Penyebab Turnover Karyawan Tinggi Setelah Lebaran

Tayang
03 Mar, 2023
Diperbarui
20 Maret 2024

Turnover adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari perusahaan. Turnover karyawan yang tinggi pun bisa menjadi masalah yang sangat genting. Meskipun perusahaan Anda sudah diusahakan nyaman untuk bekerja, pensiun tetap tidak bisa dihambat.

Namun bagaimanapun juga angka turnover karyawan harus diusahakan serendah mungkin. Artinya, karyawan dengan usia muda yang sering berpindah-pindah tempat bekerja harus dicegah.

Waktu dan biaya perekrutan yang dikeluarkan perusahaan cukup besar sehingga akan menghabiskan lebih banyak lagi jika karyawan yang didapat justru keluar.

Selain itu, hal ini juga akan menurunkan produktivitas perusahaan karena harus mengalami kekosongan posisi hingga mendapat karyawan pengganti yang baru.

Sayangnya terdapat 1 fakta menarik sekaligus memprihatinkan bagi perusahaan. Tren yang terjadi di kalangan karyawan adalah mereka lebih suka keluar dari perusahaan atau resign setelah lebaran. Hal ini membuat lonjakan turnover karyawan yang cukup tinggi.

Seperti yang sudah disinggung di atas, turnover karyawan harus dijaga serendah mungkin untuk menghindari kerugian finansial karena operasional perusahaan terganggu. Lalu apa penyebab tingginya turnover karyawan setelah lebaran? Bagaimana cara mengatasinya? Simak penjelasan Mekari Talenta berikut.

Penyebab Turnover Meningkat Setelah Lebaran

Turnover karyawan, atau tingkat pergantian karyawan, adalah salah satu indikator penting dalam manajemen sumber daya manusia.

Ini mengukur seberapa sering karyawan meninggalkan perusahaan dan digantikan oleh karyawan baru.

Turnover yang tinggi dapat menjadi masalah serius bagi perusahaan, karena dapat meningkatkan biaya rekrutmen, mengganggu produktivitas, dan merusak budaya perusahaan.

Salah satu periode di mana turnover karyawan seringkali meningkat adalah setelah lebaran atau hari raya.

Artikel ini akan membahas penyebab meningkatnya turnover karyawan setelah libur lebaran dan bagaimana perusahaan dapat mengatasinya.

1. Penerimaan Tunjangan Hari Raya (THR)

Tunjangan Hari Raya (THR) adalah salah satu hak yang diberikan kepada karyawan di Indonesia menjelang hari raya, terutama sebelum Idul Fitri.

THR biasanya setara dengan satu bulan gaji atau upah karyawan.

Ketentuan untuk menerima THR relatif mudah dan tidak membedakan status kerja karyawan.

Oleh karena itu, banyak karyawan yang mendapatkan THR meskipun mereka baru bekerja dalam jangka waktu yang singkat.

Namun, ada aturan yang perlu diperhatikan terkait dengan penerimaan THR.

Karyawan yang di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) atau mengundurkan diri 30 hari sebelum hari raya tidak akan mendapat THR.

Sebaliknya, jika mereka di-PHK atau mengundurkan diri lebih dari 30 hari sebelum hari raya, mereka tidak akan mendapatkan THR.

Ini mengarah pada beberapa karyawan yang ingin mengundurkan diri, memilih untuk melakukannya setelah lebaran atau hari raya agar mereka tetap mendapatkan THR.

Mengapa Hal Ini Terjadi?

Salah satu alasan utama mengapa karyawan memilih untuk mengundurkan diri setelah lebaran adalah untuk memastikan bahwa mereka tetap mendapatkan THR.

Bagi sebagian orang, THR adalah tambahan yang signifikan untuk pendapatan bulanan mereka, dan mereka tidak ingin melepaskannya hanya karena mereka memutuskan untuk berhenti bekerja.

Bagaimana Perusahaan Dapat Mengatasinya?

Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk merinci dalam peraturan internal mereka terkait dengan penerimaan THR.

Misalnya, perusahaan dapat menentukan bahwa karyawan yang mengundurkan diri dalam waktu singkat sebelum hari raya tidak berhak menerima THR.

Namun, perlu diingat bahwa langkah semacam ini harus berdasarkan pada pertimbangan hukum yang tepat, dan perusahaan sebaiknya berkonsultasi dengan ahli hukum ketika merubah aturan mengenai THR.

Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan pendekatan lebih proaktif dengan berbicara kepada karyawan tentang alasan di balik meningkatnya turnover setelah lebaran.

Ini bisa mengarah pada pemahaman bersama dan memberikan perusahaan peluang untuk meningkatkan kualitas pekerjaan dan lingkungan kerja sehingga karyawan merasa lebih termotivasi untuk tetap tinggal.

Baca Juga: 25 Contoh Tenaga Kerja Terdidik yang Ada Disekitar Kita

2. Banyaknya Lowongan Kerja Setelah Lebaran

Momen setelah lebaran seringkali menjadi waktu di mana banyak perusahaan membuka lowongan pekerjaan. Ini bisa menjadi kabar baik bagi karyawan yang sudah lama ingin keluar dari pekerjaan mereka.

Mengapa Hal Ini Terjadi?

Ada beberapa alasan mengapa banyak perusahaan membuka lowongan kerja setelah lebaran:

  • a. Peningkatan Aktivitas Bisnis: Setelah masa liburan, banyak perusahaan mengalami peningkatan aktivitas bisnis. Mereka mungkin memiliki proyek-proyek baru atau membutuhkan lebih banyak tenaga kerja untuk memenuhi permintaan yang meningkat. Sebagai hasilnya, mereka membuka lowongan kerja untuk mengisi posisi-posisi baru ini.
  • b. Penggantian Karyawan yang Keluar: Jika banyak karyawan memutuskan untuk berhenti setelah lebaran, perusahaan harus mengganti posisi-posisi tersebut. Ini juga dapat mengarah pada peningkatan jumlah lowongan kerja.
  • c. Perubahan Strategis: Beberapa perusahaan mungkin merencanakan perubahan strategis atau ekspansi setelah lebaran. Mereka akan membuka lowongan untuk merekrut karyawan yang sesuai dengan rencana-rencana ini.

Bagaimana Perusahaan Dapat Mengatasinya?

Menghadapi banyaknya lowongan kerja setelah lebaran, perusahaan harus mempertimbangkan strategi untuk mempertahankan karyawan yang ada dan mengurangi turnover.

Berikut adalah beberapa tindakan yang dapat diambil oleh perusahaan:

  • a. Evaluasi Kebutuhan Tenaga Kerja: Perusahaan sebaiknya melakukan evaluasi yang cermat tentang kebutuhan tenaga kerja mereka sebelum dan setelah lebaran. Dengan memahami kebutuhan ini, mereka dapat mencoba untuk mempertahankan karyawan yang ada dengan memberikan insentif atau peningkatan kompensasi yang relevan.
  • b. Pengembangan Karyawan: Investasi dalam pengembangan karyawan saat ini dapat membuat mereka merasa lebih berharga dan terikat dengan perusahaan. Pelatihan, peluang promosi, dan pengakuan atas kinerja yang baik adalah cara-cara untuk mengembangkan karyawan yang ada.
  • c. Meningkatkan Lingkungan Kerja: Lingkungan kerja yang positif dan mendukung dapat menjadi alasan kuat bagi karyawan untuk tetap tinggal. Perusahaan dapat berusaha meningkatkan budaya perusahaan, komunikasi antara atasan dan bawahan, serta fasilitas yang tersedia bagi karyawan.
  • d. Komunikasi yang Baik: Perusahaan sebaiknya terbuka dalam berkomunikasi dengan karyawan tentang rencana-rencana masa depan. Ini dapat menciptakan rasa kepercayaan dan memungkinkan karyawan merasa lebih terlibat dalam proses perusahaan.
  • e. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan: Perusahaan juga dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dengan menawarkan manfaat tambahan seperti asuransi kesehatan atau program kesejahteraan karyawan.

Baca Juga: Cari Tren rekrutmen HR Terbaru, Perhatikan Fenomena Ini!

3. Pertimbangan Pribadi

Selain alasan-alasan di atas, ada juga faktor-faktor pribadi yang memengaruhi keputusan karyawan untuk berhenti setelah lebaran. Beberapa di antaranya meliputi:

  • a. Keinginan untuk Pengalaman Baru: Beberapa karyawan, terutama yang masih muda, mungkin merasa tertarik untuk mencari pengalaman baru dan tantangan baru dalam karier mereka. Ini adalah alasan umum mengapa mereka memutuskan untuk mencari pekerjaan baru setelah masa liburan.
  • b. Pertimbangan Keluarga: Karyawan juga dapat mempertimbangkan kebutuhan keluarga mereka. Setelah masa liburan, mereka mungkin merasa perlu untuk mencari pekerjaan yang lebih baik yang dapat memberi mereka penghasilan yang lebih tinggi atau manfaat yang lebih baik untuk keluarga mereka.
  • c. Waktu untuk Refleksi: Masa liburan seringkali memberi karyawan waktu untuk merenungkan karier mereka dan apakah mereka benar-benar puas dengan pekerjaan mereka saat ini. Ini dapat mengarah pada keputusan untuk mencari pekerjaan baru yang lebih memuaskan.
  • d. Kesempatan Terbuka: Terkadang, karyawan menerima tawaran pekerjaan yang sangat menguntungkan dari perusahaan lain setelah masa liburan. Kesempatan ini mungkin tidak bisa mereka tolak, sehingga mereka memilih untuk berhenti dari pekerjaan saat ini.

Baca Juga: Pengertian dan Manfaat Talent Management

Faktor-faktor Pendukung Peningkatan Turnover Setelah Lebaran

Selain dua faktor utama di atas, ada faktor-faktor pendukung yang dapat memengaruhi tingkat turnover setelah lebaran. Beberapa di antaranya termasuk:

Usia Karyawan

Tingkat turnover cenderung lebih tinggi di antara karyawan yang lebih muda. Mereka mungkin lebih cenderung mencari pengalaman baru atau mencari pekerjaan yang lebih menantang.

Kepuasan Kerja

Karyawan yang tidak puas dengan pekerjaan mereka lebih mungkin untuk mencari peluang lain. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memahami tingkat kepuasan kerja karyawan mereka dan berusaha untuk meningkatkannya.

Peluang Karier

Karyawan yang merasa bahwa perusahaan tidak memberikan peluang karier yang cukup mungkin akan mencari pekerjaan di tempat lain yang menawarkan peluang yang lebih baik.

Keseimbangan Kerja-Hidup

Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah faktor penting dalam keputusan karyawan untuk tetap tinggal atau pergi. Perusahaan yang dapat memberikan fleksibilitas dalam hal ini cenderung lebih berhasil mempertahankan karyawan.

Kompensasi dan Manfaat

Kompensasi yang tidak sesuai dengan pasar atau manfaat yang tidak memadai dapat menjadi alasan bagi karyawan untuk mencari pekerjaan di tempat lain.

Baca Juga: Cara Tingkatkan Komitmen Kerja Karyawan untuk Produktivitas

Cara Mengatasi dan Menyiasati Turnover Setelah Lebaran

Turnover karyawan adalah masalah serius yang dapat mempengaruhi stabilitas dan produktivitas perusahaan.

Salah satu periode di mana turnover karyawan seringkali meningkat adalah setelah libur lebaran.

Disini akan membahas beberapa strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengatasi dan menyiasati masalah turnover setelah lebaran.

1. Menaikkan Status Karyawan

Salah satu cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengurangi turnover setelah lebaran adalah dengan meningkatkan status karyawan.

Ini dapat dilakukan dengan cara mengubah status karyawan kontrak menjadi karyawan tetap.

Karyawan yang awalnya berstatus kontrak cenderung memiliki rasa tidak pasti tentang masa depan mereka di perusahaan.

Dengan menawarkan mereka kontrak tetap, perusahaan dapat memberikan rasa kepastian dan stabilitas dalam pekerjaan mereka.

Ini akan membuat karyawan tersebut berpikir kembali untuk keluar dari perusahaan, karena mereka akan merasa rugi jika tidak mengambil kesempatan baik seperti itu.

Selain itu, bagi karyawan yang telah melewati masa percobaan kerja, perusahaan sebaiknya tidak menunda-nunda pengangkatannya menjadi karyawan tetap apabila sudah cukup 3 bulan.

Karyawan yang telah membuktikan kemampuan mereka selama masa percobaan seharusnya diangkat menjadi karyawan tetap sesegera mungkin.

Diskusikan hal ini dengan anggota tim HR lain agar keputusan tersebut juga bisa diimbangi dengan baiknya penilaian kinerja karyawan yang akan menjadi karyawan tetap.

2. Pelatihan Antar Divisi

Bagi karyawan yang relatif masih muda atau fresh graduate dan butuh pengalaman baru yang lebih luas, perusahaan dapat mengadakan program pelatihan antar divisi.

Ini adalah salah satu cara untuk mempertahankan karyawan yang memiliki potensi tinggi.

Program ini dapat memberikan karyawan pengalaman yang berharga tanpa harus keluar dari perusahaan.

Selain itu, mereka juga akan meningkatkan kemampuan dan keahlian di beberapa bidang atau divisi yang berbeda.

Hal ini akan membuat mereka merasa terus berkembang dan tidak merasa bosan dengan pekerjaan mereka.

Program pelatihan antar divisi juga dapat menciptakan karyawan yang lebih fleksibel dan dapat diandalkan dalam berbagai situasi.

Mereka dapat menjadi aset yang lebih berharga bagi perusahaan.

3. Sosialisasikan Jenjang Karir

Membuka jenjang karir yang jelas dan menjanjikan bagi karyawan adalah cara lain untuk mengurangi turnover.

Ketika karyawan tahu bahwa ada peluang untuk berkembang dan naik pangkat di perusahaan, mereka akan lebih termotivasi untuk tetap tinggal.

Maka dari itu, semua karyawan harus dipastikan mengetahui potensi karir yang meningkat ini dengan sosialisasi secara menyeluruh.

Dengan begitu, mereka akan berusaha mendapat prestasi dan tidak terpikirkan untuk keluar dari perusahaan.

Perusahaan sebaiknya secara rutin melakukan evaluasi kinerja karyawan dan memberikan umpan balik yang konstruktif tentang bagaimana mereka dapat mencapai jenjang karir yang lebih tinggi.

4. Proses Rekrutmen Terus Menerus

Jika cara-cara di atas masih dirasa kurang mengena, maka ada baiknya perusahaan melakukan rekrutmen secara terus menerus.

Ini berarti merekrut karyawan baru tanpa harus menunggu adanya posisi yang kosong.

Dengan pendekatan ini, perusahaan memiliki daftar karyawan yang siap bekerja jika dibutuhkan.

Ini dapat mengurangi tekanan untuk segera menggantikan karyawan yang keluar.

Agar calon karyawan baru tidak merasa digantungkan, perusahaan dapat memberi mereka keputusan yang tidak mengikat sehingga mereka diberi kebebasan untuk melamar kerja di perusahaan lain jika mereka mendapat tawaran yang lebih baik.

Jadi, sebisa mungkin untuk menjaga kontak dan hubungan yang baik dengan calon karyawan.

Baca Juga: Lakukan Beberapa Tips Ini Agar Tidak Selalu Lembur!

5. Evaluasi dan Perbaikan Lingkungan Kerja

Salah satu faktor penting yang memengaruhi keputusan karyawan untuk tetap tinggal atau pergi adalah lingkungan kerja.

Perusahaan sebaiknya secara rutin melakukan evaluasi lingkungan kerja dan mencari cara untuk memperbaikinya.

Ini termasuk dalam hal kebijakan perusahaan, budaya kerja, manajemen, dan komunikasi internal.

Karyawan yang merasa dihargai dan terlibat dalam lingkungan kerja yang positif lebih mungkin untuk tetap tinggal.

6. Pertimbangkan Program Kesejahteraan Karyawan

Memiliki program kesejahteraan karyawan yang kuat juga dapat membantu mengurangi turnover.

Program ini dapat mencakup tunjangan kesehatan, cuti yang lebih baik, dukungan psikologis, dan manfaat lainnya.

Karyawan yang merasa bahwa perusahaan peduli tentang kesejahteraan mereka lebih mungkin untuk tetap tinggal dan berkontribusi secara maksimal.

7. Upayakan Komunikasi yang Terbuka

Terakhir, perusahaan sebaiknya mendorong komunikasi yang terbuka dengan karyawan.

Berikan kesempatan kepada karyawan untuk menyampaikan keluhan, ide, atau masukan mereka.

Melalui komunikasi yang terbuka, perusahaan dapat memahami perasaan dan kebutuhan karyawan mereka dengan lebih baik, dan mencari solusi yang memungkinkan mereka untuk tetap tinggal.

Turnover karyawan setelah lebaran adalah masalah yang seringkali dihadapi oleh banyak perusahaan. Namun, dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat mengatasi masalah ini dan mempertahankan karyawan yang berharga. Evaluasi kebutuhan tenaga kerja, pengembangan karyawan, peningkatan lingkungan kerja, dan komunikasi yang baik adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh perusahaan untuk mengurangi tingkat turnover setelah lebaran. Dengan demikian, perusahaan dapat menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa dihargai dan termotivasi untuk tetap berkontribusi pada kesuksesan perusahaan.

Gunakan Aplikasi Mekari Talenta Untuk Bantu Cegah Kenaikan Angka Turnover Karyawan Setelah Lebaran

Anda juga sebisa mungkin terus memantau naik turunnya angka turnover karyawan.

Hal ini akan menjadi lebih mudah dengan bantuan aplikasi Mekari Talenta yang efektif dan efisien dalam mengelola data hingga administrasi karyawan. 

Tertarik untuk mencoba Mekari Talenta? Isi formulir ini untuk jadwalkan demo Mekari Talenta dengan sales kami dan konsultasikan masalah HR Anda kepada kami!

Anda juga bisa coba gratis Talenta sekarang dengan klik gambar di bawah ini.

Coba Gratis Aplikasi HRIS Talenta Sekarang!

Image
Ervina Lutfi
Seorang product manager berpengalaman, juga kontributor yang rutin memproduksi tulisan seputar HR, bisnis, dan pemasaran dengan pembahasan teliti, terstruktur, serta mudah dipahami.
WhatsApp Hubungi sales