Tidak hanya CEO, dalam jajaran tertinggi struktur organisasi juga terdapat posis dengan awalan “C” lainnya. Salah satunya adalah CMO (Chief Marketing Officer).
Pada struktur organisasi bisnis modern, CEO tidak lagi bekerja sendiri dan dibantu dengan pemangku jabatan tertinggi lainnya, termasuk CMO.
Seperti namanya, seorang CMO bertanggung jawab atas segala aktivitas pemasaran atau marketing di suatu perusahaan.
Sebagai panduan, Mekari Talenta kali ini membahas secara singkat apa itu Chief Marketing Officer (CMO), apa saja perannya, dan juga tips merekrut kandidat yang akan mengisi jabatan tersebut.
Apa itu CMO?
CMO atau Chief Marketing Officer adalah jabatan tertinggi dalam sebuah organisasi perusahaan yang bertanggung jawab untuk mengawasi seluruh aktivitas marketing.
Memangku jabatan tertinggi di bidang marketing, seorang CMO juga memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan strategis marketing perusahaan sesuai dengan pertimbangan CEO dan Board of Directors.
Di Indonesia sendiri, secara umum posisi CMO berada di puncak organisasi bersama CEO dan merupakan jabatan eksekutif.
Itu artinya seorang CMO bertanggung jawab untuk mengawasi, mengatur, dan memastikan bahwa strategi dan taktik marketing perusahaan dapat berjalan secara day-to-day.
Selain itu, seorang CMO biasanya dipilih oleh CEO melalui proses rekrutmen secara terbuka atas pertimbangan Board of Directors.
Seorang CMO biasanya membawahi jabatan marketing sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Misalnya, digital marketing, marketing communication, customer service, hingga UI/UX.
Tugas dan wewenang seorang CMO
Mengutip Gartner, peran seorang Chief Marketing Officer atau CMO adalah memastikan perencanaan dan eksekusi marketing perusahaan efektif dan sejalan dengan tujuan bisnis.
Namun di era industri modern yang memerlukan berbagai pendekatan, saat ini tugas CMO memiliki spektrum yang jauh lebih luas.
Bahkan menurut CMO Lacework, Meagan Eisenberg, dalam praktiknya seorang CMO selalu bersinggungan dengan divisi lain seperti tim produk, sales, IT, HR, dan keuangan.
Sebagai gambaran, berikut 6 tugas dan wewenang seorang Chief Marketing Officer yang Mekari Talenta rangkum melalui tulisan pakar marketing Marie Gulin-Merle melalui Think with Google.
Voice of consumer
Bertugas sebagai suara konsumen atau penjembatan antara konsumen dan bisnis dengan memahami apa yang konsumen inginkan dan butuhkan, sehingga perusahaan bisa memberikan produk dan pengalaman yang terbaik, lebih personal, dan tentunya terukur dari segi bisnis.
Growth hacking
Menciptakan, merencanakan, mengelola, sekaligus mengawasi seluruh aktivitas marketing agar bisnis berkembang dan berkelanjutan dari segi profit.
Ingenious storytelling
Seorang CMO juga bertanggung jawab untuk menyusun unique selling point, brand dan brand persona secara konsisten dan menyampaikannya kepada konsumen di berbagai funnel dan channel.
Seorang CMO juga memastikan bahwa brand yang dibangun tersampaikan hingga mampu melibatkan konsumen di dalamnya.
Capability building
Seorang CMO juga memiliki wewenang untuk mengembangkan diri dan tim dalam memiliki literasi digital dan teknologi.
Seperti mampu menguasai dan menginterpretasikan data, consumer insight, atau teknologi dan tren marketing yang ada.
Dengan begitu, life-cycle marketing yang dibangun jauh lebih baik. Contohnya life-cycle pengalaman konsumen atau proses manajemen.
Innovation catalyst
Selalu memiliki ide dan eksperimen untuk mencari peluang baru yang dapat meningkatkan pendapatan perusahaan melalui berbagai aktivitas marketing.
Innovation catalyst juga membuat CEO dituntut untuk bereksperimen dengan teknologi dan tren terbaru yang ada. Dalam hal ini adalah teknologi misalnya AI, social media, atau software-software lain.
Collaborator
Seorang CMO juga bertugas sebagai kolaborator baik secara eksternal maupun internal. Secara eksternal misalnya kerjasama dengan pihak ketiga atau stakeholders.
Sementara secara internal, seorang CMO bekerjasama dengan C-level lainnya seperti CEO, CFO untuk keuangan, COO untuk urusan administrasi, dan CTO untuk urusan pengembangan teknologi.
Keterampilan yang dibutuhkan CMO
Menjadi Chief Marketing Officer ulung tentunya harus memiliki bekal keterampilan yang sesuai dengan perannya. Secara soft-skill, seorang CMO setidaknya memiliki keterampilan berikut.
- Critical thinking. Mampu berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah
- Innovative thinking. Selalu ingin mengetahui suatu hal dan menciptakan hal-hal tadi menjadi ide baru
- Growth mindset. Pasar atau market selalu berubah-ubah, seorang CMO harus ingin belajar dan tumbuh
- Leadership. Mengembang jabatan tinggi, seorang CMO wajib memiliki sikap kepemimpinan yang baik
- Progressive thinking. Mampu terbuka dan beradaptasi terhadap hal-hal baru untuk kepentingan bersama
- Communication. CMO tidak bekerja sendiri, Ia akan bersinggungan dengan stakeholders serta jajaran C-level lainnya yaitu CEO, CFO, dan COO.
Sementara dari segi hard skill, yang dibutuhkan meliputi sebagai berikut.
- Data analytics. Mampu membaca dan mengimpretasi data
- Marketing fundamentals. Dasar-dasar marketing seperti STP, unique selling point, marketing mix, marketing funnel, consumer journey, dan brand persona
- Marketing technologies. Memahami dasar-dasar teknologi penunjang marketing seperti media sosial, email, SEO, digital ads, dan AI
- Product management. Meliputi kemampuan pengelolaan produk mulai dari riset hingga pengembangan produk
Rata-rata upah atau gaji seorang CMO
Mengingat jabatannya dan tanggung jawab yang tinggi, seorang Chief Marketing Officer juga dibayar dengan upah yang tinggi pula.
Mengutip media CIO, rata-rata gaji seorang CMO di Indonesia berada pada angka Rp1,5 miliar hingga Rp3 miliar per tahun dan menjadi yang tertinggi kedua setelah Singapura.
Namun, perlu digarisbawahi bahwa gaji jabatan satu ini berbeda-beda tergantung industri, skala bisnis, daerah, dan kepemilikan usaha.
Mengutip laporan Indonesia Salary Guide 2023 yang dilakukan oleh Michael Page, masing-masing rerata gaji CMO dibagi ke berbagai bidang industri.
Pada laporan tersebut, rata-rata gaji CMO tertinggi ada pada industri ritel yaitu Rp150 juta per bulan. Diikuti industri manufaktur dan kesehatan pada Rp 130 juta per bulan, dan industri teknologi sebesar Rp125 juta per bulan.
Masa depan karier CMO
Meski berada pada puncak organisasi, CMO pun juga mengalami turnover. Mengutip Spencer Stuart, perusahaan biasanya mengalami pergantian CMO setiap 4-5 tahun sekali.
Posisi CMO sendiri biasanya sangat dibutuhkan oleh perusahaan rintisan ketika ingin scale up atau lepas landas hingga bisa melantai di bursa saham.
Indonesia sendiri pun merupakan negara yang memiliki jumlah perusahaan rintisan terbanyak keenam di dunia. Peluang karier di bidang CMO pun masih terbuka lebar.
Apalagi, saat ini dunia memasuki industri 4.0 di mana perusahaan dituntut serba cepat dan mampu menangkap peluang dari ketersediaan data dan teknologi.
Hal ini pula yang membuat seorang CMO masa depan tidak lagi hanya memiliki skill-set konvensional.
Kedepannya, seorang CMO juga harus memahami digitalisasi, bekerja berbasis data, dan mampu menjangkau karyawan-karyawan di bawahnya (employee engagement).
Dengan kata lain, saat ini siapapun bahkan orang-orang yang tidak memiliki latar belakang marketing sekalipun memiliki kesempatan yang sama untuk menapaki jabatan eksekutif tertinggi satu ini.
Tips memilih CMO yang baik
Sebagai panduan, berikut tips memilih CMO (Chief Marketing Officer) yang baik agar sejalan dengan tujuan bisnis Anda.
1. Tentukan Prioritas sesuai Kebutuhan Perusahaan
Mengutip Circle Capital, ada 3 hal yang menjadi fokus utama perusahaan ketika ingin merekrut seorang CMO yaitu brand, produk, dan pasar.
Berdasarkan 3 hal tadi, mana yang paling dibutuhkan oleh perusahaan Anda saat ini dan sepuluh tahun ke depan.
Seperti yang Anda tahu, seorang CMO bukanlah makhluk setengah dewa yang bisa memahami ketiga hal tersebut.
Oleh karena itu dari sisi rekrutmen, pastikan Anda memahami prioritas bisnis dari ketiga hal tadi dan selaraskan dengan potensi yang dimiliki oleh kandidat dari ketiga hal tadi.
Selain itu, mengidentifikasi prioritas bisa mempermudah HR dalam menyusun job requirement saat proses rekrutmen.
2. Merekrut CMO di waktu yang salah
Merekrut CMO juga perlu timing. masih mengutip Circle Capital, waktu yang tepat untuk merekrut seorang CMO ketika perusahaan ingin melakukan expanding.
Misalnya melakukan diferensiasi atau menciptakan produk baru hingga memperluas atau menciptakan pasar baru.
Namun jika bisnis Anda belum terdesentralisasi dengan baik dan secara keuangan belum stabil, jabatan CMO bukanlah prioritas Anda.
3, Tidak berfokus pada perekrutan internal
Cara paling mudah merekrut karyawan adalah melalui proses perekrutan internal yang diambil dari jabatan di bawahnya seperti Head of Marketing atau Marketing Supervisor.
Hal ini karena karyawan internal sudah memahami kondisi bisnis perusahaan tersebut serta memangkas waktu perekrutan.
Namun kembali ke poin pertama, apa yang perusahaan butuhkan saat ini? Jika kualifikasi tersebut tidak ada di karyawan internal Anda, merekrut CMO secara eksternal jauh lebih efektif.
Selain itu, proses rekrutmen pun berjalan jauh lebih objektif. Anda bisa mendapatkan masukan dan pemecahan masalah dari kandidat eksternal.
4. Lakukan metode rekrutmen yang efektif
Mencari kandidat posisi puncak membutuhkan proses asesmen yang ketat. Menggunakan metode rekrutmen yang serampangan justru bisa menjadi bumerang untuk bisnis Anda.
Agar proses rekrutmen berjalan efektif dengan proses asesmen yang cepat, transparan, dan komprehensif tidak bisa dilakukan hanya dengan satu tangan.
Anda bisa memanfaatkan software rekrutmen seperti Mekari Talenta untuk menciptakan metode rekrutmen yang komprehensif.
Melalui Mekari Talenta, Anda bisa menjangkau kandidat secara lebih luas dengan berbagai metode asesmen secara online dan otomatis.
Anda juga bisa membuat talent pool untuk mengisi kandidat-kandidat yang sesuai secara otomatis sehingga proses rekrutmen jauh lebih efektif dan efisien.
Tertarik mengetahui fiturnya lebih lanjut? Anda bisa berkonsultasi dengan tim sales kami sekaligus mencoba demo aplikasinya sekarang.
Bagaimana cara menjadi seorang CMO?
Bagi Anda yang tertarik berkarier di bidang satu ini, satu langkah awal pasti adalah menempuh pendidikan yang sejalan dengan posisi CMO seperti komunikasi dan bisnis.
Namun bukan berarti, orang-orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan tersebut tidak memiliki kesempatan menjadi CMO.
Sebagai panduan, Anda bisa mengikuti langkah-langkah berikut apabila ingin menjadi seorang CMO.
1. Memiliki skill set yang dibutuhkan
Apapun latar belakang pendidikan Anda, pastikan Anda memiliki skill-set yang dibutuhkan bagi seorang CMO.
Skill set yang dimaksud seperti kepemimpinan, product management, data analytics, digital marketing, copywriting, hingga kemampuan yang berkaitan dengan industri.
2. Bangun pengalaman
Fokus pada satu bidang pekerjaan yang berada di dalam jangkauan Chief Marketing Officer dan lakukan setidaknya dalam kurun waktu 10 tahun.
Anda bisa menekuni digital performance, digital marketing, SEO, data analyst, product development, market analyst bahkan creative director.
3. Raih pendidikan lanjutan
Raih gelar lanjutan seperti S2 dan S3. Tidak sedikit Board of Directors (BoD) dan CEO perusahaan yang menjadikan gelar lanjutan sebagai salah satu syarat sebagai CMO.
4. Bangun portofolio
Bangun portofolio berdasarkan karir Anda. Catat prestasi apa saja yang Anda lakukan di jabatan sebelumnya dan membuat simulasi pemecahan masalah dari studi kasus perusahaan lain
5. Bangun networking
Bangun networking dengan cara mengikuti pertemuan antar industri, pameran, atau komunitas.
Networking dengan sendirinya Anda bisa menunjukkan keahlian dan portofolio Anda, menemukan mentor, atau bahkan jejaring yang membuka Anda ke tahap posisi CMO
6. Melamar Posisi yang Lebih Tinggi
Melamar posisi CMO secara langsung atau posisi yang lebih tinggi dari posisi Anda saat ini. Sudah jadi rahasia umum bahwa CMO diangkat oleh BoD dan CEO dari struktur internal berdasarkan jabatan sebelumnya.
Demikian penjelasan secara singkat tentang Chief Marketing Officer (CMO). Semoga dapat membantu Anda lebih memahami posisi eksekutif tertinggi di dalam struktur organisasi perusahaan.