan tata kelola organisasi. Investasi dalam talent pool dan pengembangan pemimpin masa depan bukan hanya mengurangi risiko, tetapi juga memperkuat fondasi keberhasilan jangka panjang perusahaan.