Tips Hadapi Culture Shock di Tempat Kerja: Panduan untuk HR dan Karyawan

Tayang
02 Dec, 2024

Salah satu hal yang perlu dilalui oleh seorang karaywan baru adalah beradapasti dengan budaya perusahaan. Ada yang bisa dengan cepat beradaptasi ada yang kesulitan dan kerap merasakan culture shock.

Bagaimana cara menghadapi culture shock dan apa langkah HR dalam menanganinya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Apa Itu Culture Shock di Tempat Kerja?

Culture shock di tempat kerja adalah pengalaman kesulitan adaptasi yang dialami seseorang ketika menghadapi budaya atau lingkungan kerja yang berbeda dari yang biasa mereka kenal.

Hal ini sering terjadi saat seseorang pindah ke perusahaan baru, bergabung dengan tim lintas budaya, atau bekerja di negara lain. Culture shock dapat memengaruhi kemampuan karyawan untuk merasa nyaman, produktif, dan terintegrasi dalam lingkungan baru.

Beberapa situasi yang memicu culture shock di tempat kerja meliputi perbedaan dalam cara komunikasi. Misalnya, lingkungan kerja formal mungkin menuntut penggunaan bahasa yang resmi, sementara tempat kerja lain lebih santai dan informal.

Selain itu, pola kerja yang berorientasi pada kolaborasi tim dapat menjadi tantangan bagi individu yang terbiasa bekerja secara mandiri. Bahasa atau istilah khusus yang digunakan di perusahaan juga dapat membingungkan karyawan baru.

Perbedaan dalam etika kerja, seperti bagaimana menghargai waktu atau menangani konflik, juga dapat menyebabkan ketegangan jika tidak dikelola dengan baik.

Adaptasi terhadap culture shock memerlukan waktu, kesabaran, dan kemauan untuk memahami budaya organisasi yang baru. Dengan komunikasi terbuka dan fleksibilitas, karyawan dapat mengatasi tantangan ini dan menemukan cara untuk berkontribusi secara efektif.

Penyebab Culture Shock di Tempat Kerja Baru

1. Perbedaan Budaya Organisasi

Budaya organisasi mencakup nilai, norma, dan cara kerja yang diterapkan dalam perusahaan. Ketika seseorang berpindah ke tempat kerja yang memiliki budaya yang sangat berbeda, mereka mungkin merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri.

Misalnya, sebuah perusahaan dengan budaya yang lebih hierarkis dan formal bisa membuat seseorang yang terbiasa dengan lingkungan kerja yang lebih santai dan terbuka merasa terisolasi atau canggung.

Sebaliknya, perusahaan dengan budaya yang lebih terbuka dan kolaboratif mungkin membuat seseorang yang lebih terbiasa dengan cara kerja yang independen merasa tidak nyaman.

2. Ketidaktahuan akan Aturan atau Norma Perusahaan

Setiap perusahaan memiliki aturan atau norma yang harus diikuti oleh karyawan, baik itu terkait dengan perilaku profesional, etika kerja, atau prosedur operasional.

Ketidaktahuan terhadap norma-norma ini dapat menyebabkan karyawan merasa tidak tahu apa yang diharapkan dari mereka, misalnya dalam hal komunikasi, cara berpakaian, atau cara berinteraksi dengan rekan kerja.

Hal ini sering kali memicu perasaan kebingungan atau frustrasi, karena karyawan merasa tidak tahu bagaimana mereka harus berperilaku untuk diterima atau dihargai.

3. Perbedaan Gaya Manajemen dan Kepemimpinan

Gaya manajemen dan kepemimpinan yang berbeda juga dapat menyebabkan culture shock.

Misalnya, dalam beberapa perusahaan, pemimpin mungkin lebih terlibat dalam pengambilan keputusan dan memberikan arahan yang jelas, sementara di perusahaan lain, kepemimpinan bisa lebih desentralisasi dan memberi karyawan lebih banyak kebebasan untuk membuat keputusan.

Perbedaan dalam cara manajer memberikan feedback, menangani masalah, atau berkomunikasi dengan tim dapat menyebabkan kebingungan bagi karyawan baru yang belum terbiasa dengan gaya tersebut.

4. Kurangnya Proses Onboarding atau Orientasi Kerja

Proses onboarding yang tidak memadai dapat menjadi penyebab utama culture shock di tempat kerja. Jika perusahaan tidak menyediakan orientasi yang jelas mengenai budaya, prosedur, atau kebijakan internal, karyawan baru akan kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka.

Kurangnya bimbingan dalam mengenal rekan kerja, memahami peran mereka, atau mempelajari sistem yang ada dapat membuat karyawan merasa terasing dan kurang percaya diri dalam menjalankan tugas mereka.

Proses onboarding yang baik sangat penting untuk membantu karyawan merasa diterima dan mengurangi stres akibat perubahan lingkungan kerja.

Baca juga: Apa Itu Layoff? Pengertian, Penyebab, dan Perbedaannya dengan PHK

Dampak Culture Shock pada Karyawan dan Perusahaan

Dampak pada Karyawan

Menurunnya Kepercayaan Diri

Culture shock dapat membuat karyawan merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi perusahaan karena mereka belum sepenuhnya memahami cara kerja dan budaya organisasi.

Hal ini dapat menurunkan kepercayaan diri, terutama jika mereka merasa sulit menyesuaikan diri atau tidak mendapatkan dukungan yang memadai.

Kesulitan Beradaptasi dengan Tim

Karyawan yang mengalami culture shock sering kali merasa terisolasi atau kesulitan membangun hubungan dengan rekan kerja. Hal ini bisa terjadi karena perbedaan dalam gaya komunikasi, norma sosial, atau cara kerja tim.

Akibatnya, mereka mungkin merasa tidak diterima atau tidak mampu berkontribusi secara maksimal dalam lingkungan kerja.

Stres Kerja dan Produktivitas Menurun

Kesulitan menyesuaikan diri dengan budaya kerja baru dapat menyebabkan stres kerja yang signifikan.

Stres ini, jika tidak ditangani, dapat berdampak langsung pada konsentrasi, efisiensi, dan produktivitas karyawan.

Bahkan, dalam jangka panjang, stres yang berkepanjangan dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik mereka.

Dampak pada Perusahaan

Tingginya Turnover Karyawan

Culture shock yang tidak teratasi dapat membuat karyawan merasa tidak cocok dengan lingkungan kerja dan akhirnya memilih untuk keluar dari perusahaan. Tingginya tingkat turnover karyawan tidak hanya meningkatkan biaya rekrutmen dan pelatihan, tetapi juga dapat merusak stabilitas tim dan proses kerja.

Kesulitan Menciptakan Lingkungan Kerja yang Harmonis

Ketika karyawan mengalami culture shock, hal ini dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan antar karyawan. Misalnya, kesalahpahaman budaya atau perbedaan cara kerja dapat menghambat kolaborasi dan menciptakan konflik, sehingga sulit bagi perusahaan untuk membangun lingkungan kerja yang harmonis.

Penurunan Efektivitas Tim Kerja

Ketidakmampuan karyawan untuk menyesuaikan diri dengan budaya organisasi dapat mengurangi efektivitas tim kerja.

Misalnya, jika seorang karyawan merasa terasing, kontribusi mereka terhadap tim mungkin berkurang, sehingga berdampak pada kinerja kolektif dan pencapaian tujuan perusahaan.

Cara Menghadapi Culture Shock di Tempat Kerja Baru

Panduan untuk Karyawan

Pelajari Budaya Kerja Sebelum Mulai Bekerja

Mengenal budaya kerja perusahaan sebelum hari pertama dapat membantu mengurangi culture shock. Informasi ini dapat diperoleh melalui situs perusahaan, media sosial, atau berbicara dengan karyawan yang sudah bekerja di sana.

Memahami nilai-nilai inti dan norma perusahaan membantu karyawan mempersiapkan diri dengan lebih baik.

Bangun Komunikasi dengan Rekan Kerja dan Atasan

Interaksi yang terbuka dan positif dengan rekan kerja dan atasan sangat penting untuk adaptasi. Dengan membangun komunikasi, karyawan dapat memahami ekspektasi, mempererat hubungan dengan tim, dan merasa lebih diterima di lingkungan baru.

Jangan Ragu untuk Bertanya tentang Aturan atau Prosedur Kerja

Jika ada kebingungan mengenai aturan atau prosedur, karyawan sebaiknya tidak ragu untuk bertanya. Inisiatif ini menunjukkan keseriusan dalam memahami budaya organisasi dan membantu mencegah kesalahan di kemudian hari.

Gunakan Waktu untuk Beradaptasi dengan Pola Kerja Baru

Adaptasi membutuhkan waktu. Karyawan perlu memberi diri mereka ruang untuk menyesuaikan diri dengan pola kerja yang mungkin berbeda dari pengalaman sebelumnya, seperti ritme kerja, prioritas tugas, atau cara tim berkolaborasi.

Ikuti Kegiatan Sosial atau Team Building untuk Membangun Koneksi

Berpartisipasi dalam kegiatan sosial, seperti makan siang bersama atau acara team building, membantu karyawan mengenal rekan kerja lebih baik. Aktivitas ini menciptakan ikatan personal dan mempercepat proses integrasi ke dalam tim.

Panduan untuk HR

Ciptakan Proses Onboarding yang Efektif

Onboarding yang baik mencakup pengenalan budaya organisasi, nilai-nilai inti, dan prosedur kerja. Proses ini memberikan gambaran yang jelas tentang ekspektasi perusahaan dan membantu karyawan baru merasa nyaman sejak awal.

Sediakan Mentor untuk Karyawan Baru

Menunjuk mentor atau buddy untuk karyawan baru membantu mereka memiliki seseorang yang bisa dijadikan sumber informasi. Mentor ini bisa memberikan bimbingan, menjawab pertanyaan, dan membantu karyawan menavigasi tantangan di lingkungan kerja baru.

Adakan Sesi Komunikasi untuk Membantu Karyawan Memahami Budaya Kerja

HR dapat mengadakan sesi komunikasi khusus untuk menjelaskan budaya kerja, seperti cara berkomunikasi, etika kerja, atau dinamika tim. Sesi ini memberikan panduan praktis yang dapat langsung diterapkan oleh karyawan baru.

Berikan Pelatihan Soft Skill Terkait Adaptasi

Pelatihan soft skill seperti manajemen stres, keterampilan komunikasi, atau cara membangun hubungan interpersonal sangat membantu karyawan dalam menghadapi tantangan culture shock dan beradaptasi lebih cepat.

Pastikan Lingkungan Kerja Inklusif untuk Semua Karyawan

Lingkungan kerja inklusif memungkinkan semua karyawan, terlepas dari latar belakang mereka, merasa dihargai dan diterima. HR perlu memastikan bahwa perusahaan memiliki kebijakan yang mendukung keberagaman dan menanamkan nilai inklusivitas dalam budaya kerja.

Baca juga: Apa Itu Talent Acquisition? Panduan Lengkap untuk HR dan Pencari Karir

Contoh Culture Shock di Tempat Kerja

Contoh Kasus: Karyawan Baru di Perusahaan Multinasional Menghadapi Perbedaan Cara Komunikasi Lintas Budaya

Bekerja di perusahaan multinasional sering kali berarti harus menyesuaikan diri dengan gaya komunikasi lintas budaya.

Misalnya, di budaya tertentu, komunikasi langsung dan to the point dianggap efisien, sementara di budaya lain, pendekatan yang lebih diplomatis dan berlapis mungkin lebih dihargai.

Karyawan baru mungkin merasa bingung atau tidak yakin bagaimana menyampaikan ide atau memberikan masukan tanpa menyinggung rekan kerja dari latar belakang budaya yang berbeda.

Contoh Kasus: Karyawan yang Sebelumnya Bekerja di Perusahaan Startup Kesulitan Menyesuaikan Diri dengan Aturan Formal Perusahaan Korporasi Besar

Karyawan yang terbiasa dengan budaya startup yang cenderung santai dan non-hierarkis mungkin menghadapi tantangan ketika berpindah ke perusahaan korporasi besar dengan struktur yang lebih formal.

Mereka mungkin merasa tertekan oleh proses yang kaku, lapisan persetujuan yang panjang, atau aturan berpakaian yang formal. Hal ini bisa memunculkan rasa frustrasi karena perbedaan dalam dinamika kerja dan ekspektasi.

Contoh Kasus: Perbedaan Kebiasaan Waktu Kerja, seperti Fleksibilitas Jam Kerja di Startup Dibandingkan Jam Kerja Tetap di Perusahaan Konvensional

Karyawan yang berasal dari startup, di mana jam kerja lebih fleksibel dan hasil lebih ditekankan dibandingkan waktu kehadiran, bisa merasa sulit beradaptasi dengan sistem jam kerja tetap di perusahaan konvensional.

Misalnya, mereka mungkin merasa terhambat oleh kewajiban datang tepat waktu atau jam istirahat yang terstruktur ketat. Sebaliknya, karyawan dari perusahaan dengan jam kerja tetap mungkin merasa bingung dengan budaya kerja startup yang lebih dinamis dan tanpa jadwal pasti.

Pentingnya Dukungan HR dalam Mengelola Culture Shock

1. Peran HR sebagai Fasilitator Adaptasi

HR memainkan peran penting sebagai fasilitator dalam membantu karyawan baru beradaptasi dengan budaya perusahaan. Dengan menyediakan proses onboarding yang efektif, HR dapat memperkenalkan nilai-nilai inti, norma, dan ekspektasi perusahaan.

Selain itu, HR bertugas menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan inklusif, sehingga karyawan merasa diterima dan termotivasi untuk berkontribusi. Dengan pendekatan yang proaktif, HR dapat meminimalkan dampak negatif culture shock pada karyawan dan organisasi.

2. Mengidentifikasi Tanda-Tanda Karyawan Mengalami Culture Shock

HR juga perlu memiliki kemampuan untuk mengenali tanda-tanda bahwa seorang karyawan mengalami culture shock, seperti perubahan perilaku, penurunan produktivitas, atau kesulitan dalam berkomunikasi dengan tim.

Dengan mengidentifikasi masalah ini sejak dini, HR dapat mengambil langkah yang tepat, seperti memberikan dukungan emosional, bimbingan, atau mentoring, untuk membantu karyawan mengatasi tantangan yang mereka hadapi.

3. Menyediakan Alat Bantu untuk Adaptasi

HR dapat menyediakan berbagai alat bantu untuk membantu karyawan menyesuaikan diri dengan budaya kerja baru.

Ini bisa mencakup modul orientasi kerja yang menjelaskan kebijakan, prosedur, dan budaya perusahaan secara mendalam, serta program pelatihan budaya perusahaan untuk memperkuat pemahaman karyawan tentang nilai-nilai organisasi.

Selain itu, kegiatan seperti workshop atau sesi team building dapat digunakan untuk mendorong interaksi antara karyawan baru dan tim mereka, mempercepat proses integrasi.

Itulah tadi penjelasan lengkap mengenai culture shock. Culture shock tidak hanya berdampak pada kesejahteraan individu karyawan, tetapi juga dapat memengaruhi kinerja dan dinamika perusahaan secara keseluruhan.

Oleh karena itu, perusahaan perlu menyediakan dukungan dan proses onboarding yang efektif untuk membantu karyawan baru mengatasi culture shock dan menyesuaikan diri dengan budaya kerja.

Membantu proses onboarding dengan mudah, Anda bisa memanfaatkan software HRIS Mekari Talenta. Sebagai salah satu bagian dari proses rekrutmen, onboarding karyawan membutuhkan proses yang efisien.

Mekari Talenta dapat mempermudah proses rekrutmen, memahami tipe-tipe karyawan, dan melakukan penilaian yang lebih komprehensif sehingga perusahaan Anda dapat merekrut karyawan yang tepat sesuai dengan budaya dan kebutuhan bisnis.

Dengan fitur Recruitment, Anda dapat memantau proses tahapan masing-masing pelamar dalam satu dashboard terintegrasi. Hal ini membuat proses rekrutmen jadi lebih mudah dilacak sampai ke tahapan onboarding.

Mekari Talenta juga memiliki job portal yang memungkinkan perusahaan memiliki halaman tersendiri untuk mem-posting lowongan pekerjaan. Selain itu, lowongan pekerjaan yang di-post juga dapat terintegrasi dengan LinkedIn untuk memudahkan penyaringan pelamar kerja.

Tertarik menggunakan fitur Recruitment dari Mekari Talenta? Hubungi tim sales kami sekarang juga dan coba gratis demo aplikasinya.

Image
Jordhi Farhansyah
Penulis yang selama 2 tahun terakhir fokus memproduksi konten seputar HR dan bisnis. Selain menulis, sehari-hari Jordhi juga aktif merawat hobinya di bidang fotografi analog.
WhatsApp Hubungi sales