Insight Talenta 10 min read

360 Degree Feedback, Metode Penilaian Kinerja yang Perlu Anda Ketahui

Tayang
01 Feb, 2025
Diperbarui
23 Juni 2025
Di tulis oleh:
Foto profil Jordhi Farhansyah
Jordhi Farhansyah
Di review oleh:
Mekari Talenta Expert Reviewer
Dolfie Waturandang

Jika berbicara performance appraisal, maka ada salah satu metode yang cukup menarik untuk dibahas, yaitu 360 degree feedback.

360 degree feedback merupakan metode performance appraisal yang menitikberatkan pada pengumpulan informasi dari berbagai pihak untuk mengukur kinerja seseorang.

Metode yang cukup awam didengar ini, sebenarnya sudah ada dan digunakan sejak lama. Bahkan mungkin akan sangat familiar di sekitar Anda.

Meski pada awalnya cukup kontroversial. metode ini mengalami beberapa pengembangan dan digunakan oleh banyak perusahaan saat ini.

Lalu apa sebenarnya metode 360 degree feedback dan seberapa efektif kah digunakan untuk mengukur kinerja karyawan? Berikut penjelasan dari Mekari Talenta.

Apa itu 360 Degree Feedback?

Menurut kalian, Dia itu gimana sih orangnya?”

Kata-kata tersebut mungkin sering Anda dengar di perkumpulan sosial Anda atau bahkan obrolan ringan ketika jam istirahat kantor.

Di mana ada satu orang yang menanyai pertanyaan tersebut ke satu-per-satu ke semua orang yang berada di tempat itu.

Tentu akan ada satu atau dua bahkan semuanya akan merespon pertanyaan tersebut.

Pada dasarnya, apa yang Anda lakukan pada saat itu cukup mendefinisikan apa itu 360 degree feedback atau penilaian 360 derajat.

360 degree feedback sendiri adalah metode penilaian kinerja dengan cara mengumpulkan informasi berupa umpan balik yang diperoleh dari berbagai pihak yang berinteraksi langsung dengan objek evaluasi.

Contoh: Seorang manajer tidak hanya dinilai oleh atasannya, tetapi juga oleh rekan satu tim, karyawan bawahan, dan dirinya sendiri untuk mengetahui kekuatan dan area pengembangan.

Pihak-pihak yang dimaksud adalah anak buah, rekan kerja, supervisor, klien langsung dan termasuk self-evaluation yang dilakukan karyawan itu sendiri.

Penilaian dengan metode ini bersifat kualitatif baik berdasarkan memberikan pertanyaan-pertanyaan maupun menggunakan penjelasan deskriptif.

Karena informasi yang didapat berasal dari berbagai pihak, maka metode ini dinamakan 360 degree feedback atau sering disebut juga multi-rater feedback.

Jadi definisi 360 degree feedback adalah alat evaluasi multi-sumber yang digunakan perusahaan untuk menilai kompetensi interpersonal, komunikasi, kepemimpinan, kerja sama tim, dan pengaruh karyawan terhadap lingkungan kerja.

Lakukan absensi dengan mudah di mana pun pakai Live Attendance dari Mekari Talenta!

Dari Mana Saja Sumber Penilaian dalam 360 Feedback?

Sumber Umpan Balik Peran Dalam Penilaian
Atasan Langsung Menilai kinerja strategis dan pencapaian hasil kerja
Rekan Kerja (Peer) Menilai kerja sama tim, komunikasi, dan kolaborasi
Bawahan (Subordinate) Menilai gaya kepemimpinan, keadilan, dan dukungan atasan
Diri Sendiri Refleksi diri terhadap kekuatan dan kelemahan
Pelanggan/Klien Menilai pelayanan, profesionalisme, dan kualitas kerja (jika relevan)

Komponen yang Dinilai Apa Saja

360 degree feedback biasanya tidak fokus pada hasil kerja semata, tapi lebih pada kompetensi perilaku dan interpersonal, seperti:

  • Kepemimpinan dan pengambilan keputusan
  • Keterampilan komunikasi
  • Kemampuan memotivasi dan memberdayakan
  • Etika kerja dan tanggung jawab
  • Kerja tim dan kolaborasi

Baca juga: Evaluasi Tahunan atau Feedback Berkala, Mana yang Lebih Baik?

360 Degree Feedback: Berawal dari Organisasi Militer

Penggunaan 360 degree feedback diketahui berawal dari organisasi militer di tahun 1930-an.

Dimana seorang psikolog militer Johann Baptist Rieffert melakukan pengumpulan informasi kepada anggota militer untuk memilih kandidat dan mengevaluasi prajurit saat Perang Dunia ke 2.

Singkatnya, metode ini mulai diterapkan pada bidang HR perusahaan di tahun 1950-an yang digunakan oleh Esso Research and Engineering Company.

Kemudian di tahun 1980-an, metode ini mulai populer di tangan Jack Welch ketika melakukan perampingan perusahaannya, General Electronic.

Saat ini, lebih dari 85% perusahaan besar Top 500 menggunakan metode 360 degree feedback.

Dimana Mekari Talenta adalah salah satu aplikasi HR yang menyediakan fitur ini.

Saya Mau Bertanya ke Tim Sales Mekari Talenta Sekarang

Mengelola kinerja karyawan dengan aplikasi performance review yang dilengkapi fitur 360 degree feedback by Talenta

Alasan Menggunakan 360 Degree Feedback

Seperti yang Anda tahu, banyak metode performance appraisal yang bisa Anda gunakan.

Namun perlu diakui bahwa metode 360 degree feedback memberikan banyak manfaat dan kemudahan bagi perusahaan dalam melakukan performance appraisal.

Lantas apa saja kelebihan yang diberikan menggunakan metode ini?

1. Lebih Efisien Waktu dan Biaya

Pada awalnya, metode 360 degree feedback mengalami banyak masalah. Metode ini dianggap memakan banyak waktu dan biaya.

Dulu, HR membutuhkan banyak kertas dan penilaiannya bisa berlangsung selama berhari-hari.

Namun semakin berkembangnya teknologi salah satunya adalah internet, metode ini dianggap menjadi metode yang paling efisien dan hemat biaya.

Proses penilaian bisa berlangsung dengan cepat melalui internet.

Bahkan beberapa penyedia aplikasi penilaian kinerja menyediakan fitur kustomisasi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

2. 360 Degree Feedback Berfokus pada “Bagaimana” bukan “Apa”

Berbeda dengan metode lain, metode 360 degree feedback berfokus pada proses bukan hasil akhir, tidak ada jawaban pilihan antara yes atau no.

Metode ini membantu perusahaan untuk mengetahui bagaimana seluruh aspek yang ada pada karyawan selain kemampuan diri memengaruhi kinerja tim.

Misalnya hubungan antara karakter dan kemampuan fisik karyawan dengan kinerja dan interaksi tim.

Sehingga hasil akhir penilaian bukan antara bagus atau tidak, namun solusi yang harus dicapai baik oleh HR maupun tim.

Misalnya, ternyata dalam penilaian ditemukan bahwa manajer dari tim A menginginkan pekerjaan selesai di waktu-waktu yang sangat ketat.

Sedangkan peraturan kantor A juga tidak diperbolehkan untuk bekerja lembur di hari libur.

Karena ada tabrakan tuntutan dan peraturan ini, karyawan cenderung burnout dan selalu mendapatkan hasil kinerja yang buruk.

Dengan kata lain, metode ini juga mampu mengidentifikasi perbedaan persepsi antara perusahaan, manajer, rekan kerja, atau bawahan.

Hal ini juga yang membuat metode ini mampu membantu Anda sebagai HR untuk mengambil langkah strategis, memperjelas aspek kinerja kritis, serta bagian apa yang perlu diperbaiki dalam organisasi.

3. Membangun Kesadaran Diri

Menurut Jack Zenger, Co-Founder Zenger Folkman, agen konsultasi HR di Amerika Serikat menyatakan pada dasarnya orang senang untuk diberi feedback atas pekerjaan mereka.

Bahkan karyawan cenderung khawatir apabila tidak ada pihak yang memberikan respon terhadap apa yang telah mereka lakukan.

Dengan adanya feedback, karyawan akan mendapatkan pandangan luas tentang bagaimana mereka dipandang dengan karyawan lainnya.

Karyawan juga mendapatkan gambaran bagaimana mereka mampu memberikan pengaruh baik kepada perusahaan maupun karyawan lainnya.

Dengan kata lain metode ini mampu meningkatkan kesadaran diri terhadap kepribadian, kekuatan, kelemahan, keyakinan, dan motivasi mereka.

Sehingga bukan tidak mungkin, metode ini juga dapat membantu karyawan untuk menyesuaikan sikap mereka dengan tim pada saat bekerja.

Pada akhirnya, karyawan mampu memainkan perannya di dalam organisasi secara efektif.

4. Mengurangi Bias dan Diskriminasi

Metode penilaian satu arah dianggap sering menimbulkan bias, tidak transparan dan diskriminasi.

Bahkan beberapa berpendapat, aspek kesukuan, usia, agama, jenis kelamin menjadi faktor adanya diskriminasi terhadap penilaian.

Karena metode 360 degree feedback ini menekankan pada aspek yang lebih subyektif dan dilakukan dengan sangat terbuka, maka perusahaan mampu mengurangi bias dan diskriminasi saat melakukan penilaian kinerja.

Selain itu, penilaian menggunakan metode ini biasanya dilakukan pada periode tertentu dan dilakukan berkali-kali.

Hal tersebut memungkinkan Anda menghindari penilaian yang sifatnya diskriminatif dan tentu penilaian tersebut berdasarkan interaksi pekerjaan terakhir pada periode penilaian yang dilakukan.

5. Mengembangkan Kinerja dan Produktivitas

Dalam laporan Gallup yang dilakukan pada tahun 2011 pada 530 unit kerja bisnis menyatakan manajer yang menerima feedback menunjukkan kenaikan produktivitas hingga 12,5%.

Perlu diingat juga bahwa dalam metode 360 degree feedback, Anda sebagai HR melibatkan berbagai pihak termasuk karyawan Anda.

Hal ini juga yang membuat karyawan merasa terlibat dan memengaruhi employee engagement rate yang dianggap berpengaruh pula pada produktivitas karyawan.

6. Meningkatkan Kualitas Komunikasi

Dalam perkembangannya, metode 360 degree feedback merupakan hanya proses awal dari rentetan penilaian kinerja yang berlangsung di sebuah perusahaan.

Metode ini juga tidak lagi hanya menggunakan anonymous rate, namun bisa dikustomisasi agar proses rating dapat dilakukan secara terbuka.

Misalnya, setelah memberikan feedback, biasanya manajer divisi akan melakukan one-on-one session kepada tiap anggotanya atau open discussion antar anggota divisi.

Dengan begini, proses asesmen kinerja bisa juga menjadi sarana peningkatan kualitas komunikasi.

Tiap karyawan bisa menyampaikan secara langsung pendapat mereka tentang situasi kerja saat ini.

Umumnya, keterbukaan ini akan berdampak pada kekompakan tim dan kualitas interaksi antar anggota tim ketika bekerja.

Baca juga: Bagaimana Penilaian Kinerja Karyawan Industri Manufaktur?

Kekurangan Metode 360 Degree Feedback

Di samping kelebihannya, metode 360 degree feedback juga memiliki kelemahan. Apa saja itu?

Pertama, apabila lingkungan kerja Anda dari awal sudah terdapat persaingan tidak sehat, metode ini akan menjadi bumerang bagi karyawan Anda.

Karyawan biasanya akan melakukan feedback yang intimidatif dan cenderung negatif.

Sedangkan lainnya, tidak berani untuk berkata jujur untuk situasi yang sedang dihadapinya.

Kedua, metode 360 degree feedback sangat dipengaruhi oleh seberapa lama karyawan-karyawan di perusahaan Anda bekerja.

Menurut jurnal yang disusun oleh Robert Eichinger tahun 2004 tentang Leadership Development, semakin lama karyawan bekerja di perusahaan Anda, maka hasil dari metode feedback akan semakin akurat.

Bayangkan jika Anda korelasikan dengan situasi turnover karyawan saat ini yang cenderung tinggi.

Akan sulit bagi perusahaan untuk menerapkan metode ini.

Ketiga, menurut jurnal yang ditulis Qureishi humera pada tahun 2020, akurasi hasil dari 360 degree feedback sangat dipengaruhi oleh kedekatan emosional antara penilai dan subjek yang dinilai.

Sehingga bias penilaian antar karyawan melalui 360 degree feedback bisa saja terjadi.

Terakhir adalah faktor dari the paradox of reward yang dikemukakan oleh Maury Peiperl pada tahun 2011.

Paradoks ini menjelaskan bahwa apabila perusahaan menggunakan metode 360 degree feedback sebagai pemberian reward atau bahkan berakhir pemecatan, maka hasil dari metode ini akan semakin tidak akurat.

Dalam hal ini, pemberi feedback akan berusaha tidak jujur. Entah karena menginginkan reward atau tidak ingin rekan kerjanya dimutasi, diturunkan jabatannya, bahkan dipecat.

Baca juga: Metode Penilaian Kerja untuk Ukur Produktivitas Karyawan

Cara Terbaik Melakukan 360 Degree Feedback

Anda sudah mengetahui good and bad ketika menggunakan 360 degree feedback.

Lantas bagaimana penerapan terbaik menggunakan metode ini?

1. 360 Degree Feedback Bukan Satu-Satunya Cara

Jangan jadikan 360 degree feedback sebagai satu-satunya metode yang digunakan.

Anda bisa melanjutkannya dengan one-on-one interview session atau open discussion untuk melakukan klarifikasi.

2. Bangun Lingkungan Kerja yang Sehat

Bangun lingkungan kerja yang sehat untuk menciptakan budaya kerja yang baik.

Perlu diingat bahwa metode ini sangat dipengaruhi oleh employee behavior.

Sikap karyawan sangat dipengaruhi bagaimana Anda mengelola karyawan.

Misalnya mulai dari sistem jam kerja, benefit karyawan, atau kemudahan akses untuk mengembangkan diri.3

3. Manfaatkan Data

Kinerja karyawan yang telah dinilai juga perlu dipantau perkembangannya. Ada cukup banyak aplikasi HRD yang bisa membantu permudah mengumpulkan data ini.

Misalnya, seberapa jauh kinerja karyawan Anda berkembang, atau adanya penurunan atau kenaikan moral karyawan.

Pemantauan ini hanya bisa dilakukan apabila Anda memiliki tools dan data yang cukup untuk menganalisis kinerja karyawan.

Selain itu data terkait absensi online dan gaji juga penting untuk membantu Anda menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi penilaian kinerja.

Fitur laporan di dalam aplikasi performance review dengan 360 degree feedback - Mekari Talenta

4. Mudah Diakses oleh Karyawan

Pastikan setiap dimulainya penilaian, karyawan dapat mengakses proses asesmen tersebut.

Informasi mengenai proses asesmen perlu diketahui oleh semua karyawan.

Itulah artikel singkat mengenai 360 degree feedback, Anda bisa memanfaatkan software HRIS seperti Mekari Talenta untuk memaksimalkan proses penilaian kinerja karyawan.

Mekari Talenta memiliki fitur announcement dimana Anda bisa menyebarkan informasi terkait proses penilaian 360 degree feedback.

Tidak kalah penting, Mekari Talenta juga bisa berfungsi sebagai aplikasi penilaian kinerja karyawan yang di dalamnya juga terdapat fitur 360 degree feedback.

Tertarik mempelajari lebih lanjut mengenai fitur Performance Management dari Mekari Talenta?

Isi form berikut ini untuk mendaftarkan diri Anda dan coba gratis demo aplikasi Mekari Talenta sekarang juga.

Kapan Sebaiknya Metode 360 Degree Feedback Digunakan?

Metode 360 degree feedback bukan sekadar alat evaluasi, tetapi merupakan instrumen strategis yang mendukung pengambilan keputusan berbasis data, pengembangan karyawan, dan pembentukan budaya kerja yang sehat.

Penggunaannya sangat disarankan dalam:

  • Program pengembangan kepemimpinan
  • Proses coaching dan pelatihan
  • Persiapan promosi dan suksesi jabatan
  • Pengukuran budaya organisasi

Dengan penerapan yang tepat dan berbasis kepercayaan, sistem ini dapat memperkuat performa individu dan organisasi secara menyeluruh.

1. Dalam Pengembangan Kepemimpinan dan Manajerial

Evaluasi Kompetensi Kepemimpinan Secara Menyeluruh

Dalam konteks pengembangan kepemimpinan, metode 360 degree feedback sangat bermanfaat karena memberikan pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana seorang pemimpin dipersepsikan oleh berbagai pihak.

Seorang manajer mungkin merasa sudah menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan baik, tetapi bisa jadi bawahannya merasa kurang mendapat dukungan emosional atau instruksi yang jelas. Perspektif ini hanya bisa diperoleh melalui pendekatan multi-sumber.

Meningkatkan Kesadaran Diri (Self-Awareness)

Kepemimpinan yang efektif sangat erat kaitannya dengan self-awareness.

Dengan memperoleh masukan dari berbagai arah, seorang pemimpin bisa melihat kesenjangan antara persepsi dirinya sendiri dengan pandangan orang lain terhadapnya.

Hal ini dapat menjadi cermin yang objektif dan memotivasi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Menjadi Fondasi Program Leadership Development

Banyak organisasi menyertakan 360 feedback sebagai bagian dari modul pengembangan kepemimpinan. Setelah penilaian dilakukan, hasilnya dapat digunakan untuk membuat Individual Development Plan (IDP) yang spesifik dan terukur.

Misalnya, jika seorang manajer dinilai kurang komunikatif oleh timnya, maka program pelatihan komunikasi bisa dimasukkan dalam rencana pengembangan pribadinya.

Mendorong Budaya Umpan Balik Terbuka

Dalam jangka panjang, penerapan 360 feedback di tingkat manajerial akan menanamkan budaya kerja yang lebih terbuka terhadap masukan.

Pemimpin akan terbiasa menerima kritik dengan cara konstruktif dan tidak defensif—karakteristik penting dalam organisasi modern yang agile dan kolaboratif.

2. Sebagai Bagian dari Program Coaching atau Pelatihan

Mengukur Titik Awal Sebelum Pelatihan

Sebelum sebuah pelatihan atau coaching program dimulai, sangat penting mengetahui baseline atau kondisi awal peserta.

360 degree feedback membantu coach dan peserta pelatihan mengetahui area mana yang membutuhkan peningkatan, berdasarkan pandangan orang-orang yang bekerja bersamanya sehari-hari.

Monitoring Perkembangan Secara Berkala

Setelah pelatihan berlangsung, feedback bisa digunakan kembali sebagai alat evaluasi lanjutan untuk melihat perubahan yang terjadi.

Hal ini membuat proses coaching tidak hanya berdasarkan asumsi, tetapi didasarkan pada data yang nyata dan terukur.

Dengan begitu, kemajuan peserta dapat dirayakan dan kekurangan yang masih ada bisa ditangani lebih cepat.

Menyediakan Insight yang Tidak Terbaca oleh Trainer

Banyak aspek perilaku yang tidak muncul saat pelatihan di ruang kelas, namun sangat terlihat dalam kehidupan kerja sehari-hari.

Misalnya, seseorang mungkin terlihat antusias dalam sesi training, tetapi kurang partisipatif dalam tim kerja. Insight semacam ini hanya bisa diperoleh melalui feedback rekan kerja.

Membantu Menentukan Modul dan Materi Pelatihan

Organisasi dapat menganalisis hasil keseluruhan 360 feedback dari banyak karyawan dan menggunakannya untuk mengidentifikasi tren.

Jika banyak karyawan mendapat skor rendah dalam keterampilan mendengarkan aktif atau problem solving, maka materi pelatihan bisa disesuaikan agar lebih tepat sasaran.

3. Untuk Mempersiapkan Promosi atau Rotasi Jabatan

Menilai Kesiapan dan Kelayakan Kandidat

Salah satu tantangan besar dalam promosi adalah memastikan bahwa kandidat tidak hanya unggul secara teknis, tetapi juga kompeten secara interpersonal dan kepemimpinan.

Metode 360 degree feedback memberikan gambaran multidimensi mengenai kesiapan seseorang untuk naik ke jabatan yang lebih tinggi.

Feedback dari berbagai pihak bisa mengungkap aspek yang tidak terlihat dalam angka atau hasil kerja semata, seperti kemampuan memotivasi tim, ketahanan dalam tekanan, atau sikap kolaboratif—yang semuanya krusial dalam posisi strategis.

Menghindari Bias Subjektif

Keputusan promosi seringkali mengandung unsur subjektivitas, terutama jika hanya berdasarkan penilaian satu atasan.

Dengan adanya data dari berbagai arah, keputusan menjadi lebih objektif dan adil. Ini juga penting untuk menjaga kepercayaan dalam organisasi bahwa proses karier dilakukan berdasarkan meritokrasi.

Memberikan Bahan Diskusi dalam Assessment Center

Hasil 360 feedback dapat dijadikan sebagai bahan awal dalam assessment center atau diskusi panel promosi.

Data ini akan memperkuat penilaian dari simulasi tugas, presentasi, atau studi kasus yang dijalankan dalam proses seleksi promosi.

Persiapan untuk Suksesi Jabatan

Metode ini juga digunakan dalam strategi succession planning untuk memetakan talenta potensial.

Kandidat yang secara konsisten mendapat umpan balik positif dari berbagai stakeholder cenderung lebih siap untuk menempati posisi kunci di masa depan.

4. Untuk Mengukur Budaya Organisasi

Menilai Aspek Budaya Seperti Keterbukaan dan Empati

Salah satu indikator keberhasilan budaya organisasi adalah bagaimana nilai-nilai seperti keterbukaan, empati, dan kolaborasi diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.

360 degree feedback bisa digunakan sebagai alat ukur untuk mengumpulkan persepsi tentang seberapa jauh nilai-nilai budaya tersebut dipraktikkan oleh karyawan di berbagai level.

Mengidentifikasi Gap Antara Nilai dan Praktik

Seringkali perusahaan sudah mendeklarasikan nilai-nilai perusahaan di dinding kantor atau dalam buku pedoman.

Namun apakah nilai-nilai tersebut benar-benar hidup dan tercermin dalam tindakan karyawan?

Dengan mengumpulkan feedback dari berbagai pihak, organisasi dapat mengetahui apakah masih ada kesenjangan antara budaya ideal dan realita di lapangan.

Mengukur Tingkat Kolaborasi Antar Tim

Feedback 360 bisa mencerminkan seberapa baik hubungan lintas departemen, kemampuan bekerja dalam tim, serta tingkat dukungan antar rekan kerja.

Ini menjadi ukuran konkret apakah budaya kerja kolaboratif sudah terbentuk atau masih bersifat silo (terpisah).

Menjadi Dasar Intervensi Budaya

Jika hasil feedback menunjukkan adanya kelemahan sistemik dalam budaya organisasi, seperti komunikasi yang tertutup atau tingginya individualisme, maka perusahaan dapat melakukan intervensi berbasis data.

Misalnya dengan mengadakan pelatihan team-building, kampanye budaya kerja, atau mengganti model kepemimpinan.

Image
Jordhi Farhansyah Penulis
Penulis yang selama 2 tahun terakhir fokus memproduksi konten seputar HR dan bisnis. Selain menulis, sehari-hari Jordhi juga aktif merawat hobinya di bidang fotografi analog.
Mekari Talenta
Dolfie Waturandang, S.E, CT.BNSP

Dolfie adalah Learning & Development manager di Midplaza Holding. Ia memiliki sertifikasi BNSP sebagai trainer dan 12 tahun pengalaman kerja sebelumnya di industri ritel.

WhatsApp Hubungi sales