Bagi banyak bisnis pemula yang baru memulai perjalanan mereka kuatir apakah upaya pemasaran dan budget mereka telah tepat guna. Akan sangat wajar juga jika mereka tidak tidak yakin apakah keputusan tertentu adalah yang terbaik untuk bisnis mereka. Tidak hanya itu saja, bisnis pemula bisa saja mempertanyakan apakah proyek yang diusulkan akan sepadan dengan usaha dan sumber daya yang mereka keluarkan.
Banyak hal lainnya yang membuat bisnis baru kuatir karena mereka harus mempertimbangkan untuk membuat perubahan pada bisnis, pemasaran, atau strategi penjualan. Semua ini wajar tapi bagaimanakah bisnis baru mengatasi semua kekuatiran ini?
Salah satu yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan batuan analisis bisnis lebih khususnya lagi dengan melakukan cost benefit analysis (CBA). Mari simak usalan Mekari Talenta kenapa dan bagaimana contoh perhitungan cost benefit analysis ini memainkan peran penting bagi setiap bisnis dalam mengoptimalkan biaya dan anggaran mereka dengan baik dibawah ini.
Apa Itu Cost Benefit Analysis?
Cost Benefit Analysis (CBA) atau Analisis Biaya Manfaat adalah metode yang digunakan oleh perusahaan untuk mengevaluasi keputusan bisnis dengan membandingkan total biaya yang akan dikeluarkan dengan manfaat yang diperoleh dari suatu proyek atau kebijakan tertentu.
Metode ini berfungsi sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan dengan memastikan bahwa setiap investasi atau proyek yang dijalankan dapat memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pengeluarannya.
CBA sering diterapkan dalam berbagai aspek bisnis, mulai dari pengembangan produk, investasi dalam teknologi baru, hingga pengambilan keputusan strategis lainnya. Dengan menggunakan analisis ini, manajemen perusahaan dapat menilai apakah suatu inisiatif layak untuk dijalankan atau justru akan merugikan bisnis dalam jangka panjang
Memahami Contoh Perhitungan Cost Benefit Analysis (CBA)
Sebelum membangun pabrik baru atau mengambil proyek baru, tim bisnis yang terlibat harus bijaksana melakukan analisis biaya manfaat untuk mengevaluasi semua biaya dan pendapatan potensial yang mungkin dihasilkan perusahaan dari proyek tersebut. Hasil analisis akan menentukan apakah proyek tersebut layak dari sisi finansial atau apakah perusahaan harus melanjutkan proyek lain.
Dalam banyak model, analisis biaya manfaat juga akan memasukkan biaya peluang ke dalam proses pengambilan keputusan. Biaya peluang adalah manfaat alternatif yang dapat direalisasikan ketika memilih satu alternatif di atas yang lain. Dengan kata lain, biaya peluang adalah peluang yang hilang atau hilang sebagai akibat dari suatu pilihan atau keputusan.
Mengingat dalam biaya peluang memungkinkan manajer proyek untuk menimbang manfaat dari tindakan alternatif dan bukan hanya jalan atau pilihan saat ini yang dipertimbangkan dalam analisis biaya-manfaat. Dengan mempertimbangkan semua opsi dan potensi peluang yang terlewatkan, analisis biaya manfaat lebih menyeluruh dan memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik.
Baca Juga: Begini Cara Aplikasi HRIS Membantu Bisnis Skala Menengah
Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Cost Benefit Analysis (CBA) dalam Bisnis
Sebagai bagian dari pemasaran, tentu saja Cost Benefit Analysis membawa banyak manfaat karena ini juga bagian dari proses pengambilan keputusan sebuah bisnis. Meskipun begitu, ada juga beberapa potensi kerugian dan keterbatasan yang harus dipertimbangkan sebelum sepenuhnya mengandalkan analisis biaya manfaat ini.
Kelebihan dan Manfaat Cost Benefit Analysis (CBA) dalam Bisnis
Penerapan CBA dalam proses pengambilan keputusan bisnis memberikan berbagai manfaat yang dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuan keuangan dan operasionalnya. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari Cost Benefit Analysis:
1. Mengidentifikasi dan Mengukur Biaya Secara Komprehensif
Salah satu keunggulan utama dari CBA adalah kemampuannya untuk mengidentifikasi dan mengukur berbagai jenis biaya yang mungkin timbul dalam suatu proyek. Beberapa kategori biaya yang diperhitungkan dalam CBA meliputi:
- Biaya langsung, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan biaya produksi.
- Biaya tidak langsung, termasuk biaya operasional, listrik, sewa tempat, dan biaya administrasi.
- Biaya tidak berwujud, seperti dampak terhadap pelanggan, kepuasan karyawan, dan reputasi perusahaan.
- Biaya peluang, yang mencakup kemungkinan keuntungan yang hilang jika sumber daya dialokasikan ke proyek lain.
- Biaya risiko potensial, seperti perubahan regulasi, ketidakpastian pasar, serta dampak lingkungan.
Dengan mempertimbangkan semua elemen ini, perusahaan dapat memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai pengeluaran yang diperlukan untuk menjalankan proyek tertentu.
2. Mempermudah Proses Pengambilan Keputusan
CBA membantu perusahaan dalam mengambil keputusan secara rasional berdasarkan data dan fakta yang telah dianalisis. Dengan membandingkan biaya dan manfaat yang dihasilkan, manajemen dapat mengevaluasi apakah suatu proyek layak untuk dilakukan atau tidak.
Misalnya, dalam sebuah perusahaan manufaktur, manajemen dapat menggunakan CBA untuk menentukan apakah lebih menguntungkan membangun pabrik sendiri atau membeli pabrik yang sudah ada. Dengan membandingkan biaya investasi, biaya operasional, serta potensi keuntungan dari kedua opsi tersebut, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih tepat.
3. Meningkatkan Efisiensi dan Profitabilitas
CBA memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dengan mengalokasikan sumber daya secara lebih optimal. Dengan memahami biaya yang terlibat dan manfaat yang akan diperoleh, perusahaan dapat menghindari pengeluaran yang tidak perlu dan fokus pada proyek yang benar-benar menguntungkan.
Sebagai contoh, perusahaan ritel dapat menggunakan CBA untuk menentukan apakah investasi dalam teknologi self-checkout akan mengurangi biaya operasional dalam jangka panjang dibandingkan dengan sistem kasir konvensional.
4. Memberikan Gambaran Mengenai Keunggulan Kompetitif
Dengan melakukan analisis biaya manfaat, perusahaan dapat menilai bagaimana keputusan bisnis akan berdampak pada posisinya di pasar. Keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan CBA sering kali menghasilkan keunggulan kompetitif, baik dalam bentuk pengurangan biaya produksi, peningkatan layanan pelanggan, atau inovasi produk yang lebih baik.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan e-commerce mungkin mempertimbangkan apakah penggunaan layanan pengiriman yang lebih cepat akan meningkatkan kepuasan pelanggan dan pangsa pasar, meskipun biayanya lebih tinggi dibandingkan dengan layanan pengiriman standar.
5. Meningkatkan Transparansi dalam Perencanaan Bisnis
CBA membantu menciptakan transparansi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Dengan mendokumentasikan semua biaya dan manfaat yang diharapkan, perusahaan dapat lebih mudah menjelaskan alasan di balik keputusan bisnis kepada pemangku kepentingan, seperti investor, karyawan, dan mitra bisnis.
Kekurangan dan Keterbatasan Cost Benefit Analysis (CBA) dalam Bisnis
Meskipun CBA memiliki banyak manfaat, metode ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan sebelum sepenuhnya mengandalkan hasil analisisnya. Berikut adalah beberapa kekurangan utama dari CBA:
1. Sulit untuk Memprediksi Semua Variabel
Salah satu tantangan utama dalam menerapkan CBA adalah kesulitan dalam memprediksi semua faktor yang dapat mempengaruhi hasil analisis.
Banyak variabel yang dapat berubah secara tiba-tiba, seperti:
- Perubahan permintaan pasar, yang dapat membuat proyeksi keuntungan menjadi tidak akurat.
- Fluktuasi harga bahan baku, yang dapat meningkatkan biaya produksi di luar perkiraan.
- Ketidakpastian ekonomi global, seperti resesi atau krisis keuangan yang dapat mengubah kondisi bisnis.
Dalam jangka panjang, prediksi yang dibuat dalam CBA mungkin tidak selalu mencerminkan realitas yang akan terjadi, sehingga hasil analisisnya bisa saja meleset dari ekspektasi.
2. Ketergantungan pada Data yang Akurat
CBA sangat bergantung pada data yang digunakan dalam analisis. Jika data yang digunakan tidak lengkap atau tidak akurat, maka hasil analisisnya pun bisa menjadi keliru.
Kesalahan dalam perhitungan biaya atau estimasi manfaat dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang salah, yang pada akhirnya dapat merugikan perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memastikan bahwa semua data yang digunakan dalam CBA telah diverifikasi dan memiliki dasar yang kuat.
3. Lebih Cocok untuk Proyek Jangka Pendek dan Menengah
CBA lebih efektif digunakan untuk proyek dengan cakupan jangka pendek dan menengah. Untuk proyek dengan jangka waktu yang sangat panjang, terdapat banyak faktor yang sulit diprediksi, seperti:
- Inflasi yang tidak dapat diperhitungkan secara akurat.
- Perubahan teknologi yang dapat mengubah lanskap industri.
- Regulasi pemerintah yang dapat berdampak pada operasional bisnis.
Karena faktor-faktor ini, CBA memiliki keterbatasan dalam memberikan prediksi yang benar-benar akurat untuk proyek yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
4. Mengabaikan Faktor Non-Moneter dalam Pengambilan Keputusan
Meskipun CBA sangat efektif dalam menilai aspek finansial dari suatu proyek, metode ini cenderung mengabaikan faktor non-moneter yang mungkin juga memiliki dampak besar terhadap keputusan bisnis.
Sebagai contoh, perusahaan yang mempertimbangkan untuk mengotomatiskan proses produksi mungkin melihat efisiensi biaya yang besar dalam CBA, tetapi analisis ini tidak selalu mempertimbangkan dampak sosial seperti kehilangan lapangan kerja bagi karyawan.
Selain itu, keputusan yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) atau keberlanjutan lingkungan sering kali sulit untuk dianalisis menggunakan metode CBA, karena manfaatnya tidak selalu dapat diukur dalam bentuk angka atau nilai ekonomi langsung.
Baca Juga: Pengertian dan Cara Menghitung Cost Benefit Analysis
Contoh Perhitungan B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)
Berikut adalah contoh dari b/c ratio. Pembelian suatu mesin seharga Rp.20.000.000 akan memampukan perusahaan guna berhemat sebesar Rp.6.000.000 per tahun. Mesin tersebut diperkirakan berusia pakai 5 tahun dan mempunyai sisa akhir usia pakai sebesar Rp.4.000.000. Jika pemilik perusahaan menginginkan tingkat pengembalian minimal 15% per tahun, apakah pembelian tersebut layak dilakukan?
Penyelesaian:
B/C = (6000000 + 4000000(A/F,15%,5))/(20000000(A/P,15%,5)
B/C = (6000000 + 4000000(0,14832))/(20000000(0,29832))
B/C = 1,11
Oleh karena nilai B/C ≥ 1, pembelian peralatan baru tersebut dianggap menguntungkan.
Contoh Soal Cost-Benefit Analysis (CBA) dan Pembahasannya
Dengan menggunakan CBA, perusahaan dan pemerintah dapat memastikan pengalokasian dana yang efektif untuk proyek-proyek yang memberikan dampak positif maksimal.
Soal 1: Investasi dalam Sistem Otomatisasi
Sebuah perusahaan manufaktur mempertimbangkan untuk menginvestasikan Rp 500.000.000 dalam sistem otomatisasi produksi. Dengan investasi ini, perusahaan memperkirakan akan memperoleh manfaat sebagai berikut:
- Pengurangan biaya tenaga kerja sebesar Rp 150.000.000 per tahun.
- Peningkatan produktivitas, menghasilkan tambahan pendapatan Rp 200.000.000 per tahun.
- Efisiensi bahan baku, menghemat Rp 50.000.000 per tahun.
Investasi ini akan digunakan selama 5 tahun, tanpa nilai sisa di akhir periode.
Pertanyaan:
- Hitung total manfaat selama 5 tahun.
- Hitung nilai Cost-Benefit Ratio (CBR).
- Apakah investasi ini layak dilakukan jika CBR > 1 menunjukkan investasi yang menguntungkan?
Jawaban & Penyelesaian
Langkah 1: Hitung Total Biaya
- Total Biaya Awal (Investasi):Â Rp 500.000.000
Langkah 2: Hitung Total Manfaat Tahunan
- Total Manfaat Tahunan = (Pengurangan Biaya Tenaga Kerja)+(Tambahan Pendapatan)+(Efisiensi Bahan Baku)
- Total Manfaat Tahunan = 150.000.000+200.000.000+50.000.000 = 00.000.000
Langkah 3: Hitung Total Manfaat selama 5 Tahun
- Total Manfaat = Total Manfaat Tahunan×5
- Total Manfaat = 400.000.000 ×5
- Total Manfaat = 2.000.000.000
Langkah 4: Hitung Cost-Benefit Ratio (CBR)
- CBR = Total Biaya/Total Manfaat
- CBR = 2.000.000.000/500.000.000 = 4
Kesimpulan
- CBR = 4, yang berarti bahwa setiap Rp 1 yang diinvestasikan menghasilkan Rp 4 manfaat.
- Karena CBR > 1, maka investasi ini layak dilakukan karena manfaatnya jauh lebih besar dibandingkan biayanya.
Soal 2: Proyek Pembangunan Jalan
Sebuah pemerintah daerah ingin membangun jalan baru dengan biaya Rp 1.000.000.000. Manfaat proyek ini mencakup:
- Penghematan waktu perjalanan bagi warga, senilai Rp 300.000.000 per tahun.
- Pengurangan biaya perawatan kendaraan, senilai Rp 200.000.000 per tahun.
- Peningkatan ekonomi lokal, menghasilkan tambahan pendapatan daerah sebesar Rp 250.000.000 per tahun.
Proyek ini memiliki masa manfaat 10 tahun.
Pertanyaan:
- Hitung total manfaat selama 10 tahun.
- Hitung CBR.
- Apakah proyek ini layak dilakukan?
Jawaban & Penyelesaian
- Total Biaya Proyek:Â Rp 1.000.000.000
- Total Manfaat Tahunan:Â 300.000.000 + 200.000.000 + 250.000.000 = 750.000.000
- Total Manfaat selama 10 Tahun: 750.000.000 × 10=7.500.000.000
- CBR:Â 7.500.000.000/1.000.000.000=7.5
Kesimpulan:
Karena CBR = 7.5 > 1, proyek pembangunan jalan ini layak dilakukan karena manfaatnya jauh lebih besar dibandingkan biayanya.
- Cost-Benefit Analysis (CBA)Â membandingkan total manfaat dan biaya suatu proyek.
- Jika CBR > 1, maka proyek atau investasi layak dilakukan.
- CBA berguna dalam keputusan bisnis, investasi pemerintah, dan analisis efisiensi ekonomi.
Secara sederhana, contoh perhitungan cost benefit analysis adalah metode sistematis untuk mengukur dan kemudian membandingkan total biaya dengan total imbalan yang diharapkan dari melakukan suatu proyek atau melakukan investasi. Jika manfaatnya jauh lebih besar daripada biayanya, keputusan harus dilanjutkan, jika tidak bisa saja proyek dihentikan karena bisnis bisa dikatakan telah menderita kerugian.
Karenanya contoh perhitungan cost benefit analysis menjadi sangat penting karena juga akan mencakup biaya peluang dari proyek yang terlewatkan atau bisa saja tidak tercatat. Perlu diketahui juga kalau untuk melakukan CBA ada formula khusus untuk mengetahui apakah biaya tersebut sudah tepat. Selain itu tentu saja CBA memerlukan biaya juga melibatkan waktu yang diperlukan untuk memahami dan memperkirakan semua potensi imbalan dan biaya dengan cermat.