Apa itu pengertian, dan apa yang dimaksud dengan budaya kerja adalah? Bagaimana seharusnya budaya kerja di perusahaan yang baik? Dan seperti apa tugas HRD agar tercipta budaya yang baik di perusahaan? Insight Talenta akan mengulasnya secara detail disini
Setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki peraturan untuk menjalankan manajemen dan operasionalnya. Peraturan-peraturan tersebut nantinya akan menciptakan konsep kerja yang unik dan beragam.
Oleh karena itu, budaya di pekerjaan ini tidak muncul dengan sendirinya. Melainkan dibentuk melalui proses terkendali yang melibatkan sumber daya manusia beserta seluruh perangkat pendukungnya.
Setelah membaca artikel di Mekari Talenta ini, Anda akan memahami dan bisa menjawab pertanyaann terkait topik ini seperti :
- Budaya kerja dapat dibentuk apabila dilakukan apa saja?
- Apa yang dimaksud dengan budaya kerja itu?
- Budaya kerja merupakan budaya yang dikaitkan dengan apa?
Apa Itu Budaya Kerja?
Budaya kerja adalah nilai-nilai, norma, sikap, kebiasaan, dan perilaku kolektif yang berkembang dan dianut oleh seluruh anggota dalam suatu organisasi atau perusahaan. Budaya kerja mencerminkan cara berpikir, bertindak, dan berinteraksi dalam lingkungan kerja sehari-hari, serta menjadi fondasi dalam membentuk etos kerja, motivasi, dan produktivitas karyawan.
Secara umum, budaya kerja adalah “cara hidup” organisasi, yang terbentuk dari:
- Nilai-nilai yang dianut oleh organisasi
- Keyakinan kolektif tentang bagaimana pekerjaan seharusnya dilakukan
- Kebiasaan yang berlangsung secara terus-menerus dalam tim atau perusahaan
Contoh sederhana:
Di perusahaan yang menjunjung budaya kerja disiplin, karyawan terbiasa hadir tepat waktu, menyelesaikan pekerjaan sesuai tenggat, dan menghargai waktu orang lain.
Pengertian Budaya Kerja Menurut Para Ahli
Jadi apa itu pengertian, dan apa yang dimaksud dengan budaya kerja berdasarkan para ahli? Menurut Triguno (2003), budaya kerja merupakan suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa budaya kerja merupakan suatu konsep yang didasari oleh kebiasaan atau keseluruhan pola perilaku setiap individu atau kelompok yang dibudayakan dan dikembangkan dalam suatu organisasi atau perusahaan untuk mempertahankan efisiensi dalam bekerja.
Budaya kerja tentu saja diciptakan dengan tujuan, dalam hal ini, untuk meningkatkan kinerja karyawan dengan menjadikannya lebih produktif, sehingga visi dan misi perusahaan dapat terwujud serta mampu menghadapi semua tantangan di masa mendatang.
Jenis-Jenis Budaya Kerja Menurut Charles Handy
Charles Handy mengelompokkan budaya kerja dalam empat tipe utama. Masing-masing tipe memiliki ciri khas dan cocok untuk situasi organisasi yang berbeda:
Budaya Kekuasaan (Power Culture)
Budaya ini berpusat pada pemimpin atau kelompok kecil yang memiliki kendali penuh terhadap keputusan. Organisasi dengan budaya ini cenderung cepat dalam pengambilan keputusan, tetapi rentan terhadap konflik internal dan kesenjangan kekuasaan.
Budaya Peran (Role Culture)
Mengandalkan struktur organisasi yang jelas, prosedur, dan deskripsi pekerjaan yang rinci. Cocok untuk organisasi besar dengan regulasi ketat seperti pemerintahan dan lembaga keuangan. Namun, inovasi bisa terhambat karena birokrasi yang tinggi.
Budaya Tugas (Task Culture)
Fokus pada pembentukan tim kerja berdasarkan proyek. Budaya ini mendorong kerja sama, fleksibilitas, dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Cocok untuk perusahaan startup, agensi kreatif, dan perusahaan teknologi.
Budaya Personil (Person Culture)
Budaya ini menekankan pada kebebasan individu dan penghargaan terhadap keunikan setiap orang. Cocok untuk organisasi profesional seperti firma hukum, konsultan, atau lembaga pendidikan.
Baca Juga: Contoh Kasus dan Cara Manajemen Atasi Kasus Konflik Karyawan Perusahaan
Komponen Budaya Kerja dalam Organisasi
Budaya kerja merupakan landasan utama dalam membentuk perilaku dan sikap para individu di dalam organisasi. Ia tidak hanya mengatur bagaimana karyawan bekerja, tetapi juga mempengaruhi iklim kerja, pengambilan keputusan, serta cara organisasi tersebut berinteraksi dengan dunia luar. Budaya kerja dibentuk oleh beberapa komponen utama yang saling melengkapi dan membentuk karakteristik unik tiap perusahaan.
1. Nilai (Values)
Nilai merupakan prinsip dasar yang dijadikan pedoman dalam berperilaku oleh setiap anggota organisasi. Nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, kolaborasi, inovasi, hingga pelayanan pelanggan, menjadi panduan moral dan etika yang diharapkan diinternalisasi oleh seluruh karyawan. Misalnya, dalam perusahaan teknologi, nilai inovasi menjadi pusat budaya kerja yang mendorong setiap individu untuk berpikir kreatif dan tidak takut mencoba hal baru.
Nilai biasanya tertanam dalam visi dan misi perusahaan dan kemudian disosialisasikan secara konsisten melalui pelatihan, komunikasi internal, maupun keputusan manajerial. Perusahaan yang berhasil membumikan nilai-nilainya akan lebih mudah mempertahankan konsistensi perilaku dan etos kerja seluruh timnya.
2. Norma (Norms)
Norma kerja adalah aturan tak tertulis yang membentuk ekspektasi terhadap perilaku anggota organisasi. Meski tidak tercantum dalam peraturan resmi, norma sangat menentukan apakah seseorang dianggap sesuai dengan lingkungan kerja atau tidak. Contoh norma antara lain menghormati jam kerja rekan, tidak memotong pembicaraan dalam rapat, atau tidak menyebarkan gosip di lingkungan kantor.
Norma kerja terbentuk dari kebiasaan yang diulang terus-menerus dan akhirnya diterima sebagai standar. Meskipun demikian, norma dapat berubah seiring waktu tergantung pada perubahan generasi karyawan, kepemimpinan, dan dinamika organisasi. Penting bagi manajemen untuk terus memantau dan membentuk norma yang mendukung tujuan organisasi.
3. Simbol dan Ritual
Simbol dan ritual memainkan peran penting dalam memperkuat budaya organisasi. Simbol bisa berupa seragam, logo, warna khas perusahaan, hingga interior kantor yang mencerminkan nilai dan semangat organisasi. Sementara itu, ritual mencakup kegiatan seperti apel pagi, pemberian penghargaan bulanan, perayaan ulang tahun karyawan, atau kegiatan rutin seperti town hall.
Ritual ini tidak hanya mempererat hubungan antar karyawan, tetapi juga membentuk identitas kolektif. Karyawan merasa menjadi bagian dari komunitas yang lebih besar, yang pada gilirannya meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging).
4. Gaya Komunikasi
Setiap organisasi memiliki gaya komunikasi yang khas, mulai dari gaya formal dan hierarkis hingga gaya santai dan terbuka. Gaya ini mempengaruhi bagaimana informasi disampaikan dan diterima, serta menentukan seberapa cepat organisasi mampu merespons tantangan dan peluang.
Organisasi dengan gaya komunikasi terbuka umumnya lebih adaptif terhadap perubahan karena mendorong keterlibatan karyawan. Sebaliknya, komunikasi yang terlalu birokratis sering kali menghambat kreativitas dan memperlambat proses pengambilan keputusan.
5. Kepemimpinan dan Keteladanan
Peran pemimpin dalam membentuk dan menjaga budaya kerja sangatlah vital. Pemimpin yang mampu menjadi teladan akan memperkuat nilai dan norma organisasi secara nyata. Misalnya, pemimpin yang menegakkan kedisiplinan dan etika kerja akan mempengaruhi bawahannya untuk mengikuti hal serupa.
Pemimpin juga berperan sebagai penjaga budaya. Mereka harus konsisten dalam mengomunikasikan nilai, menyelaraskan kebijakan dengan budaya, serta menindak pelanggaran budaya secara adil.
4 Tipe Jenis Budaya Kerja Di Perusahaan
Dikutip dari situs Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI), jenisnya sendiri dibedakan menjadi empat buah, dengan sebagai berikut penjelasannya.
1. Klan (Clan Culture)
Budaya kerja klan menciptakan lingkungan kerja yang cenderung ramah dan bersahabat. Dalam situasi ini, seluruh karyawan perusahaan dianggap seperti satu keluarga besar yang sedang melakukan kolaborasi dan aktif terlibat dalam berbagai kegiatan, termasuk pengambilan keputusan.
Jenis budaya dalam pekerjaan ini menekankan pembentukan team work yang solid serta komunikasi yang baik.
Dalam budaya klan, strategi untuk meningkatkan kualitas perusahaan dapat dilakukan dengan pemberdayaan, pembentukan tim, pengembangan produktivitas karyawan, dan keterbukaan komunikasi.
2. Pasar (Market Culture)
Budaya kerja pasar menggunakan persaingan sebagai landasan dalam menjalankan sebuah perusahaan. Dengan adanya persaingan, para karyawan akan termotivasi untuk bersikap kompetitif dan fokus dalam mencapai tingkat produktivitas tertentu sehingga mampu mengungguli rekan kerjanya lainnya.
Pemimpin dalam budaya pasar ini harus bisa menciptakan situasi persaingan yang sehat dan kondusif bagi seluruh jajaran perusahaan.
Dalam budaya pasar, strategi untuk meningkatkan kualitas perusahaan dapat dilakukan dengan mempertimbangkan preferensi klien, memajukan produktivitas, bekerja sama dengan pihak luar, dan meningkatkan atmosfer persaingan.
3. Hierarki (Hierarchy Culture)
Budaya kerja hierarki menekankan konsep lingkungan kerja yang formal dan terstruktur. Kendali perusahaan sepenuhnya dipegang oleh para pejabat tinggi perusahaan, sebab mereka dinilai memiliki pengalaman serta kemampuan yang layak untuk dijadikan panutan.
Perusahaan akan berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya apabila seluruh jajaran perusahaan mematuhi aturan-aturan hierarki yang bersifat tegas dan tepat guna.
Jenis budaya hierarki ini adalah dianggap sebagai budaya kerja yang paling tepat untuk meningkatkan produktivitas sebuah perusahaan.
Strategi peningkatan kualitas perusahaan dalam budaya kerja hierarki adalah dengan mendeteksi kesalahan, melakukan pengukuran, proses pengendalian, pemecahan masalah yang sistematis, serta perangkat berkualitas.
4. Adhokrasi (Adhocracy Culture)
Lingkungan yang menganut budaya adhokrasi akan bersifat dinamis dan kreatif. Para pemimpin dipandang sebagai sosok inovator yang berani mengambil risiko dan memacu motivasi karyawan dalam mewujudkan ide-ide segar.
Budaya kerja ini menekankan konsep kebebasan bagi karyawan untuk menciptakan sesuatu yang baru sehingga nantinya akan mampu membuat perusahaan bertahan di tengah ketatnya persaingan.
Untuk meningkatkan kualitas perusahaan dalam budaya adhokrasi ini yang harus dilakukan adalah membuat kejutan menyenangkan, menciptakan standar baru, mengantisipasi kebutuhan, pengembangan berkelanjutan, serta mencari solusi yang kreatif.
Keempat tipe budaya kerja di atas masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga penerapannya harus dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi suatu perusahaan.
Baca Juga : Nilai Perusahaan dalam Pandangan Milenial
Tujuan Dibentuknya Budaya Kerja yang Kuat
Budaya kerja bukanlah hiasan organisasi, melainkan fondasi yang menopang segala proses bisnis dan perilaku kerja. Berikut adalah tujuan utama dari dibentuknya budaya kerja yang kuat dan sehat dalam organisasi:
Menyatukan Visi dan Misi
Dengan budaya kerja yang kuat, visi dan misi organisasi tidak hanya menjadi slogan, tetapi diimplementasikan dalam perilaku sehari-hari. Budaya kerja membantu setiap anggota organisasi memahami arah dan tujuan bersama sehingga langkah yang diambil menjadi selaras.
Meningkatkan Loyalitas dan Rasa Memiliki
Karyawan cenderung memiliki komitmen yang lebih tinggi terhadap organisasi yang budaya kerjanya sesuai dengan nilai pribadi mereka. Mereka merasa dihargai, didengar, dan menjadi bagian penting dari komunitas kerja. Ini meningkatkan loyalitas dan menurunkan angka turnover.
Mendorong Produktivitas dan Efisiensi
Budaya kerja yang sehat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berkinerja tinggi. Ketika norma kerja jelas, nilai dihargai, dan proses komunikasi lancar, maka produktivitas akan meningkat karena karyawan dapat fokus pada pekerjaan tanpa distraksi yang tidak perlu.
Membedakan dari Kompetitor
Budaya kerja yang unik dan positif menjadi keunggulan kompetitif tersendiri. Banyak talenta hebat memilih bergabung atau bertahan di perusahaan karena budaya kerja yang mendukung pertumbuhan dan keseimbangan hidup mereka, bukan hanya karena gaji atau fasilitas.
Menjaga Stabilitas Sosial Internal
Budaya kerja yang baik menciptakan keharmonisan dalam hubungan antar karyawan. Hal ini menurunkan potensi konflik internal, meningkatkan kerja sama, dan mempercepat penyelesaian masalah secara kolektif.
Cara Penerapan Budaya Kerja Di Perusahaan Yang Positif
Agar perusahaan dapat berjalan tanpa hambatan, dibutuhkan budaya yang tepat pada suatu perusahaan.
Apa saja contoh penerapan budaya kerja yang positif dalam perusahaan?
Buat Suasana Kerja yang Menyenangkan
Di dalam lingkungan kerja, dibutuhkan suasana yang menyenangkan dan friendly. Tidak melulu harus serius ketika mengembangkan suatu gagasan. Faktanya, atmosfer yang ceria cenderung membangkitkan kreativitas dan semangat seseorang dalam bekerja.
Selain itu, tata ruang yang baik juga sangat disarankan, seperti memakai konsep terbuka yang akan mempermudah proses komunikasi dan menghindari terjadinya konflik. Tersedianya berbagai fasilitas seperti video gim, ruang bersantai, ruang menonton, dan beraneka camilan juga mampu menyuntikkan energi positif kepada karyawan.
Serta melenyapkan rasa jenuh setelah bekerja keras seharian penuh.
Budaya Kerja Di Perusahaan Positif Bisa Membentuk Komunikasi yang Terbuka dan Transparan
Komunikasi merupakan kunci dari hubungan yang baik dalam suatu perusahaan. Harus ada keterbukaan dan transparansi antar sesama karyawan mengenai apa pun yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tidak bisa dipungkiri, masalah pasti akan selalu ada, namun dengan pengaplikasian sistem kerja yang transparan. Dengan begini diharapkan seluruh jajaran perusahaan dapat bersikap terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan yang ada serta mencari solusinya bersama-sama.
Semakin banyak komunikasi yang terjalin juga dapat menumbuhkan rasa empati pada masing-masing karyawan.
Baca Juga : Tips agar Informasi Tersampaikan Efektif kepada Karyawan
Membentuk Tim yang Solid
Salah satu penerapan budaya kerja yang positif lainnya adalah membentuk sebuah tim yang solid. Perlu diketahui bahwa sebuah tim merupakan gabungan dari berbagai pribadi dengan latar belakang berbeda yang melebur menjadi satu demi menggapai visi dan misi yang sama.
Tentu saja menyelaraskan perbedaan tersebut bukan hal yang mudah, dibutuhkan sikap saling percaya, sikap saling mengerti, dan sikap saling mendukung antaranggota tim.
Seluruh anggota tim juga harus memiliki kemauan untuk bersama-sama menyelesaikan pekerjaan. Jangan biarkan siapapun yang ada di dalam tim merasa terbebani akan suatu pekerjaan atau masalah.
Penerapan budaya kerja ini memungkinkan setiap orang bekerja secara individu namun tetap fokus pada kesuksesan sebagai sebuah tim. Kunci kesuksesan sebuah tim adalah kerja sama yang baik.
Berkaitan dengan poin sebelumnya, komunikasi juga menjadi kunci penting dalam membentuk tim yang solid.
Mengapresiasi Prestasi Karyawan
Mengapresiasi pencapaian yang diraih oleh karyawan merupakan salah satu hal yang penting dalam meningkatkan produktivitas perusahaan. Tidak melulu soal materi, bentuk apresiasi pun beragam, misalnya dapat berupa pujian seperti, “Pekerjaanmu hari ini bagus, keep it up!“.
Mungkin kalimat tersebut terdengar sepele, tetapi bagi karyawan, itu dapat memberikannya kata kata motivasi bijak untuk terus melakukan yang terbaik.
Atasan yang baik tidak hanya akan menegur jika para karyawan membuat kesalahan, tetapi juga akan memuji jika mereka melakukan sesuatu yang dirasa memiliki dampak baik dan bermanfaat bagi perusahaan.
Selain membuat karyawan merasa dihargai, pemberian apresiasi ini juga secara tidak langsung akan mengakrabkan hubungan antara atasan dan bawahan. Melalui keakraban tersebut akan dihasilkan suatu bentuk kenyamanan yang membuat para karyawan dan atasan menjadi betah untuk bekerja bersama dan membentuk tim yang solid.
Baca Juga : 5 Budaya Kerja di Amazon yang Bisa Anda Contoh di Perusahaan
5 Dampak Negatif Jika Budaya Kerja Tidak Sehat
Budaya kerja yang buruk atau tidak jelas dapat memberikan dampak serius bagi kelangsungan organisasi, antara lain:
1. Tingginya Turnover Karyawan
Karyawan akan memilih hengkang jika merasa tidak nyaman, tidak dihargai, atau tidak melihat masa depan di dalam organisasi. Biaya rekrutmen dan pelatihan akan meningkat drastis karena tingginya pergantian karyawan.
2. Meningkatnya Konflik Internal
Budaya yang permisif terhadap gosip, politik kantor, atau ketidakadilan memperbesar potensi konflik antar tim. Hal ini menghambat kerja sama dan menciptakan suasana kerja yang penuh ketegangan.
3. Penurunan Produktivitas
Tanpa budaya kerja yang mendukung, karyawan bekerja tanpa semangat, tidak ada standar etos kerja, dan kehilangan rasa tanggung jawab. Hal ini secara langsung menurunkan output dan kualitas kerja.
4. Kesulitan Beradaptasi
Organisasi dengan budaya tertutup dan kaku cenderung sulit berubah. Mereka akan tertinggal dalam persaingan karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan dinamika pasar dan perkembangan teknologi.
5. Reputasi Perusahaan Memburuk
Perusahaan dengan budaya kerja toksik cenderung mendapatkan reputasi negatif di mata calon karyawan, klien, dan masyarakat. Hal ini berdampak pada penurunan daya tarik employer branding dan kesulitan dalam menarik talenta terbaik.
Kelola Karyawan Dengan Aplikasi HRIS Mekari Talenta
Penerapan aplikasi manajemen KPI dari Mekari Talenta tentu juga akan membantu terbentuknya tim yang solid, karena dengan kehadiran aplikasi tersebut atasan dan bawahan akan mengetahui performa timnya dan saling membantu agar mencapai target yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Terkadang, hubungan yang terlalu kaku pun akan menyebabkan lingkungan kerja menjadi kurang kondusif. Contoh penerapan budaya kerja seperti ini dianggap berhasil dalam mendukung perkembangan dan kemajuan perusahaan.
Namun, jarang sekali ada perusahaan yang mendominasi salah satu tipe budaya tertentu atau menyetarakan penerapan keempat budaya kerja tersebut. Diatas telah diulas apa itu pengertian, dan apa yang dimaksud dengan budaya kerja adalah apa, dan bagaimana seharusnya budaya kerja di perusahaan yang baik.
Menjadi seorang profesional di bidang HR adalah sebuah tantangan. Salah satu yang tidak terlupakan meskipun profesional dari segi etis dan kinerja, Anda juga perlu menggunakan HR software untuk memaksimalkan fungsi HR. Salah satu software terbaik adalah Mekari Talenta. jadi gunakan aplikasi HRIS dengan fitur employee self service Mekari Talenta sebagai aplikasi karyawan Anda.
Semoga informasi ini bisa berguna untuk Anda yang membutuhkanya, dan silahkan dibagikan di sosial media.