Kerja cerdas adalah pendekatan kerja yang mengutamakan efisiensi, efektivitas, dan pemanfaatan sumber daya secara optimal untuk mencapai hasil terbaik dengan usaha yang tidak harus berlebihan. Istilah ini sering dibandingkan dengan “kerja keras” yang lebih menekankan pada lamanya waktu bekerja dan intensitas tenaga.
Dengan kata lain, kerja cerdas berarti bekerja dengan strategi yang tepat, alat yang tepat, dan prioritas yang jelas, sehingga hasil yang dicapai lebih maksimal tanpa membuang waktu, energi, atau biaya secara sia-sia. Berikut ulasan dari Mekari Talenta.
Apa Itu Pengertian Kerja Cerdas?
Kerja cerdas adalah cara bekerja yang terencana, fokus pada hasil, dan berbasis pada pengambilan keputusan yang cerdas. Bukan berarti kerja keras tidak penting, tetapi kerja cerdas adalah penyeimbang antara usaha dan strategi.
Contoh: Alih-alih lembur setiap malam, seorang karyawan membuat sistem otomatisasi laporan mingguan sehingga waktu kerjanya jadi lebih efisien.
Ciri-Ciri Kerja Cerdas
Ciri Kerja Cerdas | Penjelasan |
---|---|
Berorientasi hasil (result-oriented) | Fokus pada output, bukan hanya aktivitas atau jam kerja |
Manajemen waktu yang baik | Mampu mengatur prioritas, menghindari multitasking yang tidak produktif |
Menggunakan teknologi atau alat bantu | Memanfaatkan software, aplikasi, atau otomatisasi untuk mempercepat pekerjaan |
Fleksibel dan adaptif | Cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan dan tantangan |
Pemecahan masalah yang efisien | Mencari solusi dengan cara yang kreatif dan logis |
Berpikir strategis | Tidak hanya menyelesaikan tugas, tetapi juga berpikir dampak jangka panjang |
Contoh Sederhana Kerja Cerdas dalam Dunia Kerja
- Menggunakan aplikasi task management seperti Trello atau Asana untuk mengelola proyek tim.
- Mengotomatisasi pekerjaan rutin seperti pembuatan laporan atau follow-up email.
- Menghindari rapat yang tidak produktif, dan menggantinya dengan ringkasan via email.
- Membuat prioritas kerja harian menggunakan metode Eisenhower Matrix (penting vs mendesak).
- Mengelola energi, bukan hanya waktu – tahu kapan tubuh dan pikiran dalam kondisi optimal untuk tugas-tugas penting.
Perbedaan Mendasar antara Bekerja Keras dan Bekerja Cerdas
Konsep bekerja keras dan bekerja cerdas merupakan dua pendekatan yang sangat berbeda dalam menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan profesional. Meskipun kedua istilah ini sering kali digunakan secara bergantian, namun masing-masing memiliki karakteristik dan dampak yang berbeda dalam dunia kerja.
Bekerja keras menggambarkan seseorang yang menginvestasikan waktu, tenaga, dan fokus secara intensif pada suatu pekerjaan. Biasanya, individu yang mengandalkan kerja keras akan menyelesaikan tugas dengan penuh dedikasi dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk memastikan semua pekerjaan tuntas.
Sebaliknya, bekerja cerdas mengandalkan strategi, efisiensi, dan optimalisasi. Seorang pekerja cerdas akan mencari cara paling efektif untuk menyelesaikan tugas dengan hasil terbaik, namun dengan beban kerja yang lebih ringan atau waktu yang lebih efisien. Pendekatan ini tidak selalu membutuhkan tenaga ekstra, melainkan kemampuan berpikir kritis dan analitis yang tinggi.
Perbedaan ini bukan hanya persoalan metode kerja, tetapi juga cara berpikir dan memaknai produktivitas. Seorang pekerja keras mungkin melihat produktivitas dari kuantitas output, sementara pekerja cerdas lebih berfokus pada kualitas dan hasil akhir yang berdampak signifikan.
Pemahaman akan kedua konsep ini sangat penting untuk membantu perusahaan atau individu menentukan pendekatan kerja yang paling sesuai dengan tujuan dan kebutuhan mereka.
Ciri-Ciri Umum Pekerja Keras
Pekerja keras identik dengan dedikasi tinggi dan etos kerja yang luar biasa. Mereka bersedia mengorbankan waktu pribadi demi menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan. Karakteristik utama dari tipe pekerja ini antara lain:
- Fokus pada volume kerja: Pekerja keras cenderung menyelesaikan banyak tugas dalam satu waktu. Mereka melihat penyelesaian tugas sebanyak mungkin sebagai bentuk keberhasilan.
- Jam kerja panjang: Mereka rela bekerja di luar jam kantor, bahkan hingga larut malam, demi menyelesaikan pekerjaan.
- Ketekunan tinggi: Ketika dihadapkan pada tantangan, pekerja keras akan bertahan dan mencoba menyelesaikannya tanpa mudah menyerah.
- Motivasi intrinsik: Mereka bekerja dengan motivasi pribadi yang kuat, entah itu untuk pencapaian, tanggung jawab, atau ambisi pribadi.
- Sikap loyal terhadap perusahaan: Mereka memiliki tingkat komitmen tinggi dan siap memberikan tenaga serta waktu ekstra demi kemajuan organisasi.
Namun demikian, bekerja keras tanpa strategi bisa menimbulkan kelelahan fisik dan mental. Selain itu, output yang tinggi dari segi kuantitas belum tentu diimbangi dengan kualitas yang sepadan.
Karakteristik Pekerja Cerdas
Pekerja cerdas lebih menekankan pada pendekatan strategis dalam bekerja. Mereka bukan hanya menyelesaikan pekerjaan, tetapi juga mencari cara paling efisien untuk mencapai hasil maksimal. Karakteristik pekerja cerdas antara lain:
- Efisiensi dalam penggunaan waktu: Mereka mampu menyelesaikan pekerjaan lebih cepat tanpa mengorbankan kualitas.
- Pemanfaatan teknologi dan alat bantu kerja: Pekerja cerdas memanfaatkan aplikasi, perangkat lunak, dan metode otomatisasi untuk menyederhanakan proses.
- Kreativitas dan inovasi: Mereka senang mencoba pendekatan baru dan terus mengevaluasi proses kerja untuk mencari metode terbaik.
- Pengambilan keputusan berdasarkan data: Setiap langkah yang diambil biasanya berdasarkan informasi yang terukur dan teruji.
- Manajemen waktu yang baik: Mereka mengetahui kapan harus bekerja dan kapan harus beristirahat untuk menjaga stamina jangka panjang.
Pekerja cerdas cenderung memiliki kehidupan kerja yang lebih seimbang (work-life balance), serta kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan tantangan kerja baru.
Kerja Cerdas vs Kerja Keras
Aspek | Kerja Keras | Kerja Cerdas |
---|---|---|
Fokus | Usaha maksimal | Strategi optimal |
Durasi | Lama dan intens | Efisien dan terukur |
Alat bantu | Manual | Menggunakan teknologi |
Hasil | Tidak selalu maksimal | Lebih terarah dan terukur |
Risiko kelelahan | Tinggi | Lebih rendah |
Efektivitas dan Produktivitas: Siapa yang Lebih Unggul?
Jika diukur dari segi efektivitas dan efisiensi, pendekatan kerja cerdas sering kali memberikan hasil lebih unggul. Meskipun volume output dari pekerja keras mungkin lebih besar, pekerja cerdas dapat menghasilkan output yang lebih berkualitas dengan waktu yang lebih singkat.
Dalam era modern, terutama di perusahaan berbasis teknologi dan inovasi, karyawan yang mampu bekerja cerdas sering kali lebih diutamakan. Mereka dapat beradaptasi dengan cepat, memanfaatkan digital tools, dan mendukung efisiensi organisasi secara keseluruhan.
Namun demikian, penting juga untuk memahami bahwa tidak semua jenis pekerjaan dapat sepenuhnya didelegasikan kepada strategi kerja cerdas. Pada jenis pekerjaan lapangan, produksi, atau operasional manual, kerja keras tetap memegang peranan penting.
Dampak Jangka Panjang terhadap Kesehatan dan Karier
Kerja keras yang dilakukan secara terus-menerus tanpa manajemen stres yang baik dapat menyebabkan kelelahan fisik, gangguan tidur, bahkan burnout. Hal ini bisa berdampak pada penurunan performa dan berisiko memicu masalah kesehatan serius.
Sebaliknya, pekerja cerdas lebih mampu mengatur ritme kerja dan istirahat, sehingga keseimbangan hidup lebih terjaga. Hal ini berdampak positif terhadap karier jangka panjang karena mereka dapat bekerja secara konsisten tanpa mengalami penurunan performa drastis.
Namun bukan berarti pekerja keras tidak bisa berkembang. Jika mereka mampu menggabungkan etos kerja tinggi dengan strategi kerja yang efisien, maka hasil yang dicapai bisa jauh lebih optimal.
Apa Alasan Kita Harus Harus Menerapkan Kerja Cerdas?
Setelah membaca uraian di atas, pasti terlintas di pikiran seberapa efektifnya kerja cerdas adalah jika dibandingkan dengan bekerja dengan keras. Dari sini banyak hikmah yang dapat diambil untuk memutuskan menggunakan prinsip bekerja dengan keras atau bekerja dengan cerdas.
Jika disuruh untuk memilih, pasti banyak yang memilih menerapkan kerja cerdas adalah karena dari segi efisiensi waktu dan tenaga jauh lebih sedikit. Kerja cerdas adalah bisa juga diterapkan jika Anda bekerja di lingkungan yang banyak dilakukan perubahan dan tidak mengerjakan pekerjaan yang monoton.
Banyak pekerjaan yang hanya akan membuat stres karena beban pekerjaannya yang terlalu berat. Seringkali banyak pekerja yang tidak mengambil masa istirahat dan memilih melanjutkan pekerjaannya sehingga mengakibatkan sesuatu yang buruk untuk kesehatan pekerja itu sendiri.
Banyak juga yang mengambil waktu lembur untuk mengerjakan tugas yang menumpuk padahal melakukan lembur malah bisa menjadi masalah bagi pekerja itu sendiri. Masalah seperti ini yang masih belum bisa diatasi oleh para pekerja. Idealnya pekerja bekerja dalam rentang waktu bekerja maksimal 50 jam di setiap minggunya.
Jika pekerja tersebut melakukan pekerjaan lebih dari 55 jam per minggu, maka akan terjadi penurunan produktivitas yang akan berdampak buruk bagi hasil akhir dari pekerjaan yang dilakukannya. Maka dari itu Anda harus berpikir ulang sebelum memutuskan untuk lembur, dan lembur bukan jalan keluar untuk menyelesaikan tugas yang anda miliki.
Makanya ini salah satu alasan mengapa kerja cerdas sangat dibutuhkan dan perlu dipelajari. Dengan bekerja dengan cerdas semua tugas akan selesai dan Andatidak terlalu stress dalam mengerjakan semua tugas yang ada. Di samping itu Andajuga masih bisa bersantai dan istirahat dengan cukup.
10 Cara Efisien Melakukan Kerja Cerdas
Kerja cerdas bukan sekadar menyelesaikan tugas dengan hasil akhir yang baik, tetapi juga menyangkut proses efisien yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam dunia kerja modern yang menuntut efektivitas dan efisiensi, pendekatan kerja cerdas menjadi strategi penting agar tenaga, waktu, dan sumber daya dapat dimaksimalkan secara optimal. Berikut adalah sejumlah cara sistematis yang dapat diterapkan untuk menjalankan kerja cerdas dalam rutinitas profesional Anda.
1. Tetap Fokus dan Hindari Multitasking
Fokus adalah fondasi utama dari kerja cerdas. Di era serba cepat, godaan untuk melakukan banyak hal sekaligus (multitasking) seringkali muncul sebagai ilusi produktivitas. Padahal, berbagai studi telah membuktikan bahwa multitasking justru menurunkan kualitas pekerjaan dan memperlambat penyelesaian tugas. Otak manusia pada dasarnya hanya mampu fokus pada satu hal dalam satu waktu secara optimal.
Dalam kerja cerdas, prioritas utama adalah menyelesaikan satu tugas dengan kualitas terbaik sebelum beralih ke tugas berikutnya. Strategi ini dikenal dengan pendekatan “single-tasking”, yang terbukti lebih efektif dalam meningkatkan fokus, mengurangi kesalahan, dan mempercepat waktu penyelesaian kerja. Hindari gangguan seperti membuka banyak tab di komputer, memeriksa ponsel saat bekerja, atau sering berpindah tugas. Ciptakan lingkungan kerja yang minim distraksi, seperti mematikan notifikasi sementara dan menetapkan jam kerja tanpa gangguan (deep work session).
Menjaga fokus bukan hanya meningkatkan hasil kerja, tetapi juga mengurangi kelelahan mental. Energi yang digunakan untuk kembali fokus setelah terdistraksi dikenal dengan istilah “switching cost”, dan ini dapat dihindari dengan membangun kebiasaan kerja yang lebih disiplin dan terorganisir.
2. Membuat Skala Prioritas
Membuat skala prioritas adalah salah satu prinsip dasar dalam manajemen waktu yang efisien. Setiap individu memiliki keterbatasan dalam kapasitas dan waktu kerja harian, sehingga tidak semua tugas bisa diselesaikan dalam waktu bersamaan. Oleh sebab itu, menyusun daftar prioritas menjadi hal krusial dalam kerja cerdas.
Gunakan metode Eisenhower Matrix atau teknik ABCDE untuk mengklasifikasikan tugas berdasarkan urgensi dan tingkat pentingnya. Tugas A adalah yang paling kritis dan berdampak tinggi terhadap pencapaian tujuan. Tugas B penting tetapi tidak mendesak, sementara C adalah tugas tambahan yang boleh ditunda. Tugas D bisa didelegasikan, dan E dapat dieliminasi jika tidak memberikan nilai tambah.
Dengan skala prioritas yang tepat, Anda tidak hanya menghindari penumpukan pekerjaan, tetapi juga mampu menjaga fokus pada hal-hal strategis yang berdampak jangka panjang terhadap kinerja dan pencapaian profesional. Skala ini perlu ditinjau ulang secara rutin, terutama ketika ada perubahan dinamika proyek atau deadline mendadak.
3. Menentukan Deadline
Deadline bukan sekadar batas waktu penyelesaian tugas, melainkan alat manajemen diri yang membantu mengarahkan energi dan perhatian secara maksimal. Menentukan tenggat waktu yang realistis dan terukur adalah bagian dari kerja cerdas karena memungkinkan Anda mengelola ekspektasi, memperkirakan durasi, dan menghindari kerja lembur yang tidak perlu.
Dalam menentukan deadline, penting untuk mempertimbangkan waktu produktif pribadi. Misalnya, jika Anda lebih fokus di pagi hari, maka alokasikan pekerjaan utama di jam tersebut. Gunakan teknik time blocking atau Pomodoro Technique untuk mengatur waktu kerja dan waktu istirahat secara bergantian, sehingga otak tetap segar dan produktif sepanjang hari.
Selain itu, tetapkan deadline internal lebih awal dari deadline utama untuk memberi ruang antisipasi terhadap kemungkinan hambatan. Ini menciptakan buffer waktu untuk revisi atau koreksi, yang akan meningkatkan kualitas akhir pekerjaan Anda.
4. Perbaiki Manajemen Waktu
Kemampuan mengatur waktu adalah inti dari produktivitas kerja cerdas. Tanpa manajemen waktu yang baik, pekerjaan akan menumpuk dan menimbulkan stres yang berlebihan. Perbaikan manajemen waktu dimulai dari perencanaan harian yang realistis. Buat jadwal mingguan dan daftar tugas harian yang selaras dengan prioritas utama.
Gunakan aplikasi digital seperti Google Calendar, Trello, atau Notion untuk mengatur agenda dan tenggat waktu. Lakukan review setiap akhir pekan untuk menilai pencapaian, hambatan, dan perbaikan yang bisa diterapkan untuk minggu berikutnya.
Efisiensi waktu juga dapat ditingkatkan dengan menerapkan prinsip 80/20 (Pareto Principle), di mana 80% hasil biasanya berasal dari 20% aktivitas paling penting. Identifikasi aktivitas inti yang paling produktif, dan kurangi waktu untuk aktivitas tidak bernilai tambah seperti terlalu lama mengecek email atau media sosial.
5. Hindari Aktivitas Tidak Penting dan Menunda Pekerjaan
Menunda pekerjaan (prokrastinasi) adalah musuh terbesar dari kerja cerdas. Sering kali kita menunda tugas penting karena merasa tidak siap, takut gagal, atau tergoda oleh aktivitas yang lebih menyenangkan. Hal ini menyebabkan pekerjaan menumpuk dan memengaruhi kualitas hasil kerja.
Solusinya adalah dengan memulai dari tugas kecil (quick win) untuk membangun momentum kerja. Terapkan teknik “2-minute rule” dari David Allen: jika pekerjaan bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari dua menit, kerjakan segera. Untuk tugas besar, bagi menjadi sub-tugas kecil agar lebih mudah dikelola dan tidak terasa memberatkan.
Aktivitas yang tidak penting juga perlu disaring. Gunakan prinsip “essentialism” untuk memilih aktivitas mana yang benar-benar mendukung tujuan Anda. Belajar berkata “tidak” terhadap ajakan rapat yang tidak relevan, proyek tambahan yang di luar kapasitas, atau pekerjaan yang dapat didelegasikan adalah kunci untuk menjaga fokus.
6. Melakukan Follow Up ke Tim Kerja
Dalam praktik kerja cerdas, kemampuan untuk melakukan tindak lanjut atau follow up terhadap progres tim merupakan aspek penting yang sering kali diabaikan. Padahal, tanpa pengawasan dan komunikasi yang berkesinambungan, kolaborasi kerja bisa terhambat dan menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek.
Follow up adalah proses sistematis untuk memastikan bahwa anggota tim memahami tanggung jawabnya, mengetahui target waktu, serta menyampaikan status terkini pekerjaan mereka. Follow up bukan hanya soal mengawasi, tetapi juga membangun rasa tanggung jawab kolektif dan menghilangkan potensi miskomunikasi.
Pentingnya follow up juga terletak pada penguatan sinergi antartim. Ketika komunikasi aktif dilakukan, tim bisa lebih cepat merespons perubahan, menyesuaikan strategi, dan mendistribusikan kembali beban kerja jika diperlukan. Anda dapat memanfaatkan berbagai tools seperti Slack, Microsoft Teams, atau Google Workspace untuk mempermudah kolaborasi virtual dan menyimpan log aktivitas tim secara terstruktur.
Agar lebih efektif, jadwalkan sesi evaluasi mingguan atau harian secara singkat (stand-up meeting) untuk mengulas capaian, hambatan, dan kebutuhan bantuan. Buat dokumentasi hasil follow up agar tidak ada komitmen atau informasi yang terlewat. Dengan kebiasaan ini, seluruh anggota tim akan merasa lebih terlibat, dihargai, dan diberdayakan.
7. Bekerja Sama dengan Orang yang Lebih Paham
Kerja cerdas juga berarti menyadari bahwa Anda tidak harus selalu mengerjakan segalanya sendiri. Dalam banyak situasi, melibatkan orang lain yang lebih ahli atau memiliki pengalaman lebih dalam bidang tertentu adalah langkah bijak untuk mempercepat proses dan meningkatkan kualitas hasil kerja.
Misalnya, jika Anda bekerja di bidang pemasaran digital dan memerlukan desain grafis untuk kampanye, alih-alih belajar mendesain dari nol, akan jauh lebih efisien jika Anda berkolaborasi dengan desainer profesional. Dengan cara ini, Anda bisa memusatkan energi pada area kompetensi utama Anda.
Kerja sama lintas keahlian ini juga membuka peluang untuk belajar langsung dari praktik terbaik yang diterapkan oleh rekan atau konsultan. Selain mempercepat penyelesaian proyek, Anda juga mendapatkan peningkatan kapabilitas secara tidak langsung. Bahkan dalam perusahaan besar, prinsip “hire the best people” menjadi landasan penting untuk membentuk tim yang berisi kombinasi talenta andal dari berbagai latar belakang.
Namun demikian, penting untuk membangun komunikasi yang jelas dalam kerja sama ini. Tetapkan ekspektasi dari awal, bagi tugas dengan rinci, dan tentukan target waktu secara bersama. Prinsip dasar kerja tim adalah kejelasan dan saling menghormati kapasitas masing-masing. Kerja cerdas bukan sekadar efisiensi waktu, tetapi juga strategi kolaborasi yang tepat.
8. Kemampuan Berkomunikasi dengan Sesama Dapat Meningkat
Salah satu kompetensi utama dalam kerja cerdas adalah komunikasi interpersonal yang efektif. Baik dalam konteks kerja tim maupun interaksi lintas departemen, kemampuan untuk menyampaikan gagasan secara jelas, mendengar dengan aktif, serta memberikan umpan balik yang membangun menjadi keterampilan yang sangat bernilai.
Kerja cerdas tidak hanya menekankan pada efektivitas hasil, tetapi juga pada efisiensi proses komunikasi. Artinya, penyampaian pesan harus dilakukan dengan bahasa yang lugas, terstruktur, dan berorientasi pada solusi. Komunikasi yang baik dapat mempersingkat waktu diskusi, mempercepat pengambilan keputusan, dan meminimalkan konflik internal.
Dalam konteks rapat atau forum diskusi, orang yang terbiasa dengan kerja cerdas akan memanfaatkan waktu seoptimal mungkin. Mereka datang dengan agenda yang telah dipersiapkan, mampu mengarahkan pembahasan, dan menyampaikan pendapat dengan ringkas namun tepat sasaran. Selain itu, mereka juga terbuka terhadap masukan dan mampu merespons kritik secara profesional.
Kemampuan komunikasi ini juga mencakup empati dan kecerdasan emosional. Dengan memahami perspektif lawan bicara, Anda dapat membangun hubungan kerja yang lebih harmonis. Hal ini penting untuk menjaga produktivitas jangka panjang dan membentuk lingkungan kerja yang suportif.
9. Istirahat yang Cukup
Salah satu kesalahan umum dalam mengejar produktivitas adalah mengabaikan pentingnya istirahat. Padahal, dalam kerja cerdas, istirahat bukanlah bentuk kemalasan, melainkan strategi pemulihan yang berdampak langsung pada ketahanan mental dan kualitas kinerja.
Otak manusia bekerja secara optimal dalam interval tertentu. Terlalu lama memaksakan diri bekerja tanpa jeda hanya akan menurunkan konsentrasi, meningkatkan kesalahan, serta memicu stres dan kelelahan. Oleh karena itu, jadwal istirahat perlu dimasukkan secara eksplisit dalam perencanaan kerja harian.
Metode seperti Pomodoro Technique menyarankan siklus kerja 25 menit yang diikuti oleh istirahat 5 menit. Setelah empat siklus, jeda lebih panjang sekitar 15–30 menit dapat diberikan. Teknik ini membantu otak tetap segar dan siap untuk kembali bekerja tanpa kehilangan produktivitas.
Selain itu, istirahat juga memberi ruang untuk refleksi. Banyak ide cemerlang justru muncul ketika seseorang mengambil jarak dari pekerjaan. Jalan kaki ringan, mendengarkan musik, atau sekadar berdiam sejenak dapat mengembalikan semangat kerja dan mempercepat proses pemecahan masalah.
Kerja cerdas menempatkan keseimbangan sebagai kunci. Dengan istirahat yang cukup, Anda tidak hanya bekerja lebih efektif, tetapi juga menjaga kesehatan fisik dan mental dalam jangka panjang.
10. Tetap Fleksibel
Fleksibilitas adalah elemen kunci dalam kerja cerdas. Dalam dunia yang terus berubah, kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap dinamika situasi menjadi keunggulan yang sangat penting. Jadwal kerja, target, atau metode kerja dapat mengalami perubahan sewaktu-waktu karena faktor internal maupun eksternal.
Seseorang yang fleksibel mampu menanggapi perubahan tanpa kehilangan arah. Misalnya, ketika prioritas proyek bergeser, ia segera menyesuaikan to-do list dan alokasi waktu dengan cepat. Fleksibilitas juga berarti bersedia mengadopsi teknologi baru, menyesuaikan metode kerja berdasarkan feedback, serta belajar dari kegagalan.
Kerja cerdas bukan berarti kaku pada rencana awal. Justru, fleksibilitas memberi ruang untuk improvisasi, inovasi, dan pengambilan keputusan yang lebih cepat saat dibutuhkan. Dengan cara ini, Anda tidak hanya menyelesaikan pekerjaan, tetapi juga mengembangkan mentalitas adaptif yang sangat dibutuhkan dalam karier jangka panjang.
Aplikasi HRIS Mekari Talenta yang Bisa Membantu Perusahaan untuk Kerja Cerdas
Mekari Talenta adalah salah satu merk HRIS (human resources information system), yakni software (perangkat lunak) untuk manajemen sumber daya manusia. Software HRIS biasanya bertujuan mengurangi beban kerja administrasi di bidang penggajian, perpajakan karyawan, absensi, dan performance appraisal.
Dengan dilengkapi aplikasi KPI, HR bisa melakukan update secara berkala pada setiap tugas yang telah diberikan terhadap karyawan dan memonitor perkembangan prosesnya dengan lebih mudah hanya dalam satu dashboard Mekari Talenta saja. Kunjungi link berikut https://www.talenta.co/fitur/aplikasi-penilaian-kinerja-karyawan/manajemen-kpi/ untuk lebih lengkapnya.
Selain itu, Mekari Talenta juga menyediakan fitur mobile friendly yang disebut mobile employee-self service yang dapat memudahkan karyawan untuk mengakses Mekari Talenta melalui smartphone atau gadget masing-masing. Fitur-fitur yang disediakan Mekari Talenta juga dilengkapi dengan detail-detail sehingga memudahkan karyawan dalam melakukan pekerjaan. Misalnya, pada fitur payroll, komponen seperti bonus, tunjangan, pajak, insentif, dan lain-lain ditambahkan. Dengan demikian perhitungan akan menjadi lebih efisien dan efektif.