Teknologi AI atau kecerdasan buatan semakin berkembang. Popularitasnya kini semakin dimanfaatkan oleh para pebisnis di berbagai bidang untuk meningkatkan performa pekerjaan di beberapa aspek. Namun apakah penggunaan AI ini memiliki bahaya atau risiko tersendiri?
Melalui artikel ini, Mekari Talenta akan membahas secara tuntas mengenai risiko dan juga bahaya dari AI yang perlu Anda ketahui. Simak penjelasan lengkapnya.
Apa Itu Artificial Intelligence (AI)?
AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan mengacu pada penggunaan teknologi komputer untuk menciptakan sistem yang dapat melakukan tugas-tugas yang membutuhkan kecerdasan manusia.
Dalam konteks bisnis, AI digunakan untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengoptimalkan pengambilan keputusan, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan juga untuk mendorong inovasi.
Pendekatan-pendekatan ini memberikan peluang bagi bisnis untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan pengalaman pelanggan.
Dengan menerapkan teknologi AI secara tepat, bisnis dapat memanfaatkan potensi besar dari data dan teknologi untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam pasar yang semakin kompetitif.
Manfaat dan Potensi AI dalam Meningkatkan Efisiensi
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa AI memiliki beragam manfaat untuk meningkatkan efisiensi serta produktivitas dalam berbagai hal.
Dalam konteks bisnis, pendekatan AI memiliki berbagai manfaat. Di antaranya adalah sebagai berikut.
- Merencanakan strategi dengan lebih matang
- Data yang berkualitas serta representatif
- Otomasi prosedur, membuat tugas-tugas yang sifatnya rutin dan memakan waktu jadi lebih cepat
- Memberikan rekomendasi terpersonalisasi menyesuaikan kebutuhan individu maupun tim
- Pemanfaatan asisten virtual untuk proses layanan konsumen yang lebih baik
- Pengenalan suara dan gambar
Risiko dan Bahaya AI
Meskipun AI memiliki banyak manfaat dan potensi positif dalam konteks bisnis, penggunaannya juga dapat melibatkan beberapa risiko dan bahaya.
Untuk itu, Anda perlu mengidentifikasi beberapa risiko yang bisa muncul ketika Anda mulai memanfaatkan AI untuk keperluan bisnis. Berikut adalah beberapa di antaranya.
Baca juga: Manfaat Chat GPT untuk Permudah Pekerjaan HR
Risiko Keamanan dan Privasi Data
Penggunaan AI melibatkan pengumpulan, penyimpanan, dan pengolahan data yang besar. Ini meningkatkan risiko keamanan data, seperti pelanggaran data, pencurian informasi sensitif, atau penyalahgunaan data oleh pihak yang tidak berwenang.
Selain itu, pemanfaatan AI juga menimbulkan pertanyaan etika dan bahaya privasi. Misalnya, penggunaan AI dalam pengumpulan data konsumen atau pemantauan karyawan dapat menimbulkan masalah privasi yang sensitif.
Oleh karena itu, perusahaan perlu mengambil tindakan yang tepat untuk menjaga keamanan data dan melindungi informasi pelanggan serta mempertimbangkan implikasi etika dan mematuhi peraturan dan pemberitahuan privasi yang berlaku.
Bahaya dari Kegagalan AI yang Bisa Menyebabkan Kerugian Finansial atau Reputasi
Bahaya penggunaan AI yang tidak tepat dapat menyebabkan kerugian, baik itu secara finansial maupun reputasi.
Misalnya, jika penggunaan AI dalam pengambilan keputusan tidak dapat dijelaskan atau keputusan yang tidak masuk akal diambil, mungkin akan ada pelanggan yang merasa tidak nyaman dan kehilangan kepercayaan pada bisnis tersebut.
Akibatnya, Anda bisa kehilangan pelanggan sekaligus nama baik Anda karena bisa jadi pelanggan tersebut akan berbicara buruk mengenai keputusan yang Anda ambil untuk mereka.
Oleh karena itu, penting untuk menjaga transparansi dan menjelaskan bagaimana AI digunakan dalam konteks bisnis.
Bahaya Penggantian Pekerja Manusia oleh AI
Ilustrasi AI yang menggantikan pekerjaan manusia
Kemajuan AI dapat menggantikan pekerjaan manusia dalam beberapa kasus. Hal ini dapat menyebabkan pengangguran atau ketimpangan sosial-ekonomi jika tidak ada rencana untuk mengatasi dampak tersebut.
Misalnya, Bill Gates pernah mengatakan bahwa AI dapat mengajarkan anak-anak untuk membaca dan juga menulis. Ini tentu akan mengancam profesi guru.
“AI akan mencapai kemampuan itu, untuk menjadi tutor sebaik yang bisa dilakukan manusia mana pun,” kata Gates.
Karenanya, penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan dampak sosial dan membuat strategi transisi untuk pekerja yang terkena dampak perubahan tersebut.
Bahaya Pengambilan Keputusan AI yang Tidak Akurat
Meskipun AI mampu melakukan tugas-tugas yang kompleks, tetap ada risiko kesalahan dan ketidakakuratan.
Sistem AI bisa salah mengenali, membuat prediksi yang tidak akurat, atau memberikan rekomendasi yang tidak tepat.
Selain itu, AI juga dapat mencerminkan bias dan diskriminasi yang ada dalam data latihannya. Jika data yang digunakan untuk melatih sistem AI tidak representatif atau memiliki bias tertentu, hal ini dapat menghasilkan keputusan yang tidak adil atau diskriminatif.
Perusahaan harus berhati-hati dalam memeriksa dan memperbaiki bias dalam data latihan untuk memastikan penggunaan AI yang adil dan etis.
Untuk itu, perusahaan harus menguji sistem AI secara menyeluruh dan juga mencari validitas dari data-data yang tersaji untuk meminimalkan risiko kesalahan yang mungkin terjadi
Penting untuk diingat bahwa risiko dan bahaya ini dapat diatasi dengan kebijakan, regulasi, dan praktik yang tepat.
Perusahaan harus mempertimbangkan dampaknya secara menyeluruh dan bertanggung jawab dalam penggunaan AI untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaatnya.
Baca juga: Core Competency: Definisi, Jenis, serta Manfaatnya
Strategi Pengelolaan Risiko Bahaya AI
Untuk membantu bisnis atau perusahaan terhindar dari risiko dan bahaya penggunaan AI, berikut adalah beberapa strategi yang dapat diadopsi.
Perencanaan yang Matang
Lakukan perencanaan yang matang sebelum mengadopsi AI. Identifikasi tujuan bisnis yang jelas, tetapkan sasaran yang terukur, dan pahami bagaimana AI dapat mendukung pencapaian tujuan tersebut.
Rencanakan dengan matang penggunaan AI dalam berbagai aspek bisnis, termasuk operasional, pengambilan keputusan, dan pengalaman pelanggan.
Data yang Berkualitas dan Representatif
Pastikan data yang digunakan untuk melatih sistem AI berkualitas dan representatif. Hindari data yang bias atau tidak mewakili populasi yang relevan.
Lakukan pembersihan dan normalisasi data dengan cermat untuk mengurangi risiko bias dalam hasil AI. Perhatikan juga privasi dan kepatuhan data yang relevan.
Pengujian dan Validasi yang Teliti
Lakukan pengujian dan validasi yang menyeluruh terhadap sistem AI sebelum mengimplementasikannya sepenuhnya. Uji keandalan, akurasi, dan kinerja sistem dalam skenario yang berbeda. Pastikan sistem AI dapat menghasilkan keputusan yang konsisten, akurat, dan dapat diandalkan.
Penilaian Risiko dan Identifikasi Potensi Ancaman
Lindungi sistem AI dan data yang terkait dengan mengimplementasikan kebijakan keamanan yang kuat.
Lindungi sistem AI dari serangan dan kerentanan. Kontrol akses terhadap sistem dan data AI untuk meminimalkan risiko penyalahgunaan atau pencurian informasi.
Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Bahaya AI
Jadikan transparansi sebagai prinsip utama dalam penggunaan AI. Pastikan sistem AI dapat dijelaskan dan dipahami oleh orang-orang yang terlibat.
Terapkan mekanisme pengawasan dan pemantauan yang memungkinkan identifikasi kesalahan, diskriminasi, atau keputusan yang tidak masuk akal. Berikan kontrol dan kemampuan intervensi manusia pada tahap yang kritis.
Kepatuhan Hukum dan Etika
Pastikan penggunaan AI mematuhi hukum, peraturan, dan standar etika yang berlaku. Perhatikan privasi data, perlindungan konsumen, dan kebijakan kerahasiaan. Juga, pertimbangkan dampak sosial dan moral dari bahaya AI dalam konteks bisnis.
Pelatihan Karyawan untuk Menggunakan AI yang Benar dan Etis
Berinvestasi dalam pelatihan karyawan untuk memahami dan menggunakan AI dengan benar. Kembangkan keterampilan yang diperlukan untuk memahami dan mengelola sistem AI.
Pastikan staf terampil yang dapat memonitor, mengelola, dan memahami output AI serta mengatasi masalah yang muncul.
Monitoring dan Evaluasi
Terus pantau kinerja sistem AI dan dampaknya terhadap bisnis. Lakukan evaluasi rutin untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah atau risiko yang muncul. Tinjau dan perbaiki sistem AI sesuai dengan umpan balik dan pengalaman pengguna.
Dengan mengadopsi strategi ini, bisnis atau perusahaan dapat mengurangi risiko dan bahaya yang terkait dengan penggunaan AI, sambil memaksimalkan manfaat dan potensi yang ditawarkan oleh teknologi ini.
Contoh Kasus dan Pembelajaran
Sejak kepopulerannya, contoh kasus dari bahaya AI sudah ada beberapa yang terjadi di dunia nyata.
Di antaranya adalah lapangan pekerjaan yang mulai tergantikan oleh proses otomasi AI.
Berdasarkan penelitian dari Brooking Institution di tahun 2019 sebagaimana dikutip dari laman Fortune Indonesia, terdapat 36 juta orang yang kehilangan pekerjaan karena tergantikan oleh AI.
Ditambah, 70 jenis pekerjaan sudah mulai digantikan AI mulai dari analisis pasar, proses penjualan, hingga pekerjaan di gudang.
John C. Havens, penulis buku Artificial Intelligence: Embrace Humanity and Maximizing Machines, berpendapat meski AI bisa menciptakan lapangan kerja baru, tetapi beberapa jenis pekerjaan juga bisa dihilangkan.
Selain itu, bahaya AI lainnya adalah adanya perkembangan teknologi deepfake. Deepfake adalah salah satu produk AI yang dapat mengubah wajah dan juga suara dalam media audiovisual.
Di awal kemunculannya, orang masih bisa menilai mana wajah orang yang asli dengan buatan AI.
Makin ke sini, teknologi deepfake sudah di tahap yang meyakinkan di mana banyak orang sulit membedakan mana yang asli dengan yang buatan.
Akibatnya, deepfake kerap disalahgunakan oleh orang untuk membuat video palsu seolah-olah orang tersebut melakukan sesuatu atau menyatakan pernyataan-pernyataan tertentu yang tidak benar.
Misalnya, penyalahgunaan deepfake yang paling sering digunakan adalah video porno yang mengganti wajah orang di video tersebut dengan wajah orang yang dikenal atau artis terkenal.
Dari kasus-kasus ini, kita belajar bahwa penggunaan AI perlu diawasi dan tetap mengedepankan etika.
Adanya AI sebenarnya untuk mendukung pekerjaan manusia. Idealnya, ia tetap digunakan dengan pengawasan manusia karena manusia lah yang tahu persis ingin seperti apa output pekerjaan yang bisa dihasilkan AI tersebut.
Untuk itu, perusahaan dan stakeholder seharusnya bisa mengerti. Hanya karena AI dapat melakukan proses otomasi, bukan berarti ia dapat menggantikan pekerjaan manusia seutuhnya.
AI tetap butuh pengawasan agar hasilnya tetap tidak keluar dari etika dan norma yang berlaku.
Kesimpulan
Itulah tadi penjelasan mengenai bahaya serta risiko penggunaan AI yang kurang tepat di dalam proses bisnis.
Kesimpulannya, pemanfaatan AI yang baik perlu dengan pengawasan ketat, mulai dari meninjau validitas data, transparansi terhadap konsumen, mematuhi etika dan hukum, hingga memberikan pelatihan pada karyawan.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, perusahaan dapat memanfaatkan potensi AI secara optimal sambil mengurangi risiko dan bahaya yang terkait.
Penting untuk memiliki pendekatan yang hati-hati dan bertanggung jawab terhadap penggunaan AI guna memastikan manfaat yang dihasilkan sesuai dengan tujuan bisnis dan nilai-nilai etis.
Lalu, jika Anda hendak mencari software HRIS yang memiliki fitur otomasi untuk segala pekerjaan HR, Anda bisa menggunakan Mekari Talenta.
Fitur Attendance Management dari Mekari Talenta dapat mengelola absensi karyawan secara otomatis. Selain itu, karyawan juga dapat melakukan absensi di mana saja melalui smartphone mereka
Untuk kebutuhan analisis, Mekari Talenta juga memiliki dashboard analytics yang mudah digunakan dan intuitif.
Pelajari selengkapnya di laman Mekari Talenta dan konsultasi gratis bersama tim sales Mekari Talenta untuk mendapatkan demo aplikasinya secara gratis.