Jadi, kenapa lebih sedikit pemimpin wanita daripada pria? Simak ulasan Talenta berikut ini.
Dalam pidato TED-nya, Sheryl Sandberg, Chief Operating Officer Facebook mengatakan bahwa manusia seharusnya bersyukur bahwa tidak lagi hidup di zaman perang.
Akses yang terbatas jadi kesulitan tersendiri bagi pemimpin wanita.
Lantas kenapa sampai saat ini pemimpin wanita lebih sedikit daripada pria?
Pada saat itu, gerak wanita sangatlah terbatas.
Berbeda di zaman sekarang dimana sudah banyak wanita yang mendapatkan akses pendidikan yang layak, hingga menempati berbagai posisi dalam angkatan kerja.
Namun sayangnya, di zaman yang konon katanya telah memasuki zaman kesetaraan gender, belum ada wanita yang mampu mencapai puncak dalam berbagai sektor.
Data menunjukkan bahwa, hanya 9 wanita yang menjabat sebagai kepala negara dari total 190 kepala negara di dunia.
Begitu juga dalam parlemen, wanita hanya mengisi sekitar 13 persen. Dalam sektor korporasi, hanya 16 persen wanita yang mampu menempati level C.
Bahkan jumlah ini tidak bergerak secara signifikan sejak tahun 2002.
Menurutnya, ada yang salah dalam hal ini, bahkan dalam sektor non-profit yang konon lebih di dominasi oleh wanita.
Masalah lain yang menyangkut hal ini ialah, terkadang wanita harus memilih antara kehidupan professional dengan kehidupan pribadi.
Sebuah penelitian dari Amerika menunjukkan bahwa, seorang manajer yang telah menikah, dua pertiganya terdiri dari laki-laki mempunyai anak dan sepertiganya terdiri dari perempuan memiliki anak.
Hingga Sheryl menceritakan pengalamannya beberapa tahun lalu ketika ia melakukan rapat negosiasi bisnis di New York, hasilnya?
Seorang Partner mengatakan bahwa selama ia melakukan banyak negosiasi bisnis, Sheryl adalah satu-satunya wanita yang melakukan negosiasi tersebut dan berhasil.
Bagaimana cara memperbaiki kondisi ini? Bagaimana peremuan bisa menempati lebih banyak kursi dalam jajaran top level manajemen?
Apalagi jumlah perempuan menurun dibandingkan ketika mereka memasuki angkatan kerja dan tidak ada satupun yang membicarakan hal ini?
Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan ketika membicarakan hal-hal ini terutama kepada generasi perempuan selanjutnya?
Walaupun bekerja memang tidak untuk semua wanita, hal pertama yang terlintas di benak mereka saat membicarakan hal ini adalah fleksibilitas dan program mentoring khusus perempuan.
Setidaknya ada tiga hal yang ditekankan oleh Sheryl bagi perempuan yang ingin terus bekerja.
Duduklah di Atas Meja
Ada data yang menunjukkan bahwa wanita terlalu sering mengesampingkan kemampuan mereka.
Hal inilah yang penyebab wanita tidak mampu menegosiasi gaji mereka lebih tinggi.
Dalam penelitian yang sama, setidaknya hanya 57% persen dari orang yang mampu negosiasi gaji karyawan pertama lebih tinggi, dan hanya 7% dari perempuan yang mampu melakukan ini.
Yang lebih parah lagi, pria selalu menganggap bahwa ia lah satu-satunya orang yang membuat diri mereka sukses, sedangkan perempuan selalu menyebutkan faktor eksternal seperti teman-teman yang tidak membantu secara signifikan.
Walalupun hal ini sepele, kenyataannya pria lebih disukai jika mereka sukses.
Sedangkan pemimpin wanita cenderung dijauhi.
Akar permasalahan lain adalah, ketika para wanita masih muda dan berada dalam dua tahun pertama di pekerjaan mereka, mereka banyak dituntut untuk sukses dalam segala hal, namun ketika mereka mencapainya, mereka tidak disukai. Berbeda dengan anak laki-laki.
Mengapa hal ini penting untuk diketahui?
Hal ini penting karena tidak ada yang mampu mencapai sudut kantor dengan duduk di sisi meja, bukan di atas meja.
Singkatnya, tidak ada yang bisa mendapatkan promosi jika mereka tidak berpikir bahwa mereka pantas mendapatkannya, apalagi tidak mengerti faktor kesuksesan mereka sendiri.
Walaupun terkadang manajer juga tidak bisa melihat bahwa wanita juga ingin memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki.
Oleh karena itu, wanita harus percaya bahwa wanita semua mampu “duduk di atas meja” untuk mendapatkan kesempatan yang sama.
Baca Juga : Keuntungan Menggunakan Aplikasi Software Attendance Management
Buat Partner Anda sebagai Partner yang Sesungguhnya
Zaman sekarang wanita mulai banyak membuat kemajuan dalam berbagai angkatan kerja dibandingkan di rumah.
Data yang menunjukkan hal ini juga sangat jelas bahwa jika pria dan wanita bekerja secara penuh waktu dan memiliki anak, wanita mengerjakan dua kali pekerjaan rumah dibandingkan pria, dan tiga kali lebih besar untuk urusan anak dibandingkan pria.
Singkatnya, beban wanita lebih besar dibandingkan dengan beban pria.
Penyebabnya cukup kompleks. Sebagai orang yang tinggal dalam lingkungan masyarakat, banyak yang menaruh tekanan yang lebih besar pada laki laki untuk sukses dibandingkan dengan perempuan.
Oleh karena itu, susah bagi laki-laki yang mampu mengerjakan urusan rumah tangga.
Mengatur urusan rumah tangga adalah pekerjaan yang sama-sama sulit bagi kedua gender.
Sudah seharusnya untuk mampu membuat pria lebih terlibat dalam pekerjaan rumah tangga jika tetap bekerja.
Studi menunjukkan bahwa rumah tangga yang memilki pendapatan setara dari pria dan wanita juga memiliki tingkat perceraian yang rendah.
Baca juga: Trik Memperoleh Kandidat Karyawan Terbaik ala Pimpinan HR Google
Jangan Pergi Sebelum Pergi
Terkadang ironis ketika wanita memiliki kesempatan untuk naik jabatan sebagai pimpinan, mereka justru lebih memilih untuk keluar. Ia mulai memikirkan urusan anak dan suami disaat mereka juga belum menikah.
Ia cenderung menghalangi dirinya sendiri: ia tidak lagi aktif di tempat kerja, menolak promosi, tidak mengambil proyek baru, hingga kaluar dari pekerjaan setelah menikah.
Menjadi orang tua adalah pekerjaan yang sulit bagi pria maupun wanita.
Namun jika hal itu memang belum saatnya, tetaplah berada di tempat kerja.
Jangan berhenti mencari kesempatan. Jangan pergi sebelum pergi.
Namun jika memutuskan sebaliknya, pastikan telah memutuskan hal tersebut secara matang.
Generasi X, yang terkenal memiliki kemampuan manajerial korporat yang lebih baik dibandingkan dengan benerasi lain, masih belum mampu merubah jumlah wanita yang berada di puncak. Jumlah tersebut belum sampai 20%.
Menurut Sheryl, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah mendidik para perempuan dalam generasi selanjutnya dahwa mereka berhak untuk sukses sebagaimana laki-laki serta mensupport sesama perempuan dan kolega perempuan agar mampu sukses bersama.
Baik perempuan maupun laki-laki, keduanya berhak untuk dihormati ketika mencapai kesuksesan. Bukan dibenci hanya karena gendernya.
Berbicara mengenai kepemimpinan, Anda juga perlu mengetahui bahwa kini, batas birokrasi antar pimpinan dan karyawan dipermudah dengan kehadiran aplikasi HRIS online Talenta.
Talenta mendukung bisnis Indonesia untuk terus bertahan dengan menggunakan teknologi penggajian otomatis dan manajemen SDM berbasis cloud.
Dengan peningkatan yang tiada henti, Talenta terus dikembangkan untuk memenuhi setiap kebutuhan dari jarak jauh dan situasi WFH.
Talenta membantu Anda menyelesaikan penggajian kapan saja, di mana saja tanpa hambatan fisik.
Proses pembayaran gaji hingga menjadi lebih mudah bahkan selama WFH.
Talenta memenuhi kebutuhan perusahaan selama WFH dengan fitur kehadiran virtual terbaru yang terintegrasi dan real-time. Mulai dari:
- Mengatur jadwal kerja
- Sistem absensi karyawan secara online
- Sistem informasi cuti pegawai berbasis web & mobile
- Pengajuan lembur
- Menghitung gaji karyawan dengan aplikasi penggajian terbaik di Indonesia
- Pembuatan slip gaji karyawan yang mudah dan cepat
Talenta juga dapat disesuaikan dengan bidang industri Anda, mulai dari hospitality, manufaktur, ritel & food service, jasa profesional, hingga teknologi informasi.
Tertarik untuk mencoba aplikasi HR Talenta? Isi formulir ini untuk jadwalkan demo Talenta dengan sales kami dan konsultasikan masalah HR Anda kepada kami!
Anda juga bisa coba gratis Talenta sekarang dengan klik gambar dibawah ini.