Seperti apa tempat kerja ideal menurut pekerja Generasi Millenial? Generasi milenial adalah generasi yang tumbuh di tengah-tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi. Maka dari itu, jangan heran jika para pekerja yang datang dari generasi ini memunculkan banyak individu inovatif yang diincar berbagai perusahaan.
Namun, bagaimana tempat kerja ideal bagi millenial? Simak ulasan Mekari Talenta berikut ini. Walaupun gaji tinggi dan kompensasi finansial lain masih menjadi hal utama yang mendasari pilihan karier.
Hal ini sama sekali tidak menjamin jika pegawai dalam kelompok generasi ini akan tetap setia di satu tempat yang sama selama bertahun-tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Deloitte mengenai isu loyalitas pada karyawan generasi milenial.
Disini reponden mengungkapkan beberapa faktor mengenai tempat kerja ideal yang membuat mereka loyal terhadap perusahaan. Apa sajakah faktor-faktor tersebut? Berikut hal-hal yang perlu perusahaan Anda perhatikan.
1. Perusahaan Tidak Hanya Fokus pada Profit
Kesuksesan bagi kebanyakan perusahaan dari besarnya keuntungan yang dihasilkan. Namun karyawan milenial menilai bahwa perusahaan yang positif adalah perusahaan yang mampu memperhatikan kesejahteraan karyawannya.
Perusahaan yang mau berinvestasi dalam mengembangkan sumber daya manusia, dan dapat menyumbang kontribusi nyata bagi masyarakat luas. Pegawai yang bekerja untuk perusahaan dengan karakteristik demikian pun memiliki tendensi untuk bertahan lebih lama.
Selain itu, karyawan milenial juga cenderung memilih untuk bekerja dengan perusahaan yang memiliki visi dan misi yang sama dengan misi pribadi mereka.
Baca juga: LRT Jakarta Bagikan Tips dalam Mengelola Karyawan Milenial
2. Tempat Kerja Ideal Menerapkan Keseimbangan dalam Bekerja (Work-Life-Balace)
Kebijakan jam kerja yang fleksibel dan kesempatan untuk bekerja dari tempat lain (remote–working) juga dapat meningkatkan kepuasan kerja pegawai dari generasi ini. Sebagaian besar responden berharap mereka bisa menentukan sendiri jam kerja mereka sendiri.
Mereka percaya kalau produktivitas mereka akan meningkat jika dipercayakan dengan kebebasan untuk mengatur jadwal dan lokasi kerja sendiri.
Milenial memandang pekerjaan sebagai bagian dari kehidupan, bukan seluruh hidup. Mereka menghargai waktu untuk keluarga, hobi, dan pengembangan diri di luar pekerjaan. Oleh karena itu, keseimbangan kehidupan pribadi dan kerja menjadi indikator utama dari tempat kerja ideal bagi generasi ini.
Bentuk dukungan terhadap work-life balance antara lain:
- Kebijakan cuti yang fleksibel dan mudah diakses.
- Tidak adanya tekanan untuk bekerja lembur secara terus-menerus.
- Program kesehatan mental dan konsultasi psikologis.
- Fasilitas ruang istirahat, gym, atau rekreasi di kantor.
Sebuah studi dari Harvard Business Review mengungkapkan bahwa milenial akan merasa lebih loyal kepada perusahaan yang menghormati batas kehidupan pribadi mereka. Ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi HR untuk mendesain kebijakan kerja yang tidak hanya mendorong produktivitas, tetapi juga kesejahteraan holistik.
3. Adanya Peluang untuk Mengembangkan Diri, Karir dan Pembelajaran
Pegawai milenial mengaku lebih loyal kepada perusahaan yang memberikan kesempatan belajar dan pelatihan yang ditawarkan perusahaan. Mereka merasa bahwa perusahaan tempat kerja yang ideal adalah yang peduli pada perkembangan diri mereka serta adanya jenjang karir yang jelas perusahaan. Kehadiran mentor di tempat kerja juga dinilai sebagai poin plus.
Salah satu hal yang paling dinanti-nantikan oleh milenial dalam sebuah pekerjaan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang. Mereka tidak ingin stagnan, dan cenderung mencari organisasi yang bisa menjadi “sekolah kedua” bagi pertumbuhan profesional mereka.
Program pengembangan karier yang ideal bagi milenial meliputi:
- Pelatihan teknis dan non-teknis secara berkala.
- Akses ke platform e-learning seperti Coursera, Udemy, atau LMS internal.
- Program mentoring yang terstruktur dari senior atau manajer.
- Peluang rotasi pekerjaan lintas divisi atau bahkan lintas negara.
Menurut LinkedIn Learning Report, sebanyak 94% karyawan akan bertahan lebih lama di perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan karier mereka. Oleh sebab itu, perusahaan yang ingin memenangkan hati milenial harus menyusun strategi pembelajaran berkelanjutan yang mudah diakses dan relevan.
Baca juga : 5 Langkah Menciptakan Tempat Kerja Nyaman Bagi Milenial
4. Perusahaan Yang Selalu Up-to-date dengan Teknologi
Sebagai generasi yang tumbuh di era perkembangan teknologi yang sangat cepat, mereka pastinya membutuhkan suatu teknologi khusus untuk membuat pekerjaan mereka lebih efisien dan mengurangi hal-hal administratif.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mengadopsi berbagai teknologi di berbagai lini bisnis yang dapat membantu mempermudah pekerjaan karyawan. Dari Sistem informasi akuntansi, keuangan, penjualan, hingga sumber daya manusia.
Sebagai generasi yang tumbuh bersama perkembangan internet, milenial sangat akrab dengan teknologi dan menganggap efisiensi kerja sebagai bagian dari produktivitas. Mereka lebih memilih perusahaan yang tidak hanya mengadopsi teknologi, tetapi juga menjadikannya sebagai strategi utama.
Fasilitas teknologi yang dibutuhkan antara lain:
- Sistem kerja berbasis cloud (HRIS, project management tools, dll.).
- Aplikasi komunikasi dan kolaborasi digital seperti Slack, Trello, atau Notion.
- Sistem absensi dan evaluasi kinerja yang terdigitalisasi.
- Otomatisasi proses yang mengurangi beban administratif.
Perusahaan yang gagal beradaptasi dengan teknologi akan kehilangan daya tariknya di mata milenial. Oleh sebab itu, transformasi digital bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan bagi perusahaan modern.
5. Pengakuan dan Apresiasi terhadap Kinerja
Milenial memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap feedback dan pengakuan. Mereka ingin mengetahui apakah pekerjaan mereka memberikan dampak, dan sangat menghargai penghargaan baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal.
Bentuk apresiasi yang efektif antara lain:
- Ucapan terima kasih dari atasan atau rekan kerja.
- Penghargaan bulanan atau insentif berbasis capaian.
- Promosi jabatan berdasarkan kontribusi, bukan masa kerja.
- Sistem feedback berkala yang membangun.
Sebuah artikel dari Forbes menyebutkan bahwa lebih dari 70% milenial akan lebih termotivasi jika mereka mendapat apresiasi yang tulus dari atasan mereka. Maka dari itu, perusahaan harus menjadikan pengakuan karyawan sebagai bagian dari budaya kerja harian.
6. Kepemimpinan yang Menginspirasi
Generasi milenial cenderung menolak model kepemimpinan otoriter. Mereka lebih tertarik pada pemimpin yang bersifat coach, yakni seseorang yang mendukung, membimbing, dan memberikan ruang untuk bereksplorasi. Pemimpin yang ideal bagi mereka adalah sosok yang inspiratif dan mampu menjadi teladan, bukan hanya pemberi perintah.
Karakteristik pemimpin yang disenangi milenial:
- Bersedia mendengar dan menerima ide baru.
- Mendorong pertumbuhan pribadi dan profesional.
- Transparan dalam pengambilan keputusan.
- Memiliki etika dan integritas tinggi.
Kepemimpinan yang kuat dan inspiratif tidak hanya akan meningkatkan kinerja individu, tetapi juga memperkuat loyalitas terhadap perusahaan. Oleh karena itu, pelatihan kepemimpinan untuk manajer dan atasan menjadi investasi penting dalam strategi HR modern.
7. Lingkungan Kerja yang Fleksibel
Bagi generasi milenial, fleksibilitas adalah kunci utama dalam mempertahankan loyalitas dan produktivitas. Mereka cenderung menolak sistem kerja kaku yang mengharuskan kehadiran fisik dari pukul 9 pagi hingga 5 sore. Sebaliknya, mereka lebih menghargai otonomi dalam mengatur waktu kerja mereka sendiri.
Fleksibilitas ini mencakup beberapa aspek utama, di antaranya:
- Kemampuan untuk bekerja dari rumah atau secara hybrid.
- Penentuan jam kerja berdasarkan hasil, bukan sekadar kehadiran.
- Kebebasan memilih tools atau perangkat kerja yang paling efisien.
- Kepercayaan dari atasan terhadap cara kerja yang tidak selalu konvensional.
Survei dari Deloitte menunjukkan bahwa lebih dari 75% milenial merasa lebih puas ketika mereka memiliki kebebasan dalam menentukan kapan dan di mana mereka bekerja. Hal ini juga berkontribusi pada penurunan tingkat stres, peningkatan produktivitas, dan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Oleh karena itu, perusahaan yang ingin mempertahankan tenaga kerja milenial harus secara aktif mengadopsi kebijakan kerja fleksibel dan menyesuaikan kultur organisasi dengan perkembangan era digital.
8. Budaya Kerja yang Inklusif dan Positif
Milenial cenderung menjauhi lingkungan kerja yang penuh tekanan, tidak transparan, dan bersifat hierarkis. Sebaliknya, mereka lebih tertarik bekerja di tempat yang memiliki budaya terbuka, saling menghormati, dan mendukung kesejahteraan mental.
Karakteristik budaya kerja yang disukai milenial meliputi:
- Transparansi dalam komunikasi dan proses pengambilan keputusan.
- Kepemimpinan yang partisipatif dan tidak otoriter.
- Budaya kerja yang kolaboratif, bukan kompetitif secara ekstrem.
- Perlakuan yang setara tanpa diskriminasi berdasarkan gender, ras, agama, atau latar belakang.
Salah satu studi dari Gallup juga mengungkap bahwa milenial cenderung lebih loyal ketika mereka merasa didengar dan diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Ini berarti bahwa peran HR dan manajemen dalam menciptakan lingkungan inklusif sangatlah penting. Program diversity & inclusion (D&I) pun menjadi prioritas utama dalam merancang strategi manajemen SDM modern.
9. Tujuan dan Nilai Perusahaan yang Jelas
Milenial tidak hanya tertarik pada “apa” yang dikerjakan perusahaan, tetapi juga “mengapa” dan “bagaimana” cara kerja tersebut memberi dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Ini mengindikasikan bahwa generasi ini memiliki kesadaran sosial tinggi dan ingin menjadi bagian dari sesuatu yang bermakna.
Nilai-nilai perusahaan yang diharapkan milenial:
- Komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan dan green business.
- Perusahaan yang aktif dalam kegiatan sosial dan program tanggung jawab sosial (CSR).
- Nilai-nilai perusahaan yang sejalan dengan nilai pribadi mereka, seperti integritas, inklusivitas, dan inovasi.
- Misi perusahaan yang menekankan dampak sosial dan bukan semata-mata keuntungan finansial.
Perusahaan yang mampu menanamkan nilai dan tujuan jangka panjang yang inspiratif akan lebih mudah menarik dan mempertahankan talenta milenial. Komunikasi nilai ini sebaiknya tidak hanya terlihat di laman website perusahaan, tetapi juga diterapkan dalam praktik kerja harian.
Buat Tempat Kerja Ideal, Gunakan Bantuan Aplikasi Mekari Talenta
Salah satunya adalah Mekari Talenta, platform solusi HRIS yang mampu mengelola administrasi karyawan seperti absensi online karyawan, sistem informasi cuti pegawai berbasis web & mobile, perhitungan lembur, aplikasi penggajian, hingga regulasi ketenagakerjaan seperti perhitungan PPh pasal 21 dan BPJS.
Saya Mau Coba Gratis Mekari Talenta Sekarang!
atau
Saya Mau Bertanya Ke Sales Mekari Talenta Sekarang!
Bahkan Mekari Talenta juga mampu menghemat waktu pemrosesan administrasi SDM tersebut hingga 70%.
Dengan memberikan keleluasan terhadap gaya bekerja dan perkembangan karir, terutama bagi para kelompok pegawai generasi millennial, perusahaan memiliki peluang lebih besar untuk mengurangi turnover dan meningkatkan loyalitas karyawan.
Tertarik untuk mencoba Talenta? Isi formulir ini untuk jadwalkan demo Mekari Talenta dengan sales kami dan konsultasikan masalah HR Anda kepada kami!