Jika membicarakan millenial rasanya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia saat ini. Generasi Y atau biasa dikenal millenial adalah sebutan bagi seseorang yang lahir pada awal tahun 1980-an hingga 2000-an.
Saat ini topik pembicaraan yang selalu kita dengar hampir semua terkait dengan millenial, mulai dari topik bisnis, politik, sampai jenis produk. Apalagi, kini jumlah pekerja aktif di Indonesia hampir setengahnya didominasi oleh millenial. Oleh karena itu, pada pembahasan ini kita akan mengenal lebih dalam lagi mengenai generasi Y atau yang lebih dikenal dengan generasi millenial.
Generasi Y atau Millenial
Generasi millenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1980-2000 adalah satu-satunya generasi yang melewati millenium kedua. Karakteristik dari generasi ini berbeda, tergantung dari daerah setiap individunya. Generasi Y adalah generasi yang mengalami perubahan kondisi ekonomi dan teknologi. Jika membicarakan millenial, hal yang sangat umum ditemui pada generasi ini yaitu kenyamanan menggunakan digital teknologi dan media sosial dalam melakukan interaksi sosialnya sehari-hari.
Setelah mengetahui mengenai generasi Y, mungkin Anda bertanya-tanya mengenai apakah ada sebutan untuk generasi sebelum dan sesudah Y. Menurut teori dan ilmu yang mempelajari subjek ini, generasi terbagi menjadi Lost Generation, Greatest Generation, Silent Generation, Baby Boomers, Generation X, Millenial, dan Generasi Z.
Generasi X Pendahulu Millenial
Mereka yang lahir antara tahun 1960-1980 disebut dengan Generasi X, generasi ini tumbuh setelah masa perang dunia 2. Di daerah yang terkena dampak konflik tersebut, generasi X memiliki kehidupan yang sulit, dan hanya berfokus untuk bertahan hidup dan membangun kehidupannya kembali. Meskipun generasi ini lebih tidak memiliki ketergantungan terhadap media sosial dan layaknya generasi Y, namun generasi X dipandang sebagai generasi yang mandiri, cerdas, dan kreatif.
Baca Juga : Perhitungan Lembur yang Wajib Diketahui Milenial
Karakteristik Generasi Y
Menurut Psikolog Jean Twenge, generasi milenial ini memiliki sifat percaya diri dan toleran dibanding generasi sebelumnya. Namun, Jean Twenge juga mengungkapkan bahwa generasi milenial memiliki sifat narsisme dan entitlement dibanding generasi pendahulunya.
Entitlement adalah di mana kita menganggap diri kita pribadi yang lebih baik dari orang lain, sehingga seharusnya kita dapat menerima lebih daripada yang orang lain dapatkan. Generasi Y percaya bahwa jika mereka memiliki hak istimewa, yang mana hak yang diinginkan cenderung memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi, seperti; mendapatkan jabatan tertentu tanpa melalui proses panjang, juga sukses secara instan.
Dalam buku karangan David Burstein yang berjudul Fast Future, menyebutkan bahwa milenial sebagai generasi yang memiliki pandangan sosial atau disebut “Pragmatic Idealism”. Di mana para milenial ini memberikan kontribusi dan perubahan positif kepada dunia dan menyadari untuk mencapai tugasnya atau suatu keberhasilan maka diperlukan usaha dan kerja keras, baik dengan cara baru ataupun memanfaatkan sistem yang ada.
Digital Native
Digital native adalah sebutan yang sering digunakan untuk mendeskripsikan generasi Y dan teknologi. Sedangkan digital immigrant adalah sebutan untuk mendeskripsikan generasi X. Penggunaan istilah digital immigrant pada generasi X disebabkan penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal umum dan belum memberi dampak yang signifikan. Beda halnya dengan digital native, yang mana penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari sudah sangat umum dan dampaknya sangat besar.
Generasi Y tidak bisa terlepas dari teknologi dalam melakukan aktivitasnya. Mulai dari transportasi, pekerjaan, dan pembayaran transaksi. Selain itu, teknologi juga berperan dalam interaksi sosial generasi millenial yang cenderung menggunakan media sosial dalam melakukan interaksinya. Generasi ini mudah beradaptasi dengan teknologi baru, dan selalu menerapkan teknologi baru dalam kehidupannya.
Banyak generasi X yang beranggapan bahwa generasi Y memiliki solusi atas setiap permasalahan yang ada dengan memanfaatkan kemudahan akses informasi. Namun, dari banyak millenial yang memiliki solusi, hanya beberapa saja yang melakukan eksekusi dari ide dan solusinya untuk memecahkan masalah.
Pandangan Politik
Umumnya generasi Y memiliki pandangan politik cenderung ke arah sosial liberal. Generasi millenial di Indonesia lebih fokus terhadap substansi masalah dibanding retorika para pemimpin politik. Mereka yang tertarik pada politik umumnya teguh pada pendiriannya masing-masing dan sesuai dengan informasi, rasa politik, dan nilai yang mereka yakini.
Namun, bagi millenial yang tidak tertarik pada politik mereka beranggapan bahwa tidak penting membahas politik dan hanya membuang waktu, namun tidak jarang meski tidak tertarik pada politik, mereka memiliki prinsip dan nilai politiknya sendiri.
Kepercayaan Keagamaan
Millenial secara global memiliki kecenderungan tidak memiliki agama, karena di negara sekuler generasi millenial umumnya tidak mempercayai agama, yang mana ateisme dan agnostisisme adalah pandangan yang dianut oleh kebanyakan millenial di negara sekuler. Beda halnya di Indonesia, di mana generasi millenial masih percaya terhadap adanya Tuhan yang Esa. Meskipun pada kenyataannya millenial justru mengedepankan toleransi dalam kehidupan sosial agamanya dibanding generasi pendahulunya.
Budaya Kerja
a. Lingkungan Kerja yang Fleksibel
Remote working atau bekerja di luar kantor saat ini menjadi tren dikalangan millenial. Hal ini dikarenakan maraknya menyelesaikan pekerjaan menggunakan teknologi dan internet, yang mana memungkinkan untuk diselesaikan di luar lingkungan kantor. Perusahaan yang memiliki kebijakan remote working merupakan perusahaan ideal bagi millenial. Adanya lingkungan kerja yang fleksibel tentu akan menurunkan tingkat stress karyawan dan kesehatan karyawan secara keseluruhan.
b. Rasa Kebersamaan
Rasa kebersamaan dapat meningkatkan keikutsertaan dan rasa memiliki terhadap perusahaan, hal ini akan memberi dampak positif terhadap perusahaan. Apalagi, saat ini seorang millenial sangat ingin dianggap memberikan kontribusi positif pada perusahaan.
c. Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah hal penting bagi pertumbuhan generasi millenial, dan justru mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri membuat seorang millenial bahagia karena dapat belajar hal-hal baru. Namun, perlu diingat bahwa millenial yang cenderung idealis, entitle, dan memiliki percaya diri tinggi.
Oleh karena itu, jika seorang millenial merasa bekerja di perusahaan yang tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri dan karirnya, kemungkinan besar mereka akan meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja. Mereka akan mencari yang lebih dapat memberikan kesempatan untuk pengembangan dirinya.
Itulah beberapa hal mengenai generasi X dan Y yang bisa menjadi acuan perusahaan Anda untuk memberikan treatment pada masing-masing generasi yang ada di perusahaan Anda, karena tiap generasi memiliki caranya masing-masing untuk memecahkan masalah.
Untuk membantu Anda dalam menerapkan kebijakan remote working bagi generasi Y atau generasi millenial, Anda bisa menggunakan Talenta untuk mengontrol jam kerja dan aktivitas karyawanmu dari mana saja dan kapan saja.
Jadi, Anda tidak perlu khawatir untuk menerapkan kebijakan remote working bagi karyawan millenial. Dengan fitur lengkap dan praktis proses penggajian juga dilakukan secara otomatis di aplikasi gaji online, optimalisasi kinerja karyawan dapat dilakukan dengan lebih mudah, efektif dan praktis.
Tertarik untuk mencoba Talenta? Isi formulir ini untuk jadwalkan demo Talenta dengan sales kami dan konsultasikan masalah HR Anda kepada kami!
Anda juga bisa coba gratis aplikasi employee self service Talenta sekarang dengan klik gambar di bawah ini.