Tenaga kerja merupakan penduduk usia kerja yang terdiri atas beberapa jenis. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 2 mengungkapkan bahwa tenaga kerja di Indonesia ialah setiap orang yang dapat bekerja untuk menghasilkan barang atau jasa, baik untuk subsisten dan untuk masyarakat.
Secara garis besar penduduk suatu negara bisa dibagi menjadi dua kelompok, yakni tenaga kerja. Populasi diklasifikasikan sebagai pekerja bila warga yang sudah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia yaitu 15 tahun – 64 tahun. Dalam hal ini, setiap orang yang dapat bekerja disebut dengan tenaga kerja.
Ada banyak pendapat tentang usia tenaga kerja yaitu, ada yang menyebutkan lebih dari 17 tahun tidak ada menyebutkan lebih dari 20 tahun, dan beberapa bahkan menyebutkan lebih dari tujuh tahun untuk anak-anak jalanan sudah termasuk salah satu dari cakupan jenis tenaga kerja.
Pengertian Tenaga Kerja Menurut Para Ahli
Pokok Ketenagakerjaan No. 14 Tahun 1969
Menurut Pokok Ketenagakerjaan No. 14 Tahun 1969 menyatakan bahwa tenaga kerja ialah setiap orang yang dapat melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi suatu kebutuhan masyarakat. Dalam hubungan ini maka pembinaan dari setiap tenaga kerja ialah peningkatan kemampuan efektivitas tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan.
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa tenaga kerja ialah setiap orang yang dapat melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi suatu kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Dr.A.Hamzah SH
Menurut Dr.A.Hamzah SH menyatakan bahwa tenaga kerja ialah meliputi jenis tenaga kerja yag bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proser produksi tenaga kerja itu sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran.
Dr. Payaman dikutip A.Hamzah (1990)
Menurut Dr. Payaman dikutip A.Hamzah (1990) menyatakan bahwa tenaga kerja ialah (man power) yaitu produk yang sudah atau sedang bekerja. Atau sedang mencari pekerjaan, serta yang sedang melaksanakan pekerjaan lain. Seperti bersekolah, ibu rumah tangga.
Secara praktis, tenaga kerja terdiri atas dua hal, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja:
- angkatan kerja (labour force) terditi atas golongan yang bekerja dan golongan penganggur atau sedang mencari kerja;
- kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri atas golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golonganlain lain atau menerima penghasilan dari pihak lain, seperti pensiunan dll.
Eeng Ahman & Epi Indriani
Menurut Eeng Ahman & Epi Indriani menyatakan bahwa tenaga kerja ialah seluruh jumlah penduduk yang dianggap mampu bekerja dan sanggup bekerja bila ada permintaan kerja.
ALAM. S
Menurut ALAM. S menyatakan bahwa tenaga kerja ialah penduduk yang berusia 15 tahun keatas untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sedangkan di negara-negara maju, tenaga kerja yaitu penduduk yang berumur antara 15 hingga 64 tahun.
Suparmoko dan Icuk Ranggabawono
Menurut Suparmoko dan Icuk Ranggabawono menyatakan bahwa tenaga kerja ialah penduduk yang sudah memasuki usia kerja dan mempunyai pekerjaan, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan suatu kegiatan lain seperti sekolah, kuliah dan mengurus rumah tangga.
Sjamsul Arifin, Dian Ediana Rae, Charles, Joseph
Menurut Sjamsul Arifin, Dian Ediana Rae, Charles, Joseph menyatakan bahwa tenaga kerja adalah faktor produksi yang sifatnya homogen dalam suatu negara, namun bersifat heterogen (tidak identik) antar negara.
Jenis – Jenis Tenaga Kerja
Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik ialah jenis tenaga kerja yang mempunyai keahlian atau keterampilan di bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan informal. Contohnya : pengacara, dokter, guru, dan lain sebagainya.
Tenaga Kerja Terlatih
Tenaga kerja terlatih yaitu Personil Kerja yang dilatih tenaga kerja dengan keahlian di tertentu dengan melalui suatu pengalaman kerja. Kebutuhan tenaga kerja terampil diulang praktek sehingga menguasai pekerjaan. Contohnya pada: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain sebagainya
Tenaga Kerja Tidak Terdidik Dan Tidak Terlatih
Tenaga Kerja Tidak Terdidik Dan Tidak Terlatih merupakan Tenaga kerja terampil dan pekerja terampil dilatih untuk mengandalkan kekuatan sendiri. Contohnya pada: kuli, kuli, pelayan, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Karyawan Tetap vs Karyawan Kontrak, Mana yang Terbaik?
Kebijakan Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi relatif tidak terlalu banyak. Tenaga untuk proses produksi hanya membutuhkan 3 orang per proses penyulingan. Jika dalam 1 hari perusahan melakukan 2 kali proses penyulingan maka diperlukan 6 orang pekerja tidak tetap per hari per ketel (diasumsikan pengusaha memiliki dua buah ketel).
Para pekerja tersebut biasanya dibayar secara borongan untuk satu kali proses penyulingan. Proses penyulingan tersebut membutuhkan waktu antara 6 sampai 8 jam dan dalam satu hari dapat dilakukan 2 hingga 3 kali penyulingan per ketel.
Faktor Produksi Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu dari empat faktor produksi yang sangat penting dalam perekonomian. Tanpa tenaga kerja, faktor produksi lainnya seperti tanah, modal, dan kewirausahaan tidak dapat berfungsi optimal. Dalam konteks ini, tenaga kerja merujuk pada aktivitas manusia, baik secara fisik maupun intelektual, yang digunakan untuk menciptakan barang dan jasa. Sebagai imbalan atas kontribusi mereka dalam proses produksi, tenaga kerja memperoleh balas jasa berupa upah atau gaji. Untuk memahami lebih dalam tentang faktor produksi tenaga kerja, kita perlu menganalisis klasifikasi tenaga kerja berdasarkan sifat, kemampuan, dan peran dalam ekonomi.
1. Pembagian Tenaga Kerja Berdasarkan Sifatnya
Tenaga kerja dalam ekonomi dibagi berdasarkan sifatnya menjadi dua kategori: tenaga kerja jasmani dan tenaga kerja rohani. Kedua jenis tenaga kerja ini memainkan peran yang berbeda namun saling melengkapi dalam dunia kerja modern.
a. Tenaga Kerja Jasmani
Tenaga kerja jasmani merujuk pada tenaga kerja yang lebih banyak menggunakan kekuatan fisik atau jasmani dalam proses produksinya. Mereka terlibat dalam pekerjaan yang membutuhkan keterampilan fisik dan stamina yang tinggi. Beberapa contoh tenaga kerja jasmani termasuk buruh, kuli pelabuhan, buruh bangunan, dan pekerja di bidang konstruksi.
Peran tenaga kerja jasmani sangat penting dalam berbagai sektor, terutama di industri yang membutuhkan banyak tenaga fisik seperti pertanian, pertambangan, dan manufaktur. Pekerja di sektor-sektor ini biasanya terlibat dalam kegiatan yang berat, seperti mengangkat barang, mengoperasikan mesin berat, atau membangun infrastruktur.
Meskipun peran tenaga kerja jasmani mungkin tampak sederhana, mereka memainkan peran kunci dalam rantai produksi. Misalnya, tanpa buruh bangunan, proyek-proyek konstruksi tidak akan bisa berjalan. Begitu juga tanpa buruh pelabuhan, kegiatan ekspor-impor barang akan terhambat. Dengan demikian, tenaga kerja jasmani menjadi tulang punggung bagi banyak sektor yang sangat bergantung pada tenaga fisik untuk mencapai tujuan produksi.
Selain itu, tenaga kerja jasmani sering kali bekerja dalam kondisi yang menantang, dengan risiko cedera fisik yang tinggi. Oleh karena itu, perusahaan harus memastikan adanya perlindungan yang memadai bagi para pekerja jasmani, seperti asuransi kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan kerja yang aman.
b. Tenaga Kerja Rohani
Berbeda dengan tenaga kerja jasmani, tenaga kerja rohani lebih mengandalkan kemampuan intelektual dan pikiran dalam menjalankan tugasnya. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja rohani melibatkan analisis, perencanaan, dan pengambilan keputusan.
Beberapa contoh dari tenaga kerja rohani termasuk guru, dosen, dokter, direktur, dan menteri.
Tenaga kerja rohani memiliki peran strategis dalam pengelolaan dan pengembangan organisasi atau institusi. Mereka tidak hanya bertugas untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari, tetapi juga bertanggung jawab untuk mengarahkan jalannya perusahaan atau organisasi ke depan.
Dalam bidang pendidikan, misalnya, tenaga kerja rohani seperti guru dan dosen bertugas mendidik generasi muda agar memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan di masa depan.
Di sisi lain, dalam dunia korporasi, direktur dan manajer bertugas untuk membuat keputusan strategis yang memengaruhi seluruh organisasi. Keputusan ini dapat mencakup berbagai aspek seperti investasi, pengelolaan sumber daya, dan inovasi produk atau layanan.
Peran mereka sangat penting dalam menentukan arah perusahaan dan menciptakan nilai jangka panjang.
2. Pembagian Tenaga Kerja Berdasarkan Kemampuan
Selain pembagian berdasarkan sifat, tenaga kerja juga diklasifikasikan berdasarkan tingkat kemampuan dan pendidikan yang dimiliki. Dalam kategori ini, tenaga kerja dibagi menjadi tiga kelompok: tenaga kerja terdidik, terlatih, dan tidak terdidik serta tidak terlatih.
a. Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah mereka yang telah melalui pendidikan formal yang terstruktur dan teratur, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Tenaga kerja terdidik biasanya memiliki keterampilan intelektual yang tinggi dan mampu menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan analisis mendalam dan pemikiran kritis.
Contoh dari tenaga kerja terdidik termasuk insinyur, dokter, guru, akuntan, hakim, dan pengacara.
Tenaga kerja terdidik memainkan peran penting dalam sektor-sektor yang membutuhkan keahlian khusus, seperti teknologi, kedokteran, hukum, dan pendidikan.
Dalam bidang teknologi, misalnya, insinyur bertanggung jawab untuk merancang dan mengembangkan produk-produk inovatif yang dapat memajukan industri. Dalam bidang kedokteran, dokter memainkan peran krusial dalam menjaga kesehatan masyarakat melalui diagnosis dan perawatan penyakit.
Untuk menjadi tenaga kerja terdidik, seseorang perlu melalui pendidikan yang panjang dan intensif. Misalnya, seorang dokter harus menempuh pendidikan selama bertahun-tahun di fakultas kedokteran, dilanjutkan dengan pelatihan profesional di rumah sakit, sebelum akhirnya bisa berpraktik sebagai dokter.
Demikian pula, seorang pengacara harus menempuh pendidikan di fakultas hukum dan lulus ujian profesi untuk bisa bekerja di bidang hukum.
Perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja terdidik biasanya berinvestasi besar dalam pengembangan sumber daya manusia. Hal ini dilakukan melalui pelatihan berkelanjutan, program pengembangan profesional, dan pemberian insentif untuk menarik dan mempertahankan tenaga kerja terdidik yang berkualitas.
b. Tenaga Kerja Terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah mereka yang telah melalui serangkaian pelatihan dan pengalaman kerja yang intensif untuk menguasai keterampilan tertentu.
Tenaga kerja terlatih biasanya disiapkan melalui lembaga pelatihan khusus atau kursus profesional yang difokuskan pada pengembangan keterampilan teknis. Contoh dari tenaga kerja terlatih termasuk montir kendaraan, operator alat berat, juru masak, dan juru las.
Pelatihan yang diterima oleh tenaga kerja terlatih biasanya bersifat teknis dan praktis. Misalnya, seorang montir perlu memahami cara kerja mesin dan sistem kendaraan agar dapat melakukan perbaikan yang tepat. Demikian pula, seorang operator alat berat harus terlatih dalam mengoperasikan peralatan yang kompleks dan memastikan keselamatan dalam penggunaannya.
Tenaga kerja terlatih memainkan peran penting dalam sektor-sektor yang membutuhkan keahlian teknis, seperti manufaktur, transportasi, dan jasa. Di bidang manufaktur, misalnya, operator mesin berperan dalam menjaga kelancaran proses produksi dengan memastikan bahwa mesin-mesin beroperasi dengan efisien.
Dalam industri makanan, juru masak atau koki terlatih sangat dibutuhkan untuk menghasilkan hidangan berkualitas tinggi di restoran atau hotel.
Untuk mempertahankan daya saing, perusahaan perlu terus berinvestasi dalam pelatihan tenaga kerja terlatih. Ini bisa dilakukan melalui program pelatihan internal, magang, atau kolaborasi dengan lembaga pelatihan eksternal.
Dengan demikian, tenaga kerja terlatih dapat terus mengembangkan keterampilan mereka sesuai dengan kebutuhan industri yang terus berkembang.
c. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih
Kategori terakhir dalam pembagian tenaga kerja berdasarkan kemampuan adalah tenaga kerja yang tidak terdidik dan tidak terlatih. Tenaga kerja ini tidak memiliki pendidikan formal atau pelatihan khusus, dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis atau profesional. Contoh dari tenaga kerja ini termasuk kuli, tukang, dan pemulung.
Meskipun tenaga kerja ini tidak memiliki keterampilan khusus, mereka tetap memainkan peran penting dalam berbagai sektor, terutama di bidang pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja kasar. Misalnya, kuli bangunan diperlukan untuk membantu dalam proyek-proyek konstruksi besar, sementara pemulung berperan dalam proses daur ulang dan pengelolaan limbah.
Dalam banyak kasus, tenaga kerja yang tidak terdidik dan tidak terlatih cenderung bekerja di sektor informal, dengan tingkat upah yang lebih rendah dan perlindungan kerja yang minim. Namun, beberapa perusahaan mulai mengakui pentingnya memberikan pelatihan dasar kepada tenaga kerja ini untuk meningkatkan keterampilan dan produktivitas mereka.
Dalam jangka panjang, penting bagi pemerintah dan perusahaan untuk berinvestasi dalam pelatihan dan pendidikan bagi tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih. Dengan memberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan, mereka dapat mengembangkan keterampilan yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup mereka, sekaligus meningkatkan produktivitas dan daya saing perusahaan.
Cara Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan salah satu isu yang penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Masalah ketenagakerjaan, seperti tingginya tingkat pengangguran, rendahnya kualitas angkatan kerja, serta kurangnya kesejahteraan tenaga kerja, memerlukan perhatian khusus dari pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Beberapa langkah strategis bisa diterapkan untuk mengatasi masalah ini secara komprehensif, mulai dari memperluas kesempatan kerja hingga meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.
Artikel ini akan membahas beberapa langkah penting yang bisa diambil untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan dan memberikan solusi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas serta kesejahteraan angkatan kerja. Setiap langkah ini dijelaskan secara mendetail untuk memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana solusi tersebut dapat diimplementasikan.
1. Memperluas Kesempatan Kerja
Salah satu solusi utama dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan adalah memperluas kesempatan kerja. Perluasan kesempatan kerja berarti menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan, baik di sektor formal maupun informal. Hal ini bisa dilakukan melalui berbagai cara, seperti mendorong investasi, pengembangan sektor industri kreatif, serta mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM).
Mendorong investasi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, merupakan langkah penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru. Investasi yang masuk ke sektor-sektor produktif, seperti manufaktur, teknologi, dan pariwisata, dapat membuka ribuan hingga jutaan lapangan kerja baru.
Pemerintah harus menciptakan iklim investasi yang kondusif dengan memberikan insentif pajak, mempermudah perizinan, serta memastikan stabilitas politik dan keamanan.
Selain itu, sektor industri kreatif juga dapat menjadi penggerak utama dalam perluasan kesempatan kerja. Industri kreatif mencakup berbagai bidang seperti seni, desain, media, dan teknologi informasi, yang terus berkembang seiring dengan inovasi dan perkembangan teknologi.
Mendorong pertumbuhan industri ini melalui pelatihan dan dukungan finansial akan membantu menciptakan banyak peluang kerja baru, terutama bagi generasi muda.
Terakhir, pemerintah juga perlu mendukung perkembangan UKM sebagai tulang punggung perekonomian nasional. UKM tidak hanya menyerap banyak tenaga kerja, tetapi juga memiliki peran penting dalam menciptakan produk-produk lokal yang berdaya saing tinggi.
Melalui program pembiayaan, pelatihan, dan akses pasar, UKM dapat tumbuh dan berkembang, sehingga mampu menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.
2. Mengurangi Tingkat Pengangguran
Pengangguran adalah salah satu masalah terbesar dalam ketenagakerjaan. Tingkat pengangguran yang tinggi dapat berdampak negatif terhadap stabilitas sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, langkah-langkah strategis untuk mengurangi tingkat pengangguran sangat diperlukan.
Pengangguran bisa diatasi dengan berbagai pendekatan, seperti pelatihan keterampilan, pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar, serta pengembangan program-program penempatan kerja.
Pelatihan keterampilan menjadi salah satu kunci utama dalam mengurangi pengangguran. Banyaknya pengangguran sering kali disebabkan oleh ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh pencari kerja dengan kebutuhan pasar kerja.
Oleh karena itu, pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta harus bekerja sama untuk menyediakan program pelatihan yang tepat sasaran.
Pelatihan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan industri saat ini, seperti teknologi informasi, keterampilan digital, serta keterampilan di sektor-sektor seperti pariwisata, kesehatan, dan manufaktur.
Pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja juga sangat penting. Sistem pendidikan harus dirancang untuk membekali siswa dengan keterampilan yang sesuai dengan permintaan pasar kerja.
Hal ini mencakup perbaikan kurikulum pendidikan formal serta pengembangan program pendidikan vokasi yang lebih banyak mengedepankan aspek praktik daripada teori. Program magang dan kerja sama antara sekolah atau universitas dengan perusahaan juga dapat menjadi solusi untuk menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
Program penempatan kerja, baik di dalam maupun luar negeri, juga dapat membantu mengurangi pengangguran. Pemerintah perlu memperluas program penempatan tenaga kerja, baik melalui kerja sama dengan sektor swasta maupun negara-negara lain.
Program penempatan tenaga kerja ini tidak hanya membantu mengurangi pengangguran, tetapi juga dapat memberikan pengalaman dan keterampilan baru bagi tenaga kerja yang dapat digunakan saat mereka kembali ke tanah air.
3. Meningkatkan Kualitas Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja
Peningkatan kualitas angkatan kerja dan tenaga kerja merupakan langkah penting dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan. Kualitas angkatan kerja yang rendah sering kali menjadi penghambat bagi pertumbuhan ekonomi, karena perusahaan sulit menemukan tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan. Untuk itu, investasi dalam pendidikan, pelatihan, dan pengembangan keterampilan sangatlah penting.
Investasi dalam pendidikan formal, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, harus diprioritaskan. Pemerintah perlu memastikan bahwa sistem pendidikan dapat menciptakan lulusan yang siap kerja dan mampu bersaing di pasar global.
Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan industri yang terus berkembang, dan pendidikan vokasi atau kejuruan harus diperkuat untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap kerja dengan keterampilan teknis yang memadai.
Selain itu, pelatihan dan pengembangan keterampilan juga harus menjadi prioritas. Pelatihan ini tidak hanya diberikan kepada mereka yang baru memasuki dunia kerja, tetapi juga kepada pekerja yang sudah bekerja. Program pelatihan berkelanjutan dapat membantu tenaga kerja yang ada untuk terus mengembangkan keterampilan mereka sesuai dengan perubahan teknologi dan kebutuhan pasar.
Pengembangan keterampilan juga dapat dilakukan melalui kerja sama antara sektor swasta dan lembaga pendidikan. Misalnya, perusahaan dapat bekerja sama dengan universitas atau lembaga pelatihan untuk menyediakan program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Dengan demikian, lulusan yang dihasilkan akan memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja saat ini.
4. Meningkatkan Kesejahteraan Tenaga Kerja
Kesejahteraan tenaga kerja adalah salah satu faktor penting yang tidak boleh diabaikan dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan. Kesejahteraan tidak hanya berkaitan dengan upah yang layak, tetapi juga mencakup perlindungan sosial, lingkungan kerja yang aman, serta jaminan kesehatan dan pensiun.
Pemerintah dan perusahaan harus bekerja sama untuk memastikan bahwa tenaga kerja mendapatkan upah yang layak sesuai dengan standar kehidupan yang layak. Upah yang layak tidak hanya meningkatkan kesejahteraan pekerja, tetapi juga meningkatkan produktivitas mereka.
Dengan mendapatkan upah yang memadai, pekerja akan lebih termotivasi untuk bekerja dengan baik dan memberikan kontribusi maksimal bagi perusahaan.
Selain itu, jaminan sosial seperti asuransi kesehatan, jaminan pensiun, dan tunjangan lainnya juga penting untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. Tenaga kerja harus dilindungi dari risiko-risiko yang mungkin terjadi selama mereka bekerja, seperti kecelakaan kerja atau penyakit.
Program jaminan sosial ini tidak hanya membantu pekerja saat mereka mengalami kesulitan, tetapi juga memberikan rasa aman sehingga mereka dapat bekerja dengan lebih tenang dan fokus.
Lingkungan kerja yang aman dan sehat juga harus menjadi prioritas. Perusahaan harus memastikan bahwa tempat kerja mereka memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja.
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat pekerjaan dapat dihindari jika perusahaan memberikan perhatian yang cukup terhadap keselamatan pekerja.
Dengan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, perusahaan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan mengurangi tingkat absensi pekerja.
5. Menurunkan Jumlah Angkatan Kerja
Menurunkan jumlah angkatan kerja mungkin terdengar seperti solusi yang kontradiktif dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan. Namun, langkah ini sebenarnya berkaitan dengan upaya untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk produktif yang masuk ke pasar kerja setiap tahunnya.
Salah satu cara untuk menurunkan jumlah angkatan kerja adalah dengan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan memperbaiki perencanaan keluarga.
Program-program perencanaan keluarga dapat membantu menurunkan angka kelahiran dan mengurangi jumlah penduduk yang masuk ke angkatan kerja dalam jangka panjang.
Dengan demikian, pemerintah dapat mengurangi tekanan terhadap pasar kerja dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan yang berkualitas bagi tenaga kerja yang ada.
Selain itu, peningkatan kualitas pendidikan dan perpanjangan masa belajar juga dapat membantu menurunkan jumlah angkatan kerja yang memasuki pasar kerja. Dengan memperpanjang masa pendidikan, para calon tenaga kerja dapat lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja, sementara jumlah angkatan kerja yang tidak terlatih dapat dikurangi.
Upaya untuk menurunkan jumlah angkatan kerja ini harus diimbangi dengan peningkatan kualitas tenaga kerja yang ada, sehingga meskipun jumlah tenaga kerja yang masuk ke pasar berkurang, kualitas mereka meningkat. Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan tenaga kerja yang lebih berkualitas dan produktif, sementara tekanan terhadap pasar kerja dapat dikurangi.
Sistem Upah Indonesia
- Upah menurut Waktu adalah upah yang besarnya didasarkan pada lamanya bekerja (Per jam, per minggu, Per Bulan)
- Upah menurut Satuan Hasil adalah upah yang besarannya berdaskan jumlah barang yang dihasilkan oleh pekerja (per potong, Per barang, per berat)
- Upah Borongan adalah upah berdasarkan kesepakatan antara pemberi dan penerima pekerjaan
- Sistem Bonus adalah pembayaran tambahan di luar upah sebagai perangsang bagi pekerja agar bekerja lebih baik lagi
- Sistem Mitra Usaha adah pemberian upah dengan diwujudkan dalam bentuk saham perusahaan
Baca juga: 11 Jenis-Jenis Bonus yang Dapat Diterima Karyawan
Kelola Tenaga Kerja Makin Mudah dengan Mekari Talenta
Mekari Talenta adalah salah satu merk HRIS (human resources information system), yakni software (perangkat lunak) untuk manajemen sumber daya manusia. Aplikasi HRD biasanya bertujuan mengurangi beban kerja administrasi di bidang penggajian, perpajakan karyawan, absensi, dan performance appraisal.
Selain itu, Mekari Talenta juga menyediakan fitur mobile friendly yang disebut mobile employee-self service yang dapat memudahkan karyawan untuk mengakses Mekari Talenta melalui smartphone atau gadget masing-masing.
Fitur-fitur yang disediakan Mekari Talenta juga dilengkapi dengan detail-detail sehingga memudahkan karyawan dalam melakukan pekerjaan. Misalnya, pada fitur aplikasi KPI, komponen seperti bonus, tunjangan, pajak, insentif, dan lain-lain ditambahkan.
Dengan adanya fitur-fitur ini maka tentu saja pengelolaan sumber daya di dalam perusahaan jauh lebih baik dan lebih optimal.
Tunggu apa lagi? Coba Mekari Talenta sekarang juga dengan hubungi tim sales kami.