Merekrut Mantan Karyawan Seperti Jatuh Cinta Lagi Setelah Putus

By Wiji NurhayatPublished 03 Feb, 2020 Diperbarui 20 Maret 2024

Mengingat masa lalu ditinggal karyawan mungkin pahit rasanya bagi perusahaan. Mantan karyawan apalagi jika memiliki kesan terbaik bagi perusahaan menjadi rindu tersendiri. Seringkali terbesit untuk merekrut kembali mantan karyawan.

Namun apa jadinya kalau karyawan tersebut justru tiba-tiba ingin kembali bekerja di perusahaan Anda? Pilihannya adalah Anda bisa langsung menolaknya atau justru dengan senang hati menerimanya.

Bagi perusahaan, pilihan tersebut memang sulit. Tetapi jangan salah karena saat ini banyak sekali mantan karyawan yang kembali bekerja di perusahaan yang dulu pernah dia tinggalkan. Seperti jatuh cinta lagi setelah putus, bukan?

Ada banyak alasan mengapa karyawan bisa meninggalkan perusahaannya terdahulu. Misalnya, dia menilai bahwa kariernya sudah mandek hingga mendapatkan tawaran kompensasi benefit yang lebih menarik dari perusahaan lain.

Merekrut Mantan Karyawan, Apakah Wajar?

Ada banyak persepsi yang mungkin beredar baik dari kalangan karyawan maupun perusahaan sendiri terkait merekrut kembali mantan karyawan.

Beberapa berpendapat bahwa merekrut mantan karyawan adalah hal wajar dan tidak menyalahi aturan. Beberapa lainnya mengiyakan dan mewajarkan dengan alasan hubungan antar perusahaan-karyawan merupakan hubungan profesional.

Menurut seorang ahli HR , Edwin Ginanjar berpendapat bahwa saat ini ada dua pandangan terkait baik-tidaknya merekrut mantan karyawan.

“Persepsi umum, (kalangan) mainstream mengatakan tidak wajar karena karyawan yang sudah resign dianggap berkhianat karena pindah ke lain hati (perusahaan). Dari persepsi anti mainstream, mengatakan wajar-wajar saja karena situasional,” kata HR Expert Edwin Ginanjar saat dihubungi Mekari Talenta, Senin (3/2).

Baca juga: Turnover Karyawan Jadi Masalah Menakutkan Perusahaan, Apa Solusinya?

Mengapa Karyawan Resign dan Ingin Kembali?

Sebelum menyelam lebih dalam, ada baiknya mencari tahu mengapa seorang karyawan harus meninggalkan perusahaannya padahal masih ada rasa cinta.

Edwin menyebut ada 3 faktor utama yang mendorongnya yaitu ketidakcocokan dengan atasan baik itu menyangkut budaya kerja maupun kebijakan perusahaan, minimnya kesempatan untuk growth alias new challenge atau learning and development, dan rendahnya apresiasi dari tempat lama terutama dalam hal kompensasi dan benefit.

Faktor yang disebutkan Edwin, sama persis dengan penelitian Retention Report tahun 2017 yang menyebabkan turnover karyawan. Menurut Edwin dari ketiga faktor tersebut yang paling utama menyebabkan karyawan resign adalah ketidakcocokan dengan atasan baik itu menyangkut budaya kerja maupun kebijakan perusahaan.

Edwin melanjutkan, menjadi atasan memang bukan pekerjaan yang mudah. Dia menilai perilaku atasan yang tidak menyenangkan bisa membuat karyawan pindah kerja.

Oleh karena itu, dia menganjurkan atasan harus memiliki perilaku yang baik karena dapat mempengaruhi kepuasan karyawan. Atasan yang baik seharusnya mau memberikan apresiasi dan pujian yang tulus atas kerja karyawannya.

Atasan juga sebaiknya menjadi pendengar yang baik, mau mengakui kesalahan, melihat dari sudut pandang yang berbeda, dan menghargai kontribusi setiap karyawannya. Apabila atasan tidak bisa bersikap seperti di atas, maka tingkat loyalitas karyawan padanya akan rendah.

“Yang saya pelajari faktor atasan atau leader yang paling berpengaruh untuk membuat karyawan resign. Kedua, bisa juga soal integritas dimana karyawan tidak mau terlibat persekongkolan, perbuatan tidak jujur, manipulasi dan lain-lain. Office politics yang kencang, dalam balutan budaya perusahaan yang bobrok,” sebutnya.

Dari pengalaman Edwin, biasanya setelah perusahaan berganti atasan maka atasan yang baru akan merekrut karyawan yang berpengalaman dan bisa cepat beradaptasi untuk merealisasikan semua target perusahaan. Oleh karena itu, merekrut mantan karyawan adalah pilihan terbaik.

“Kisah nyatanya, karyawan bisa kembali lagi karena sudah ganti leadernya. Masalah-masalah besar yang menjadi penyebab resign sudah selesai. Perusahaan lama berada dalam perubahan yang cepat, butuh orang-orang penting yang benar-benar paham situasi kondisi sebelumnya,” jelasnya.

Merekrut Mantan Karyawan, Kenapa Tidak?

Antara gengsi atau kebutuhan, merekrut mantan karyawan tenyata susah-susah gampang. Hanya saja, survei yang dilakukan Workplace Trends di tahun 2015 memperlihatkan bahwa 75 persen kalangan HR lebih suka untuk merekrut lagi mantan karyawan. Kok bisa?

Alasannya sederhana. Coba Anda bayangkan sebagai pecinta kopi. Anda tentu sudah memiliki kedai kopi favorit. Lalu, apakah Anda akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk mencoba kedai kopi lainnya? Tentu tidak, Anda akan lebih banyak menghabiskan waktu di kedai kopi favorit Anda dengan kopi kesukaan Anda.

Seperti itulah mantan karyawan. Anda sudah mengetahui karakter dan kinerjanya dibandingkan kandidat yang baru Anda baca riwayat hidupnya. Namun perlu diingat, merekrut mantan karyawan juga tidak sembarang dan perlu pertimbangan.

Baca juga: 4 Karakter Karyawan Milenial yang Harus Dipahami Perusahaan

Yes, prinsipnya kembali ke kebutuhan bisnisnya dan etika bisnis pun tidak salah kok. Sama juga ada kalanya perusahaan memutuskan kerja sama dengan sebuah vendor yang sudah lama berpartner kemudian seiring berjalannya waktu, setelah evaluasi memutuskan untuk kembali bekerja sama. It’s all about business right,” tutur Edwin.

Edwin menilai biasanya mantan karyawan telah memahami dasar-dasar bisnis sehingga tidak memerlukan banyak pelatihan daripada menerima karyawan baru. Selain itu mantan karyawan pun mengenal lingkungan kerja, baik dengan karyawan lain, suasananya, sistem kerja, dan lain-lain. Cara ini memudahkan adaptasi dan sosialisasi yang diperlukan dalam dunia kerja.

“Terutama karena talent di posisi tersebut supplynya cukup sulit atau bisnis butuh orang yang sangat cepat adaptasinya. Maka karyawan lama yang sudah resign yang dianggap profilnya tepat untuk mengisi posisi tersebut,” timpalnya.

Tapi pertimbangan tersebut tidak cukup. Mempekerjakan mantan karyawan juga butuh kehati-hatian. Misalnya, mereka mungkin menyimpan dendam lama.

Biasanya ada kecenderungan, karyawan tersebut keluar karena terjadi gesekan dengan rekan kerja di masa lalu. Dendam lama tersebut yang mengakibatkan perseteruan dan dapat merusak suasana kerja di kantor.

Kecenderungan lainnya yang harus dipertimbangkan adalah mantan karyawan bisa menjadi keras kepala. Penyebabnya, mereka berpegang teguh pada proses dan sistem lama dari masa jabatan sebelumnya.

Sementara perusahaan Anda sekarang ini terus bergerak dan berubah. Hal lainnya adalah, mereka juga tidak ingin disamakan dengan karyawan baru seperti bersikap senioritas hingga meminta tunjangan dan kompensasi lebih dari masa kerja sebelumnya.

“Oleh karena itu HR-nya kudu sering ngopi, ngobrol ngalor ngidul sama karyawan di berbagai lapisan harus dapet feelnya di daily operation, what employee feel. Kalau HR-nya pintar memainkan peran dan fungsinya sometimes dia bisa dengan mudah tahu ada konflik antara siapa dan siapa dan perlu menganalisa apakah berdampak pada kinerja individual bahkan keseluruhan atau tidak. Konflik itu mostly dari komunikasi kok,” ujarnya.

Hal yang Harus Diperhatikan HR saat Merekrut Mantan Karyawan

Tidak ada salahnya merekrut mantan karyawan. Namun sebelum melakukan itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Edwin, yang paling utama adalah apakah mantan karyawan tersebut mau berkomitmen untuk berkontribusi besar bagi perusahaan.

“Komitmen, sejauh mana si doi (mantan karyawan) akan berkomitmen untuk berkontribusi kembali di perusahaan lama. Tentu secara profesional dan etikanya juga harus bagian dari komitmen tersebut. Ada yang kembali dengan kesepakatan berbagai hal, contoh target pekerjaan dan masa kerja minimal,” sebut Edwin.

Kemudian hal lain yang perlu diperhatikan adalah komunikasi hingga kompensasi benefit.

“Komunikasi, bagaimana meramu dan menyampaikan info bahwa si doi akan kembali ke para leader bahkan kepada team member untuk menanamkan sejak awal bahwa its all about business. When the time business needs it, we’ll go for it, sesuai visi, misi dan tujuan perusahaan”, lanjut Edwin.

“Kompensasi dan benefit ini sudah harus clear dan disepakati. Rasa-rasanya sulit untuk si doi kembali ke  perusahaan lama dengan gaji lama, kalau paket kompensasi benefitnya di perusahaan baru jauh lebih besar perlu dipertimbangkan penyesuaian dengan memperhatikan budget dan struktur upahnya juga,” tutupnya.

Berikut Hal Lain yang Harus Diperhatikan:

Evaluasi Rekam Jejaknya

Periksa kembali secara teliti rekam jejak mantan karyawan tersebut. Periksalah kertas evaluasi kerja, keluhan-keluhan, hingga catatan kedisiplinannya. Ingat baik-baik bagaimana produktivitas kerjanya dan bagaimana hasilnya.

Lihat juga bagaimana situasi dan kondisi kerja saat ia meninggalkan perusahaan. Apakah saat itu bagian yang menjadi tanggung jawabnya sedang meningkat, menurun, atau sama saja.

Cari Tahu Bagaimana Hubungannya dengan Karyawan Lain

Perusahaan harus mengetahui apakah saat mantan karyawan tersebut kembali akan disambut dengan tangan terbuka oleh lingkungan atau justru sebaliknya. Jika karyawan lain keberatan dengan masuknya si mantan, jangan abaikan, pertimbangkan sekali lagi.

Periksa Secara Obyektif Prestasinya

Pertimbangkan bagaimana prestasinya di masa lalu. Apakah ia tergolong karyawan yang kompeten, biasa-biasa saja, atau berkinerja buruk. Jika menyadari bahwa kinerjanya buruk rasanya sangat tepat jika perusahaan tidak menerimanya kembali.

Bersikaplah obyektif, jangan pernah berpikir untuk menerimanya kembali hanya karena kasihan atau pertimbangan subyektif lainnya.

Meminta Rekomendasi dari Pihak Lain

Selain mengkonsultasikan dengan rekan-rekan kantor, konsultasikan dengan pihak lain yang pernah berhubungan langsung dengannya. Misalnya dengan karyawan lain di tempat kerjanya saat ini.

Tentukan pula apakah reaksi mereka positif atau negatif. Pendapat orang lain semestinya memberikan gambaran tentang si mantan karyawan. Amati apakah perusahaan yang sekarang atau pernah mempekerjakan mantan karyawan tersebut memberikan tanggapan dan puas dengan hasil kerjanya? Atau malah mengalami kegagalan?

Apakah Perusahaan Membutuhkannya

Pertimbangkan apakah saat ini perusahaan memang sedang membutuhkan penambahan karyawan atau sebaliknya? Apakah penerimaan karyawan hanya bersifat temporer atau tetap? dan pertimbangkan juga budget perusahaan sebelum menerima mantan karyawan.

Nah jika saat ini mantan karyawan mengajukan lamaran, maka pertimbangkan sekali lagi seluruh hal-hal di atas. Apakah mantan karyawan Anda pantas mendapat kesempatan yang kedua sebagai karyawan tetap Anda?

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, retensi karyawan menjadi penting agar tidak ada lagi drama merekrut mantan karyawan. Salah satu upaya dalam meningkatkan retensi adalah dengan memiliki tata kelola HR yang baik.

Tata kelola HR yang baik didukung dengan tools yang baik juga. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi seperti software HRIS. Salah satu software HRIS terbaik saat ini adalah Talenta.

Talenta memberikan kemudahan akses kebutuhan karyawan melalui layanan mandiri atau employee self-service. Di mana karyawan bisa melakukan absensi, mengakses slip gaji, hingga melakukan pinjaman melalui satu sistem terpadu.

Tertarik untuk mencoba Talenta? Isi formulir ini untuk jadwalkan demo Talenta dengan sales kami dan konsultasikan masalah HR Anda kepada kami!

Anda juga bisa coba gratis Talenta sekarang dengan klik gambar di bawah ini.

Coba Gratis Aplikasi HRIS Talenta Sekarang!

Image
Wiji Nurhayat
Editor berpengalaman di industri produksi media. Seorang jurnalis yang terampil, dan memiliki keahlian di bidang content marketing, PR, media relations, dan seorang managing editor profesional.