Berikut adalah analisis karakter karyawan yang secara umum ada di setiap perusahaan dan juga berdasarkan generasi seperti generasi X, generasi Y, Millenial, generasi Z. Seperti apa? Selengkapnya simak blog Mekari Talenta.
Apa Pentingnya Analisis Karakter Karyawan Secara Umum Dan Berdasar Generasi?
Lingkungan dan budaya kerja perusahaan saat ini bisa dikatakan lebih beragam.
Hal itu tak terlepas dari beragamnya karakter karyawan dari generasi berbeda yang bekerja dalam satu perusahaan.
Bila 15-20 tahun lalu sebuah perusahaan mungkin hanya diisi oleh satu generasi, tapi lain hal sekarang ini yang bisa sampai 3 generasi sekaligus.
Tapi berdasarkan beberapa sumber, saat ini bahkan tak sedikit perusahaan yang mengumpulkan 7 generasi sekaligus.
Mungkin yang dilihat dimulai dari jabatan direktur utama hingga office boy.
Tapi, tetap saja, sekalipun dalam perusahaan Anda hanya terdapat karyawan yang berasal dari 3 generasi, perbedaan karakter dan cara kerja bisa menjadi pengganjal majunya perusahaan Anda.
Robert G. Delcampo, dalam bukunya yang berjudul ‘Managing The Multi-Generational Workforce: From the GI Generation to the Millennials‘, menulis bagaimana pentingnya pemahaman soal generasi karena dapat membantu perusahaan memetakan langkah terkait perekrutan, pelatihan, hingga penjagaan terhadap tenaga kerja dari masing-masing generasi tersebut.
Tentu tidak mudah untuk dapat menyatukan tiga generasi berbeda dalam satu wadah.
Tapi, Anda memang perlu mengalihkan pemikiran lebih jauh ke depan dengan memahami pola pikir beda generasi dengan bantuan analisis karakter karyawan yang mendalam.
Seperti yang tertuang pada buku This is the spirit of The Gen Z Effect: The Six Forces Shaping the Future of Business (Bibliomotion, 2014) yang ditulis oleh Thomas Koulopoulos dan Dan Keldsen:
Pemikiran dari masing-masing generasi seperti menara yang hanya berfungsi untuk membagi kita. Mengapa tidak fokus pada perilaku yang dapat menyatukan kita?
Karena itulah Anda perlu tahu seperti apa karakter dan pemikiran dari masing-masing generasi karyawan sehingga Anda pun dapat menganalisa bagian mana yang bisa menyatukan mereka.
Bagaimana Cara Analisis Dan Mengetahui Karakter Karyawan Secara Spesifik?
Mengenali karakter karyawan adalah hal penting bagi keberhasilan perusahaan.
Ada beberapa cara untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang karakter seorang karyawan.
Observasi Secara Langsung
Salah satu cara terbaik untuk mengetahui karakter karyawan adalah dengan mengamati perilakunya sehari-hari di tempat kerja.
Dalam jangka waktu tertentu, sifat asli karyawan akan terungkap, termasuk cara berinteraksi dengan rekan kerja, respon terhadap tekanan, dan konsistensi dalam bekerja.
Observasi ini membutuhkan waktu dan kesabaran, tetapi memberikan gambaran yang autentik tentang karakter mereka.
Menggunakan Assessment Psikologi
Untuk mendapatkan informasi yang lebih cepat dan akurat, perusahaan dapat menggunakan assessment psikologi berdasarkan teori psikologi.
Tes ini membantu melakukan analisis karakter karyawan dengan lebih terperinci.
Hasil tes psikologi ini memberikan gambaran tentang kepribadian dan potensi karyawan, keterampilan komunikasi, dan cara mereka beradaptasi dalam tim kerja.
Penting untuk mencatat bahwa hasil tes psikologi harus diinterpretasikan oleh seorang praktisi yang berpengalaman dalam bidang ini.
Seorang ahli psikologi yang kompeten dapat menganalisis hasil dengan tepat, meminimalkan bias, dan memberikan wawasan yang bernilai bagi pengambilan keputusan perusahaan.
Baca Juga: Pentingnya Memperhatikan Profesionalitas dalam Bekerja
Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam dengan karyawan juga dapat memberikan wawasan tentang karakter mereka.
Pertanyaan yang tepat dan terarah dapat membantu menggali nilai-nilai, motivasi, dan tujuan hidup karyawan.
Wawancara ini harus dilakukan dengan empati dan kecermatan untuk membangun hubungan yang baik antara karyawan dan manajemen.
Mengetahui karakter karyawan secara spesifik adalah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif.
Pengamatan, assessment psikologi, dan wawancara mendalam adalah alat yang berharga untuk memahami karyawan dengan lebih baik dan memastikan kesesuaian mereka dengan peran yang diemban dalam tim kerja.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang karakter karyawan, perusahaan dapat lebih efektif dalam memotivasi, mengembangkan, dan memanfaatkan potensi maksimal dari setiap individu.
Baca Juga: Dear HR, Ini Cara Atasi Karyawan yang Jenuh dalam Pekerjaan
Analisis Karakter Karyawan Berdasarkan Generasi
Dalam artikel ini, Mekari Talenta akan menjabarkan karakter dari 3 generasi berbeda, yaitu Generasi X, Generasi Y (milennial), dan Generasi Z.
1. Karakter Karyawan Generasi X (1961-1980)
Generasi X bisa dibilang sebagai generasi paling mandiri dibanding dua generasi lainnya.
Itu karena banyak yang menyebutkan bila generasi ini tumbuh dan besar dengan pengawasan orangtua paling ini.
Generasi ini juga dikatakan tumbuh di tengah tingginya angka perceraian serta kesibukan para orangtua (dari generasi Baby Boomers) yang sama-sama bekerja.
Karena itulah banyak pengamat yang yakin kalau Generasi X ini merupakan generasi yang mandiri.
Tak heran kalau generasi satu ini memang cocok menempati miliki karakter karyawan sebagai posisi pemimpin sebuah tim dalam perusahaan.
Tapi ada catatan lain, generasi ini juga dianggap skeptis dan bersifat pragmatis, walaupun tetap bisa fleksibel.
Sifat fleksibel mereka itulah yang membuat Generasi X ini dikenal mampu bekerja sama dengan baik dalam tim, dapat berpikir global, dan mampu menerima aneka ragam perbedaan.
Selain itu, ini punya karakter ingin dapat menunjukkan kualitasnya dan tak takut bersaing tanpa peduli senioritas di tempat kerja.
Dan karena sifatnya pragmatis, orientasi mereka pun bukan pada proses, tapi lebih kepada hasil dan produktivitas dalam bekerja.
Generasi X juga dikenal pintar dalam mengelola waktu sehingga lebih memahami efisiensi dalam bekerja.
Generasi ini juga lebih suka bekerja di dalam perusahaan yang punya struktur organisasi yang jelas.
Sementara itu dari segi kehidupan, generasi ini dikenal punya prinsip kalau antara bekerja dan kehidupan pribadi harus seimbang.
Dari hasil beberapa analisis karakter karyawan, ketika mereka sudah merasa bekerja terlalu keras, maka mereka tak segan mengambil cuti dalam waktu lama.
2. Generasi Y/Milennial (1981-2000)
Generasi ini menjadi salah satu generasi yang dianggap paling beruntung karena dapat merasakan transisi zaman di era lampau dengan era modern yang penuh teknologi.
Karena itu generasi ini fasih menggunakan teknologi dan dikenal kreatif.
Generasi ini juga dikenal sebagai generasi karyawan yang miliki fleksibilitas tinggi.
Tapi generasi ini lebih cenderung menyukai lingkungan kerja yang tak kaku dalam hal waktu hingga tempat bekerja.
Karena itu, perusahaan startup dan teknologi saat ini menjadi tempat bekerja paling diidam-idamkan generasi ini karena budaya kerja yang fleksibel dari segi waktu dan tak mesti kerja di kantor.
Apalagi saat mereka diberi akses teknologi karyawan yang dapat memudahkan pekerjaan mereka.
Tapi, perlu dicatat bahwa Generasi Y ini tergolong pekerja keras karena mereka menonjol dalam hal multitasking.
Anda bisa cek di beberapa perusahaan sangat memanfaatkan kemampuan multitasking generasi satu ini.
Tapi bila Anda memberikan pekerjaan yang banyak, maka jangan salahkan andai generasi ini menuntut lebih pada perusahaan.
Karena generasi ini dikenal memiliki ekpektasi tinggi dalam kariernya.
Jadi jangan heran bila generasi ini hanya bertahan sebentar di perusahaan bila merasa ekspektasi mereka tak terpenuhi.
Dan yang perlu diingat, generasi ini punya jiwa entrepreneurship yang tinggi.
Jadi, bekerja bagi mereka seperti mempelajari seluk beluk bisnis.
Jangan heran juga kalau mereka punya bisnis sampingan di samping bekerja, atau mengambil pekerjaan sampingan.
Baca Juga: 4 Cara Terbaik Bekerjasama Dengan Karyawan Milenial
3. Generasi Z (2001-2010)
Tak sedikit Generasi Z yang sudah mulai memasuki dunia kerja saat ini.
Generasi satu ini terlahir di tengah pesatnya kemajuan teknologi. Jadi tidak heran kalau generasi ini akan lebih memahami teknologi dibanding generasi sebelumnya.
Dan perlu diingat, banyak pengamat yang mengatakan bahwa generasi ini benar-benar memedulikan karier mereka.
Artinya sebelum bekerja mereka benar-benar akan mencari tahu dulu seberapa prospeknya karier mereka di sebuah perusahaan.
Selain itu, generasi ini juga punya karakter dan sifat yang hampir sama dari generasi sebelumnya, seperti punya sifat yang pragmatis, punya kehati-hatian yang tinggi, sadar soal pendapatan, dan punya ketergantungan terhadap teknologi.
Karyawan generasi Z juga punya karakter dan jiwa entrepreneurship yang tertanam di dalam dirinya.
Hal itu tak terlepas dari semakin majunya teknologi hingga munculnya berbagai profesi baru di masa sekarang ini yang bisa menjadi pilihan lain bagi mereka masa depan.
Itulah sedikit informasi mengenai perbedaan perilaku dan sifat dari generasi X,Y (Milennial), dan Z yang bisa menjadi acuan Anda dalam menentukan sistem maupun budaya kerja dalam perusahaan.
Semoga dengan informasi ini, Anda pun bisa lebih tahu bagaimana cara men-treatment dan menghadapi karyawan dalam satu perusahaan dari masing-masing generasi.
Gunakan juga Mekari Talenta sebagai solusi pengelolaan karyawan dari berbagai generasi, Mekari Talenta sebagai salah satu aplikasi absensi yang bisa jadi solusi bagi perusahaan dan karyawan dalam melakukan absensi dan mengelola absensi karyawan lebih mudah.
Selain membantu HR dalam mengelola absensi, Mekari Talenta juga memudahakan dalam manajemen payroll.
Tertarik untuk mencoba Mekari Talenta? Isi formulir ini untuk jadwalkan demo Mekari Talenta dengan sales kami dan konsultasikan masalah HR Anda kepada kami!
Anda juga bisa coba gratis Mekari Talenta sekarang dengan klik gambar di bawah ini.
Baca Juga: Pengertian dan Manfaat Talent Management
5 Karakter Karyawan yang Umum Didapatkan dari Hasil Analisis
Berdasarkan model kontingensi yang dikembangkan oleh Fielder dan kemudian dimutakhirkan oleh Silvio De Bono, Stephanie Jones, dan Beatrice Van Der Heidjen dalam bukunya yang berjudul “Managing Cultural Diversity” karakter karyawan dapat diidentifikasi berdasarkan perilaku dan respon yang muncul saat mendapatkan penugasan dari manajer mereka.
Kelima karakter karyawan yang umum didapatkan dari analisis tersebut adalah:
The Executor Subordinates
Karyawan tipe Executor cenderung bekerja secara konvensional, sabar, dan fokus pada penyelesaian tugas.
Mereka ahli dalam mengeksekusi ide orang lain dan bekerja sesuai prosedur yang telah ditentukan.
Karyawan tipe ini cocok sebagai pelaksana ide yang telah terkonsep dengan baik.
Namun, mereka mungkin menghadapi kesulitan jika instruksi kerja belum jelas atau harus merumuskan konsep ide sendiri.
The Liberalist Subordinates
Karyawan tipe Liberalist adalah mereka yang senang berkontribusi dengan ide dan inovasi.
Mereka lebih suka kebebasan dalam berpikir dan bekerja untuk mencapai tujuan daripada lingkungan yang kaku.
Dari hasil analisis, karyawan tipe ini paling cocok dalam lingkungan yang mengizinkan mereka mengekspresikan ide secara bebas dan terhindar dari batasan atau peraturan yang ketat.
The Participative Subordinates
Karyawan tipe Participative sangat menyukai kolaborasi dan mengutamakan proses diskusi yang melibatkan seluruh anggota kelompok dalam mencapai tujuan.
Mereka menghargai keterbukaan dalam menerima ide, perbedaan pendapat, serta kritik yang membangun.
Karyawan tipe ini aktif bertukar pikiran dengan rekan kerja maupun atasannya, serta menyukai lingkungan kerja yang terbuka dan menerima keberagaman.
The Consultative Subordinates
Karyawan tipe Consultative dapat diandalkan dalam memberikan analisis kritis pada ide dan informasi sehingga memberikan solusi yang akurat.
Mereka cenderung memberikan masukan yang jelas dan logis kepada atasannya dengan kemampuan berpikir kritis, membantu menemukan solusi untuk masalah di tempat kerja.
The Interactive Subordinates
Karyawan tipe Interactive suka berinteraksi dan mengemukakan ide serta berupaya mencari solusi terbaik melalui negosiasi.
Mereka memiliki pandangan yang kuat dan terbuka terhadap kritik.
Karyawan tipe ini mampu menerima masukan dengan baik dan dapat mencapai titik tengah dalam menghadapi masalah.
Interaksi dengan karyawan tipe ini dapat memberikan sudut pandang baru.
Pengelompokan karakter karyawan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam cara berkomunikasi dan berinteraksi yang profesional, efisien, dan mengurangi multi interpretasi.
Dengan memahami karakter karyawan, manajer dapat menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan mendukung potensi maksimal dari setiap individu dalam tim kerja.
Baca Juga: 8 Manfaat Nyata Menyediakan Makan Siang Bagi Karyawan
Analisis Karakter Karyawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir
Setiap karyawan memiliki karakteristik unik yang dapat memengaruhi gaya kerja dan kolaborasi dalam tim.
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, dapat diidentifikasi tiga tipe karyawan yang sering muncul pada setiap kategori, yaitu SMA/SMK, Diploma, S1, dan S2-S3.
Tingkat SMA/SMK: The Executor – Participative Subordinate
Karyawan dengan latar belakang pendidikan SMA/SMK cenderung memiliki karakter sebagai “The Executor” yang sangat patuh dalam mengeksekusi tugas dengan jelas dan terstruktur.
“The Participative” juga sering muncul, di mana mereka aktif dalam partisipasi dan memiliki kemampuan berkolaborasi yang baik.
Untuk berkolaborasi dengan karyawan SMA/SMK, perusahaan disarankan memberikan arahan yang jelas dan tanggung jawab yang sesuai dengan keahlian mereka
Memberikan umpan balik konstruktif juga penting untuk meningkatkan kinerja mereka.
Tingkat Diploma: The Interactive – Participative Subordinate
Karyawan dengan latar belakang pendidikan Diploma sering termasuk dalam tipe “The Interactive,” yang suka berpartisipasi dalam diskusi dan memberikan ide-ide kreatif.
“The Participative” juga hadir, di mana keterbukaan dan penghormatan terhadap perbedaan pendapat sangat diperhatikan.
Kolaborasi dengan karyawan Diploma dapat dilakukan dengan analisis dan memperhatikan karakteristik masing-masing tipe karakter karyawan.
Memberi ruang untuk diskusi dan interaksi membantu memperkuat kolaborasi dalam tim.
Tingkat S1: The Participative – Consultative Subordinate
Karyawan dengan latar belakang pendidikan S1 sering memiliki karakter “The Participative,” yang mendukung kolaborasi dan diskusi terbuka.
“The Consultative” juga umum, di mana pemikiran kritis dan masukan ide menjadi prioritas.
Ketika karyawan S1 dominan dengan tipe “The Participative,” penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kolaborasi dan memastikan setiap anggota tim merasa dihargai.
Sementara itu, jika dominan dengan tipe “The Consultative,” memberikan kesempatan untuk memberikan masukan dan umpan balik yang konstruktif dapat membantu perkembangan mereka.
Tingkat S2-S3: The Consultative – Liberalist Subordinate
Karyawan dengan latar belakang pendidikan S2-S3 sering termasuk dalam tipe “The Consultative,” yang menonjolkan pemikiran kritis dan analisis mendalam.
“The Liberalist” juga hadir, yang cenderung terbuka, berani mengambil risiko, dan memiliki pandangan luas.
Kolaborasi dengan karyawan latar belakang S2-S3 harus mempertimbangkan karakteristik dominan dari masing-masing tipe.
Memanfaatkan pemikiran kritis dari “The Consultative” dan memberikan ruang bagi “The Liberalist” untuk berinovasi dan memberikan gagasan baru dapat meningkatkan kreativitas dan kinerja tim.
***
Kesimpulannya, analisis karakter karyawan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir membantu memahami kemampuan dan kecenderungan karyawan dalam berkolaborasi dan bekerja.
Dengan memahami tipe-tipe karyawan yang dominan dalam setiap tingkatan pendidikan, perusahaan dapat memaksimalkan potensi dan kinerja tim secara efektif.
Penting bagi manajer untuk beradaptasi dan memahami kekuatan dan kelemahan setiap tipe karyawan untuk mencapai kesuksesan bersama.