Berikut ini adalah 5 contoh program retensi karyawan yang bisa perusahaan Anda terapkan. Tidak sedikit perusahaan yang hingga saat ini masih mengabaikan retensi karyawan.
Minimnya program retensi karyawan sejatinya bukan karena tidak mau, tapi tidak tahu.
Banyak perusahaan secara sadar memahami bahwa mempertahankan karyawan adalah hal krusial namun tidak tahu bagaimana cara menerapkannya.
Melalui artikel ini, Anda akan sedikit banyak mengetahui pentingnya retensi karyawan dan bagaimana cara menerapkannya secara efektif. Simak pemaparan lengkapnya pada artikel Talenta berikut ini.
Apa itu Retensi Karyawan?
Sama halnya dengan istilah retensi pada pemasaran; retensi konsumen. Dalam manajemen HR, istilah retensi juga mengarah pada upaya mempertahankan suatu entitas.
Entitas dalam hal HR adalah karyawan.
Dengan kata lain, retensi karyawan adalah upaya sebuah entitas bisnis atau lebih spesifik manajemen HR dalam mempertahankan karyawannya guna mengoptimalkan operasional bisnis.
Lalu, Kenapa Retensi Karyawan itu Penting? Seperti Apa Contoh Program Retensi Karyawan Yang Baik?
Retensi karyawan erat kaitannya dengan employee turnover rate sebuah perusahaan.
Employee turnover rate sendiri adalah angka atau rasio perputaran karyawan pada sebuah perusahaan.
Semakin sering perusahaan melakukan pergantian karyawan, maka semakin besar employee turnover rate perusahaan tersebut.
Menurut laporan LinkedIn, rata-rata Employee Turnover Rate dunia berada di angka 10%
Banyak perdebatan mengenai tinggi-rendahnya employee turnover rate. Namun banyak manajer HR menyepakati bahwa tingginya rasio tersebut menimbulkan bahaya laten bagi perusahaan.
Bahaya yang paling umum akibat dari employee turnover rate adalah tingginya biaya overhead hingga terkait pengembangan karyawan itu sendiri.
Bayangkan jika setiap bulan perusahaan Anda merekrut karyawan baru dan karyawan tersebut harus beradaptasi dengan gaya kerja perusahaan.
Terlebih lagi jika perusahaan sedang mengerjakan proyek penting dan karyawan terbaik Anda di tengah jalan meninggalkan perusahaan.
Bukan tidak mungkin hal ini akan mempengaruhi bisnis perusahaan secara langsung.
Di sini lah kenapa perusahaan perlu memikirkan program retensi karyawan.
Karyawan bukan hanya memfasilitasi pekerjaan namun juga memberikan value kepada karyawan melalui program retensi karyawan.
Alasan Karyawan Berhenti dari Perusahaan
Sebuah exit interview yang dilakukan oleh Robert Half, konsultan HR di Amerika Serikat menyebutkan ada beberapa alasan kenapa karyawan berhenti dari perusahaan, di antaranya adalah:
- Gaji dan tunjangan yang tidak sesuai dengan load pekerjaan
- Overworked atau porsi kerja yang berlebih
- Kesempatan peningkatan karir yang terbatas
- Kurangnya pengakuan atau engagement dari perusahaan
- Bosan
- Manajemen yang buruk
- Kondisi perusahaan yang semakin memburuk
- Budaya kerja perusahaan yang jelek
- Ingin mendapatkan pengalaman baru.
Baik, mungkin alasan gaji adalah masalah paling umum dan setiap perusahaan menyadari hal tersebut.
Namun pada poin-poin yang lain, perusahaan sering kali luput terutama pada poin engagement, manajemen, dan budaya kerja.
Poin-poin yang luput ini jika dibiarkan akan menggunung dan bisa menyebabkan karyawan tidak puas bekerja untuk Anda.
Baca Juga: 4 Cara Retensi Karyawan, Anda Bisa Mencobanya!
Contoh Program Retensi Karyawan yang Bisa Anda Coba
Ada beberapa contoh program kerja HRD yang bisa Anda pahami. Apa saja itu?
1. Mulai dari Onboarding
Perusahaan sering tidak menyadari bahwa program retensi karyawan sejatinya dimulai dari penandatanganan kontrak dan proses onboarding atau orientasi.
Tidak sedikit karyawan ketika masuk ke perusahaan baru bingung dengan pekerjaan yang akan dilakukan karena tidak adanya onboarding atau orientasi.
Tidak sedikit pula karena hal tersebut karyawan menjadi kurang dilibatkan atau engaged yang akhirnya menyebabkan ketidakbetahan kerja.
Orientasi yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana Anda sebagai manajer HRD melakukan pengenalan budaya kerja, dan produk perusahaan, pelatihan, hingga membangun keterlibatan karyawan.
Di saat ini pula, perusahaan juga perlu menjelaskan program-program kekaryawanan yang dimiliki dan ini sifatnya sangat krusial.
2. Biarkan Karyawan Anda Berkembang
Menurut Amy Schultz, HR dari Canva melalui LinkedIn menggambarkan budaya kerja saat ini sebagai rock-climbing dibanding take a ladder.
Saat ini karyawan tidak lagi sekedar bekerja dan naik jabatan. Tapi lebih kepada bagaimana perusahaan membebaskan karyawan untuk menemukan hal baru selama bekerja.
Lanjutnya, hal ini dapat mencegah karyawan keluar dengan alasan mencari hal baru karena mereka bisa mendapatkan hal baru di tempat kerjanya saat ini.
Menurut laporan LinkedIn, 94% karyawan akan bertahan lebih lama jika mereka memberikan kesempatan pengembangan profesional bagi mereka
Salah satu yang bisa Anda terapkan misalnya memberikan kesempatan karyawan untuk mengambil beasiswa, kuliah, atau mengambil kursus inkubasi selama bekerja.
Banyak perusahaan saat ini yang memberikan kesempatan dengan memberikan cuti sementara untuk membiarkan karyawan terbaiknya mengambil kesempatan tersebut.
Dengan begitu, karyawan merasa lebih memiliki value dan engaged terhadap perusahaan. Sehingga retensi karyawan dapat meningakt
3. Sistem Organisasi yang Lebih Terbuka
Sering kali hambatan yang dialami oleh karyawan saat bekerja adalah keterbukaan perusahaan. Misalnya saja dalam hal gaji.
Tidak sedikit perusahaan yang sangat tertutup terutama terkait detail slip gaji yang diterima karyawan.
Karyawan kesulitan untuk melacak berapa kali mereka mengambil cuti, lembur, atau mungkin kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manajer personalia.
Pada akhirnya, kepercayaan karyawan terhadap perusahaan akan semakin berkurang yang menyebabkan mereka keluar dari perusahaan.
Lalu, bagaimana caranya menerapkan sistem organisasi yang lebih terbuka untuk tingkatkan retensi karyawan?
Salah satu cara yang bisa dilakukan secara praktis adalah mengandalkan teknologi seperti software HR seperti Talenta.
Cara lain meningkatkan retensi karyawan adalah dengan melakukan aktivitas yang melibatkan lebih banyak komunikasi dalam satu divisi atau bahkan antar fungsi.
Misalnya mengadakan program outbound atau inbound seperti melakukan minigames, mini webinar, mini training, atau bahkan diskusi ringan yang dilakukan setiap minggu atau setiap bulan.
Membangun komunikasi intra-organisasi yang terbuka juga mampu meningkatkan engagement karyawan terhadap perusahaan.
4. Jam Kerja yang Lebih Fleksibel, Kenapa Tidak?
Meski sering menjadi dilema, jam kerja yang fleksibel memberikan sisi yang lebih positif baik bagi karyawan maupun perusahaan.
Karyawan bisa dengan leluasa menentukan bagaimana, dimana, dan kapan mereka bekerja.
Tapi, memberikan fleksibilitas kerja juga tidak bisa dijalankan apabila perusahaan tidak memiliki tools yang mampu mendukung kerja yang lebih fleksibel.
Untuk absensi contohnya. Perusahaan perlu menyiapkan sistem aplikasi absensi yang mempermudah karyawan melakukan absensi kehadiran kerja di mana pun.
Perusahaan juga perlu membangun portal employee self-service dan portal HR, di mana karyawan bisa dengan mudah mengakses semua informasi terkait perusahaan pada jam kerja.
Pemberian fleksibilitas kerja juga menjadi upaya perusahaan melakukan retensi karyawan karena mampu memberikan keseimbangan antara hal personal dengan pekerjaan.
5. Kompensasi dan Tunjangan yang Lebih Mudah Diakses
Contoh program retensi karyawan yang terakhir adalah mengadakan atau mengoptimasi program kompensasi dan tunjangan karyawan.
Banyak perusahaan yang sebenarnya sudah memiliki rencana program kompensasi namun tidak bisa diimplementasikan dengan baik.
Ada juga perusahaan yang benar-benar tidak memberikan tunjangan pada karyawannya yang pada akhirnya akan memengaruhi kinerja karyawan.
Buatlah dan atur kompensasi dan benefit bagi karyawan yang kompetitif dan mampu diakses dengan mudah.
Kompensasi dan tunjangan bisa berupa bonus, health benefit, hingga lifestyle benefit. Alternatifnya, perusahaan juga bisa memberikan benefit fleksibel kepada karyawan.
Salah satu cara terbaik untuk mengelola benefit dan kompensasi adalah melalui aplikasi benefit karyawan seperti yang dihadirkan oleh Mekari Flex.
Melalui fitur Accessible Salary pada Mekari Flex, perusahaan bisa mengelola kompensasi dan tunjangan dengan mudah tanpa harus mengganggu arus kas.
Perusahaan juga bisa menentukan limit kompensasi dan benefit yang juga bisa dipantau secara real-time sehingga segala jenis aktivitas pemanfaatan kompensasi bisa dipantau dengan mudah.
Di samping itu karyawan juga bisa mengakses layanan kompensasi melalui smartphone mereka. Contohnya, mereka bisa mengisi saldo e-wallet mereka menggunakan Accessible Salary pada aplikasi Mekari Flex.
Nantinya saldo yang terpakai akan dipotong secara otomatis pada payroll mereka berikutnya.
Tidak ada batasan lagi bagi karyawan untuk mengajukan kompensasi atau tunjangan. Tentu hal ini akan berdampak dan menjadi salah satu faktor kenapa karyawan betah bekerja untuk Anda.
Baca Juga: Pentingnya Program Employee Benefit bagi Perusahaan
Terapkan Contoh Program Retensi Karyawan Di Atas, Karena SDM Bukan Hanya Sekedar Aset
Sebagai penutup, retensi karyawan itu sebenarnya bagaimana cara pandang perusahaan terhadap karyawan itu sendiri.
Apakah perusahaan hanya menganggap karyawan sebagai aset atau lebih dari itu.
Bahkan, beberapa pakar menganjurkan untuk menganggap karyawan sama seperti konsumen perusahaan itu sendiri.
Tapi perlu dicatat, tidak semua karyawan perlu Anda pertahankan. Seperti apa yang dilakukan oleh Zety, salah satu perusahaan CV builder.
Mereka menganggap, program retensi karyawan tidak melulu harus mencapai 100%.
Mengingat hal ini Anda juga perlu “menyingkirkan” karyawan yang memiliki performa yang buruk.
Itulah penjelasan singkat mengenai contoh program retensi karyawan yang bisa Anda coba. Untuk artikel lainnya terkait pengembangan HR, Anda bisa kunjungi Insight Talenta.
Saya Mau Coba Gratis Talenta Sekarang!
atau
Saya Mau Bertanya Ke Sales Talenta Sekarang!
Tertarik menggunakan software absensi karyawan online dari Talenta? Coba demonya gratis dengan daftar sekarang juga!