Assessment for Learning (AFL) adalah istilah yang jamak digunakan pada dunia pendidikan khususnya di sekolah dan perguruan tinggi.
Namun seiring berkembangnya penerapan ilmu pengetahuan, AFL juga sering digunakan dalam ruang lingkup pekerjaan.
Apalagi jika berkaca pada industri tenaga kerja saat ini, perusahaan mulai memperhatikan aspek pengembangkan kemampuan karyawan.
Melalui artikel ini, Mekari Talenta akan menjelaskan apa itu assessment for learning (AFL) yang bisa Anda terapkan di segala aspek khususnya dalam pengembangan kemampuan karyawan.
Apa itu Assessment for Learning?
Mengutip Cambridge International Education, assessment for learning (AFL) adalah metode pendekatan asesmen individu selama proses pembelajaran berlangsung.
Hal tersebut tentu berbeda dengan assessment of learning (AOL) dimana asesmen dilakukan setelah siswa melakukan pembelajaran.
Metode AFL digunakan agar individu terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dan secara aktif memahami apa yang sudah mereka capai saat ini, apa yang mereka butuhkan, dan apa output-nya.
Metode Asesmen yang Digunakan
Proses asesmen yang dilakukan di tengah-tengah pembelajaran, assessment for learning (AFL) umumnya mengedepankan pendekatan asesmen formatif yaitu:
- Memberikan pertanyaan
- Pemberian feedback atau umpan balik secara langsung
- Memberikan pertanyaan yang relevan terhadap apa yang sedang dikerjakan
- One-on-one assessment yaitu asesmen yang dilakukan perorangan
- Self-assessment yaitu asesmen mandiri
JIka melihat pendekatannya, assessment for learning terbilang cukup serbaguna untuk dipakai oleh segala usia khususnya bagi karyawan atau anggota institusi tertentu.
Proses AFL juga tidak melulu mengandalkan asesmen formatif saja. Guna memaksimalkan proses asesmen, Anda juga bisa menggunakan asesmen sumatif sebagai pendukung seperti memberikan tugas dan pembuatan portofolio.
Bagaimana Proses Assessment for Learning?
Ada beberapa tahapan dalam melakukan proses assessment for learning yaitu sebagai berikut.
1. Perencanaan
Tahap perencanaan adalah tahapan di mana Anda membuat tujuan pembelajaran. Dalam konteks organisasi misalnya, kira-kira kemampuan apa yang sedang dibutuhkan oleh organisasi.
Pada tahap ini pula, sebagai penyelenggara Anda diminta untuk memetakan kemampuan peserta dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka.
Pertanyaan dapat berupa sejauh mana mereka memahami kemampuan tersebut. Pada tahap ini sejatinya Anda sudah melakukan assessment for learning.
2. Menyusun Kurikulum
Tahap selanjutnya adalah menyusun kurikulum sesuai dengan tingkat kemampuan peserta.
Di tahap ini Anda sudah memiliki kelompok murid sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan pengetahuan mereka.
3. Pelaksanaan Asesmen
Pelaksanaan assessment for learning dilakukan selama durasi pembelajaran berlangsung.
Setelah kelas selesai, Anda bisa menyediakan feedback untuk setiap apa yang telah mereka pelajari selama di dalam kelas.
Anda juga bisa meminta peserta untuk melakukan self-assessment atau menawarkan one-on-one session kepada peserta yang masih tertinggal.
4. Lakukan Asesmen Sumatif
Meski assessment for learning lebih banyak menggunakan asesmen formatif, asesmen sumatif juga perlu digunakan yaitu berupa pemberian tugas dan portofolio.
Hal ini dilakukan untuk memantau sejauh mana peserta memahami pelajaran selama proses pembelajaran atau pelatihan berlangsung.
5. Evaluasi
Tidak ada tahapan kegiatan tanpa evaluasi. Mana hal yang perlu dikembangkan, apa saja kegiatan yang efektif, apakah kurikulumnya sesuai dengan kebutuhan, dan aspek-aspek lainnya.
Baca juga: Memahami Metode PDCA: Langkah-langkah, Manfaat, dan Contohnya dalam Bisnis
Manfaat dari Assessment for Learning
Manfaat dari assessment for learning dapat dirasakan baik oleh peserta maupun penyelenggara.
Manfaat bagi Penyelenggara
- Penyelenggara bisa memberikan bahan ajar yang tepat sasaran sesuai dengan kemampuan peserta sehingga hasilnya pun jauh lebih efektif.
- Cenderung fleksibel dan efisien dari segi biaya, hal ini karena proses belajar-mengajar lebih banyak melibatkan peserta
- Assessment for learning dapat diterapkan di berbagai situasi termasuk perusahaan dan organisasi
- Membangun kedekatan antara pihak penyelenggara dan peserta sehingga kelas jauh lebih positif
- Dengan assessment for learning, penyelenggara bisa dengan mudah mengetahui peserta yang tertinggal
Manfaat bagi Peserta
- Peserta jadi lebih memiliki rasa percaya diri
- Meningkatkan kolaborasi antar peserta
- Peserta tidak perlu terpaku pada jadwal dan kelas, hal ini karena proses pembelajaran jauh lebih fleksibel. Bahkan bagi karyawan, metode ini bisa dilakukan di tengah-tengah waktu kerja
- Peserta lebih bisa memahami konsep atau dasar-dasar kemampuan yang harus dipahami
- Karena bersifat personalized, jenis asesmen ini dapat memberikan dampak yang jauh lebih efektif dibanding asesmen konvensional
- Peserta jauh lebih mandiri untuk menyelesaikan masalah
Contoh Assessment for Learning
Anda pernah menonton film The Internship (2013)? Mengisahkan dua orang yang melakukan magang di perusahaan Google. Dimana dua orang tersebut terlibat dalam satu tim untuk mengerjakan proyek latihan.
Terlepas dari benar atau tidak, apa yang digambarkan dalam film The Internship merupakan contoh dari assessment for learning.
Masing-masing anggota kelompok diminta untuk berkontribusi mengerjakan proyek yang diminta, dan masing-masing dari mereka sama-sama memberikan penilaian pada diri mereka sendiri dan teman setimnya.
Lalu bagaimana dengan studi kasus nyatanya?
1. AlphaSights
Perusahaan mSME enabler dimana perusahaan tersebut menghubungkan UMKM di seluruh penjuru Amerika Serikat dengan para investor.
Mengutip 360 Learning, perusahaan asal Amerika Serikat ini memiliki platform pembelajaran digital dimana karyawan dapat mengakses materi pembelajaran sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.
Menariknya lagi, materi ajar yang ada di platform tersebut dibuat oleh 240 UMKM binaan dimana, materinya sendiri berasal dari bimbingan karyawan AlphaSight. Dari karyawan untuk karyawan.
Metode asesmen yang digunakan dalam contoh kasus ini adalah self-assessment dan peer-to-peer assessment.
2. Nintendo Japan
Nintendo Japan menghadirkan pelatihan yang cukup holistik. Para karyawan sesekali diminta untuk melakukan brainstorming terkait ide yang dapat digunakan untuk produk mereka ke depan.
Selain itu, karyawan juga terus diminta memberikan feedback, apa saja yang telah mereka pelajari selama periode kerja tertentu.
Bahkan, karyawan juga bisa melakukan pembelajaran peer-to-peer secara langsung dengan rekan dan supervisor mereka.
Assessment for learning merupakan metode asesmen yang cukup serbaguna, apalagi digunakan untuk instansi perusahaan atau organisasi tertentu.
Apalagi dengan kehadiran learning management system secara daring yang memungkinkan karyawan bisa melakukan pembelajaran dan asesmen secara mandiri.
Baca juga: Learning Management System (LMS): Mengoptimalkan Pembelajaran di Era Digital
Berbicara mandiri, tahukah Anda bahwa saat ini karyawan juga bisa mengakses kebutuhan administrasi karyawan secarfa mandiri melalui aplikasi HRIS yang memiliki fitur employee self-service.
Selain sebagai software HCM, Mekari Talenta juga memiliki fitur employee self-service di mana karyawan dapat mengakses segala kebutuhan administratif.
Mulai dari absensi online, akses slip gaji, pengajuan cuti, dan pengajuan perubahan data karyawan dapat dilakukan secara online melalui aplikasi.
Bagi HR, kehadiran employee self-service juga mempermudah pekerjaan administratif menjadi lebih hemat waktu dan efektif.
Cari tahu tentang Mekari Talenta di sini.