Administrasi HR 6 min read

Toxic Productivity: Pengertian, Ciri Ciri, dan Cara Mengatasi

By Jordhi FarhansyahPublished 02 Aug, 2023 Diperbarui 20 Maret 2024

Pernah mendengar istilah toxic productivity? Sekarang, budaya kerja kita mengedepankan kerja keras dan juga produktivitas. Tentu keduanya bukan hal yang buruk.

Tapi ketika seorang karyawan semacam diwajibkan untuk terus produktif tanpa memedulikan kesehatan fisik dan mental, mereka mungkin merasakan apa yang namanya toxic productivity.

Apa itu toxic productivity dan apa bahayanya bagi kesejahteraan karyawan? Simak selengkapnya di artikel berikut ini.

Pengertian toxic productivity

toxic productivity

Toxic Productivity adalah kondisi di mana seseorang mendorong diri mereka sendiri atau orang lain untuk bekerja secara ekstrem dan terus-menerus demi mencapai kesuksesan, tanpa memedulikan kesehatan fisik, emosional, dan mental.

Ini seringkali berdampak negatif pada keseimbangan kerja-kehidupan, kesehatan mental, dan hubungan sosial.

Orang yang mengalami toxic productivity mungkin merasa tidak pernah puas dengan hasil kerja mereka, merasa bersalah jika beristirahat atau berhenti bekerja, dan mengabaikan tanda-tanda kelelahan dan stres yang dapat mengarah pada burnout.

Dilansir dari artikel Forbes, Anda mungkin berada pada kondisi toxic productivity ketika merasa tertekan untuk selalu produktif dan sibuk, bahkan merasa bersalah ketika Anda istirahat atau tidak melakukan apapun.

Toxic productivity juga saling berkaitan dengan istilah workaholic dan juga hustle culture. Workaholic sendiri merupakan individu yang memiliki kecenderungan untuk bekerja secara berlebihan dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk bekerja.

Mereka mungkin merasa cemas atau tidak nyaman jika tidak bekerja dan mungkin menggunakan pekerjaan sebagai bentuk pelarian dari masalah atau tuntutan lain dalam kehidupan mereka.

Meskipun ada beberapa tumpang tindih antara toxic productivity dan workaholic, seorang workaholic tidak selalu mencari pengakuan atau dorongan dari lingkungan kerja yang menyebabkan stres, seperti halnya toxic productivity.

Kemudian, hustle culture sendiri merujuk pada budaya atau pandangan yang memuja dan mendorong seseorang untuk bekerja tanpa henti, mengorbankan waktu, kesehatan, dan kehidupan pribadi untuk mencapai kesuksesan finansial atau karir.

Ini sering kali dihubungkan dengan gagasan bahwa “hustle” atau usaha berlebihan adalah kunci untuk meraih keberhasilan.

Meskipun hustle culture dapat memberikan dorongan untuk mencapai tujuan, namun jika dijalankan tanpa keseimbangan dan perhatian pada kesehatan mental dan fisik, dapat menyebabkan burnout dan dampak negatif lainnya pada kesejahteraan individu.

Ciri-ciri toxic productivity

Meski nampak terlihat sebagai sesuatu yang positif, karyawan yang toxic productivity memiliki ciri-ciri yang bisa dibedakan. Di antaranya adalah sebagai berikut.

Obsesi dengan produktivitas

Orang yang mengalami toxic productivity seringkali terobsesi dengan produktivitas dan merasa tidak puas jika tidak bekerja atau mencapai target tertentu.

Mereka merasa harus selalu sibuk dan produktif, bahkan ketika istirahat atau rekreasi mungkin lebih diperlukan.

Selalu merasa bersaing

Individu dengan toxic productivity selalu merasa perlu bersaing dengan orang lain, bahkan dalam hal-hal sepele.

Mereka mungkin merasa cemas dan tidak nyaman jika merasa orang lain lebih produktif atau sukses daripada mereka.

Baca juga: Cara Tingkatkan Komitmen Kerja Karyawan untuk Produktivitas

Mengabaikan tanda-tanda kelelahan dan stres

Ciri lain dari toxic productivity adalah mengabaikan tanda-tanda kelelahan dan stres. Mereka mungkin terus-menerus bekerja bahkan ketika tubuh dan pikiran mereka memberi isyarat bahwa mereka perlu istirahat.

Kesulitan menetapkan batasan

Orang dengan toxic productivity cenderung kesulitan menetapkan batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Mereka mungkin terus bekerja bahkan ketika mereka berada di luar jam kerja atau ketika mereka sedang bersama keluarga dan teman-teman.

Kehilangan minat pada hal lain

Toxic productivity dapat menyebabkan seseorang kehilangan minat pada hal-hal di luar pekerjaan. Mereka mungkin mengabaikan hobi, aktivitas rekreasi, atau hubungan sosial karena merasa hanya pekerjaan yang penting.

Pengakuan eksternal yang diperlukan

Orang dengan toxic productivity sering mengandalkan pengakuan eksternal dari rekan kerja, atasan, atau lingkungan kerja untuk merasa puas dengan diri mereka sendiri dan pekerjaan mereka.

Dorongan dari luar ini menjadi penentu kebahagiaan mereka, bukan pencapaian pribadi atau kepuasan dalam diri sendiri.

Perasaan tidak puas dengan hasil kerja

Meskipun mencapai target atau mencatat prestasi, orang dengan toxic productivity cenderung tidak pernah puas dengan hasil kerja mereka.

Mereka selalu merasa perlu untuk melakukan lebih baik dan terus berusaha mencapai standar yang mungkin tidak realistis.

Dampak negatif toxic productivity 

Toxic productivity dapat menyebabkan berbagai dampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Berikut adalah beberapa dampak negatif yang umum dari toxic productivity.

Burnout

Toxic productivity sering kali mengarah pada burnout, yaitu kondisi kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh stres yang berlebihan dan tuntutan pekerjaan yang terus-menerus.

Burnout dapat menyebabkan penurunan kinerja, kehilangan minat dalam pekerjaan, dan masalah kesehatan fisik dan mental.

Gangguan kesehatan mental

Mengalami tekanan yang berlebihan dan bekerja terus-menerus tanpa istirahat yang memadai dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan gangguan tidur.

Kehilangan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan

Toxic productivity cenderung mengabaikan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Ini dapat mengarah pada isolasi sosial, masalah dalam hubungan pribadi, dan kesulitan menghadapi masalah di luar pekerjaan.

Penurunan produktivitas dan kualitas kerja

Meskipun mungkin terlihat kontradiktif, tetapi toxic productivity dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan kualitas kerja.

Karyawan yang mengalami stres yang berlebihan dan kelelahan kronis tidak dapat memberikan performa optimal, dan kualitas pekerjaan mereka mungkin menurun.

Penurunan Kesehatan Fisik

Stres yang berkepanjangan dan kurangnya istirahat yang memadai dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik. Ini bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan penurunan sistem kekebalan tubuh.

Kualitas hidup yang menurun

Toxic productivity dapat mengurangi kualitas hidup secara keseluruhan karena fokus yang berlebihan pada pekerjaan dan kehilangan keseimbangan dengan aspek lain dalam hidup.

Baca juga: Produktivitas Tenaga Kerja, Pengertian dan Cara Meningkatkannya

Cara mengatasi toxic productivity 

Mengatasi toxic productivity memerlukan kesadaran dan upaya untuk menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta perhatian pada kesehatan fisik dan mental.

Berikut adalah beberapa cara mengatasinya,

Kenali tanda-tanda toxic productivity

Pertama, sadari tanda-tanda toxic productivity pada diri Anda. Amati apakah Anda merasa terus-menerus tertekan untuk bekerja, tidak pernah puas dengan hasil kerja, atau merasa bersalah ketika beristirahat.

Mengenali tanda-tanda ini adalah langkah awal dalam mengatasi masalah ini.

Tetapkan batasan

Tetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu istirahat atau rekreasi. Hindari bekerja melebihi jam kerja yang ditentukan atau membawa pekerjaan ke rumah jika tidak diperlukan.

Pelajari untuk “melepaskan” pekerjaan ketika Anda sedang berada di luar jam kerja.

Prioritaskan kesehatan dan kesejahteraan

Jadikan kesehatan fisik dan mental sebagai prioritas. Pastikan Anda memiliki waktu untuk beristirahat, berolahraga, dan menjaga pola makan yang sehat.

Temukan kegiatan atau hobi di luar pekerjaan yang membawa kebahagiaan dan relaksasi.

Gunakan manajemen waktu yang efektif

Pelajari keterampilan manajemen waktu untuk membantu Anda mengatur pekerjaan Anda dengan lebih efisien.

Fokus pada tugas-tugas yang paling penting dan hindari menyia-nyiakan waktu pada pekerjaan yang tidak produktif atau tidak penting.

Minta dukungan dan berbicara dengan orang lain

Jangan ragu untuk berbicara dengan atasan atau rekan kerja tentang tekanan atau beban kerja yang berlebihan. Mencari dukungan dan berbicara dengan orang lain dapat membantu Anda mengurangi stres dan mendapatkan perspektif baru.

Jangan terjebak dalam perbandingan

Hindari membandingkan diri Anda dengan orang lain dalam hal produktivitas atau kesuksesan. Setiap orang memiliki tempo dan jalan hidupnya masing-masing. Fokus pada pencapaian pribadi dan perkembangan Anda sendiri.

Lakukan aktivitas pemulihan

Carilah waktu untuk beristirahat dan pulih secara rutin. Lakukan kegiatan-kegiatan yang membantu Anda melepaskan stres, seperti meditasi, yoga, atau berjalan-jalan di alam.

Jangan takut untuk beristirahat atau berhenti

Sadari bahwa beristirahat dan mengambil waktu untuk diri sendiri adalah penting untuk kesehatan dan kesejahteraan Anda. Jangan takut untuk berhenti sejenak dan melepaskan tekanan.

Hindari sifat perfeksionisme yang berlebihan

Cobalah untuk mengenali bahwa kesempurnaan tidak selalu mungkin atau diperlukan. Berusaha menjadi sempurna terus-menerus dapat menyebabkan stres yang berlebihan.

Carilah bantuan profesional

Jika Anda merasa kesulitan mengatasi toxic productivity sendiri, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional, seperti konselor atau psikolog. Mereka dapat membantu Anda mengatasi masalah dan memberikan dukungan yang diperlukan.

Mengubah budaya perusahaan

Peran perusahaan sangat penting dalam mengatasi toxic productivity di lingkungan karyawan. Sebagai langkah utama, perusahaan harus berkomitmen dalam menerapkan budaya kerja yang sehat.

Budaya kerja yang sehat harus bisa mendorong keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi karyawan dan menghargai waktu istirahat mereka.

Seringkali, toxic positivity lahir dari ekspektasi perusahaan yang terlalu berlebihan terhadap karyawannya.

Maka dari itu, manajemen harus bekerja sama dengan karyawan untuk menetapkan ekspektasi yang realistis dan memastikan bahwa tugas dan tanggung jawab yang diberikan dapat diselesaikan dalam waktu yang wajar.

Menghindari tuntutan yang tidak realistis adalah kunci untuk mengurangi stres dan mengatasi toxic productivity.

Untuk menyediakan pengelolaan tugas dan pembagian kerja karyawan lebih efektif, perusahaan dapat menggunakan aplikasi jadwal shift Mekari Talenta.

Selain itu, Mekari Talenta dilengkapi juga dilengkapi dengan fitur manajemen performa yang akan memudahkan penentuan target kerja yang jelas bagi karyawan, sehingga karyawan dapat mencapai goals pekerjaan dengan tidak bekerja secara berlebihan.

Perusahaan juga harus mengedepankan pentingnya istirahat yang teratur di tempat kerja. Dapat dipertimbangkan untuk memberlakukan kebijakan cuti wajib atau mengingatkan karyawan untuk beristirahat secara teratur.

Terakhir, perusahaan perlu menyadari bahwa kesehatan mental sangat penting. Cara mendukungnya adalah dengan menyediakan akses ke sumber daya kesehatan mental, seperti konseling atau program dukungan psikologis, untuk membantu karyawan mengatasi stres dan menghadapi tantangan pekerjaan dengan lebih baik.

Kesimpulan

Itulah tadi beberapa penjelasan mengenai toxic productivity dan bagaimana cara mengatasinya.

Hal tersebut memang memerlukan kesadaran, disiplin, dan komitmen untuk mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat.

Dengan mengambil langkah-langkah tadi, perusahaan dan juga karyawan dapat berperan aktif dalam mengatasi toxic productivity dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.

Ini tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan karyawan, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan kinerja keseluruhan di perusahaan.

Untuk mendukung kerja HR dalam membantu menciptakan lingkungan kerja yang sehat, Anda bisa mencoba software HRIS Mekari Talenta.

Konsultasikan permasalahan HR Anda bersama tim sales Mekari Talenta dan coba gratis demo aplikasinya sekarang juga.

Image
Jordhi Farhansyah
Penulis yang selama 2 tahun terakhir fokus memproduksi konten seputar HR dan bisnis. Selain menulis, sehari-hari Jordhi juga aktif merawat hobinya di bidang fotografi analog.