Apa itu upskilling dan reskilling? Keduanya adalah hal yang penting ketika Anda ingin membangun perusahaan dipenuhi dengan talenta terbaik.
Membangun talenta terbaik bukan hanya sekadar mencarinya melalui proses rekrutmen, tetapi juga dengan memberikan pelatihan pada karyawan yang ada. Inilah yang dinamakan dengan upskilling dan reskilling.
Berikut penjelasan lengkapnya terkait dua hal tersebut.
Apa Itu Upskilling dan Reskilling?
Upskilling adalah proses meningkatkan atau memperbarui keterampilan karyawan yang sudah ada untuk membantu mereka tetap relevan dalam peran mereka saat ini.
Tujuan utamanya adalah untuk mendukung karyawan agar dapat menangani teknologi baru, prosedur, atau perubahan tren industri. Misalnya, seorang desainer grafis yang mempelajari keterampilan baru dalam desain animasi untuk memperluas kemampuan kreatifnya dalam proyek yang sedang berjalan.
Sementara itu, reskilling adalah proses pelatihan karyawan untuk mengembangkan keterampilan baru agar mereka dapat beralih ke peran yang berbeda di dalam organisasi.
Hal ini sering dilakukan untuk menyesuaikan karyawan dengan perubahan kebutuhan bisnis atau transformasi industri. Contohnya adalah seorang staf administrasi yang dilatih menjadi analis data seiring meningkatnya kebutuhan perusahaan terhadap pengolahan data.
Perbedaan Upskilling dan Reskilling
Upskilling berfokus pada pengembangan keterampilan dalam peran saat ini, sedangkan reskilling melibatkan pelatihan untuk mempersiapkan karyawan mengambil peran baru. Keduanya menjadi strategi penting bagi perusahaan untuk menjaga daya saing dan memberdayakan karyawan di era perubahan cepat.
Upskilling bertujuan untuk menghadapi kemajuan teknologi dan meningkatkan efisiensi. Sementara itu, reskilling bertujuan lebih kepada untuk menghindari PHK dengan memberikan kesempatan karier baru.
Baca juga: Apa Itu Headhunter? Pengertian, Tugas, dan Tips Memilih yang Tepat untuk HRD
Mengapa Perusahaan Perlu Memberikan Program Upskilling dan Reskilling?
1. Menghadapi Perubahan Teknologi dan Pasar
Transformasi digital dan otomatisasi semakin mengubah cara kerja di berbagai industri. Dengan program upskilling dan reskilling, perusahaan dapat memastikan karyawan memiliki keterampilan yang relevan untuk menghadapi perubahan ini.
Hal ini memungkinkan bisnis untuk tetap kompetitif dan beradaptasi dengan cepat terhadap tren pasar dan teknologi baru, tanpa kehilangan produktivitas.
2. Meningkatkan Retensi Karyawan
Karyawan yang diberikan kesempatan untuk belajar dan berkembang merasa lebih dihargai oleh perusahaan. Ini menciptakan loyalitas yang lebih kuat dan mengurangi tingkat turnover.
Dengan program pelatihan yang dirancang untuk mendukung karier mereka, karyawan lebih termotivasi untuk tetap bekerja dan berkontribusi bagi perusahaan.
3. Mengurangi Biaya Rekrutmen
Melatih karyawan yang ada melalui reskilling sering kali lebih hemat biaya dibandingkan dengan merekrut tenaga kerja baru. Proses perekrutan melibatkan iklan, wawancara, orientasi, dan waktu adaptasi.
Dengan memanfaatkan karyawan internal, perusahaan dapat menghemat waktu dan biaya sekaligus mempertahankan budaya kerja yang sudah ada.
4. Meningkatkan Produktivitas
Karyawan yang memiliki keterampilan terbaru dapat bekerja lebih cepat dan efisien, terutama dalam mengelola teknologi modern atau proses yang kompleks.
Upskilling membantu mereka menjadi lebih percaya diri dalam menangani tugas, sementara reskilling memastikan mereka siap untuk peran baru yang diperlukan oleh organisasi.
5. Meningkatkan Daya Saing Perusahaan
Tim dengan keterampilan terkini menjadi keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Karyawan yang terlatih mampu mengatasi tantangan industri dengan lebih baik, memberikan inovasi, dan memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih efektif.
Hal ini tidak hanya memperkuat posisi perusahaan di pasar tetapi juga meningkatkan citra organisasi sebagai tempat kerja yang inovatif dan adaptif.
Cara Menerapkan Upskilling dan Reskilling di Perusahaan
Berikut cara menerapkan upskilling dan reskilling yang tepat di perusahaan.
1. Identifikasi Kebutuhan
Langkah awal adalah memahami keterampilan yang dibutuhkan perusahaan untuk tetap relevan di masa depan. Analisis ini dapat dilakukan dengan meninjau tren industri, kebutuhan teknologi, dan strategi jangka panjang perusahaan.
Dengan pemahaman ini, perusahaan dapat menentukan bidang kompetensi mana yang perlu ditingkatkan atau diperbarui.
2. Libatkan Karyawan
Penting untuk melibatkan karyawan dalam proses ini. Dengan meminta feedback, perusahaan dapat memahami minat dan kebutuhan pelatihan karyawan.
Pendekatan ini tidak hanya membuat program lebih relevan tetapi juga meningkatkan motivasi karyawan untuk berpartisipasi, karena mereka merasa menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan.
3. Rancang Program Pelatihan
Setelah kebutuhan diidentifikasi, langkah berikutnya adalah merancang program pelatihan yang sesuai. Program ini dapat berupa pelatihan teknis, workshop soft skills, mentoring oleh senior, atau pengembangan kepemimpinan.
Menyediakan berbagai format pelatihan memungkinkan karyawan belajar dengan cara yang paling efektif bagi mereka.
4. Manfaatkan Teknologi
Teknologi dapat mempermudah implementasi upskilling dan reskilling. Platform e-learning seperti Coursera, Udemy, atau LinkedIn Learning menyediakan akses ke ribuan kursus yang relevan.
Selain itu, aplikasi HRIS berbasis cloud seperti Mekari Talenta dapat digunakan untuk mengelola pelatihan, mencatat progres, dan mengintegrasikan program pengembangan ke dalam sistem HR perusahaan.
Evaluasi Hasil Pelatihan
Langkah terakhir adalah melakukan evaluasi untuk mengukur efektivitas program. Perusahaan dapat memonitor kinerja karyawan sebelum dan sesudah pelatihan untuk menilai dampaknya.
Feedback dari peserta juga penting untuk mengetahui area yang dapat ditingkatkan. Evaluasi ini membantu memastikan bahwa program pelatihan memberikan hasil nyata dan berkontribusi terhadap tujuan perusahaan.
Baca juga: Panduan Lengkap Competency Mapping untuk Tim HR
Tantangan dalam Implementasi Upskilling dan Reskilling
1. Anggaran Pelatihan yang Terbatas
Salah satu tantangan utama dalam menerapkan upskilling dan reskilling adalah keterbatasan anggaran. Biaya untuk menyelenggarakan pelatihan, baik secara internal maupun melalui penyedia eksternal, bisa menjadi penghalang.
Solusinya, perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya pelatihan gratis atau bersubsidi, seperti kursus online dari platform edukasi yang menawarkan materi gratis. Selain itu, beberapa pemerintah atau lembaga memberikan subsidi untuk pelatihan keterampilan, yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan.
2. Kurangnya Minat dari Karyawan
Tidak semua karyawan tertarik untuk mengikuti pelatihan, terutama jika mereka merasa bahwa keterampilan mereka saat ini sudah cukup atau mereka tidak melihat manfaat langsung dari program tersebut.
Anda dapat memberikan insentif, seperti pengakuan, bonus, atau peluang promosi, dapat meningkatkan motivasi karyawan untuk berpartisipasi. Selain itu, menjelaskan bagaimana pelatihan akan membantu mereka berkembang dalam karier dapat menumbuhkan minat mereka.
3. Sulit Mengukur Hasil
Mengukur keberhasilan program pelatihan sering kali menjadi tantangan, terutama jika hasilnya tidak langsung terlihat.
Perusahaan perlu menetapkan indikator kinerja utama (KPI) yang jelas sebelum program dimulai.
KPI ini bisa mencakup peningkatan produktivitas, efisiensi kerja, atau jumlah proyek yang diselesaikan dengan lebih baik. Selain itu, evaluasi kinerja pasca-pelatihan dan survei kepuasan karyawan dapat membantu mengukur efektivitas pelatihan secara lebih akurat.
Contoh Program Upskilling dan Reskilling yang Sukses
Berikut adalah beberapa contoh studi kasus dari perusahaan ternama yang sukses menerapkan program upskilling dan juga reskilling.
IBM
IBM meluncurkan inisiatif bernama “New Collar Jobs” pada tahun 2015 untuk meremajakan angkatan kerja mereka dan melatih mereka dalam teknologi-teknologi baru seperti AI, cloud computing, dan juga data science.
Inisiatif ini menjadi terobosan bagi mereka yang tidak memiliki gelar universitas, karena mereka tetap dapat menerima pelatihan untuk mengembangkan keterampilan di teknologi zaman baru.
Mereka melatih angkatan kerja mereka dalam pengembangan perangkat lunak, blockchain, keamanan siber, AI, data science, serta teknologi cloud.
Hal ini sangat membantu dalam menciptakan kumpulan talenta yang lebih beragam dan lebih besar, meminimalkan kebutuhan untuk perekrutan eksternal, serta memenuhi permintaan pasar.
Nike
Mereka beralih dari bisnis sepatu olahraga tradisional ke ekosistem yang berfokus pada klien yang didorong oleh perkembangan dunia digital. Nike berinvestasi dalam pelatihan karyawan mereka di analisis data, analisis prediktif, dan segmentasi pelanggan.
Berdasarkan ini, karyawan bekerja dengan data pengguna dari aplikasi seperti Nike Training Club dan Nike Run Club untuk menjalankan kampanye pemasaran yang sangat terarah dan menawarkan pengalaman pelanggan yang dipersonalisasi.
Karyawan juga menjalani pelatihan dalam manajemen platform e-commerce, manajemen inventaris, dan sistem pembayaran digital untuk meningkatkan pendapatan digital.
Pemimpin juga dilatih ulang dalam mengadopsi teknologi-teknologi baru seperti Augmented Reality (AR) dan Blockchain untuk menciptakan strategi yang mengutamakan digital.
Peran HR dalam Mengelola Program Upskilling dan Reskilling
1. Membangun Budaya Pembelajaran
HR memiliki peran kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pembelajaran berkelanjutan. Hal ini melibatkan mendorong karyawan untuk terus meningkatkan keterampilan mereka melalui inisiatif seperti pelatihan, diskusi kelompok, atau program mentoring.
Dengan membangun budaya pembelajaran, HR memastikan bahwa karyawan merasa didukung dan termotivasi untuk berkembang, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas tenaga kerja dan daya saing perusahaan.
2. Menyediakan Sumber Daya Pelatihan yang Tepat
HR bertanggung jawab untuk menyediakan akses ke sumber daya pelatihan yang relevan dengan kebutuhan perusahaan dan karyawan. Ini dapat mencakup platform e-learning, seminar, pelatihan langsung, atau program sertifikasi.
Dengan menyesuaikan pelatihan dengan kebutuhan spesifik karyawan dan perusahaan, HR dapat memastikan bahwa investasi dalam upskilling dan reskilling memberikan hasil yang maksimal.
3. Membuat Program Pengembangan Karier yang Terstruktur
HR perlu menyusun program pengembangan karier yang jelas dan terarah. Program ini mencakup identifikasi keterampilan yang dibutuhkan, jalur pengembangan yang sesuai, dan indikator keberhasilan yang terukur.
Dengan menyediakan roadmap karier, karyawan dapat memahami bagaimana upskilling dan reskilling berkontribusi pada pertumbuhan mereka di perusahaan, sehingga meningkatkan motivasi dan loyalitas mereka.
Itulah tadi penjelasan mengenai pentingnya upskilling dan juga reskilling. Tidak dapat dipungkiri, kedua hal ini penting karena hal tersebut dapat meningkatkan kualitas karyawan dan membawa perusahaan ke peningkatan performa.
Nah, untuk membantu Anda memantau kemampuan masing-masing karyawan, Anda juga bisa memanfaatkan Mekari Talenta lewat fitur Performance Management. Melalui fitur ini, Anda dapat menyusun KPI untuk masing-masing karyawan, hingga melakukan penilaian kinerja terintegrasi.
Dengan demikian, perkembangan karyawan dapat terpantau dengan baik sehingga program pengembangan yang diberikan dapat berjalan lebih efektif.
Tertarik mengetahui fitur-fitur Mekari Talenta lainnya lebih lanjut? Diskusikan kebutuhan Anda bersama tim sales kami sekarang dan coba gratis demo aplikasinya.