Sama halnya dengan rumah, karyawan dapat merasakan kenyamanan dan keamanan karena satu hal: Sense of belonging atau rasa memiliki.
Ketika seorang karyawan terpatri dengan rasa memiliki terhadap perusahaan, istilah kantor sebagai rumah kedua pun bukan hanya peribahasa saja.
Karyawan pun dapat merasakan kenyamanan, keamanan, komitmen, dan tanggung jawab layaknya di rumah sendiri. Tentunya hal tersebut tidak hanya memberikan dampak positif bagi karyawan saja namun perusahaan.
Melalui konten ini, Mekari Talenta akan menjelaskan pentingnya sense of belonging di tempat kerja dan panduan praktis bagi HR untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dengan menumbuhkan rasa memiliki.
Apa Itu Pengertian Sense of Belonging?
Menurut kamus Cambridge, secara mendasar sense of belonging adalah perasaan bahagia dan nyaman karena penerimaan dari kelompok atau komunitas.
Melalui perasaan ini, seseorang merasakan koneksi dan menjadi bagian kelompok tersebut terlepas dari perbedaan sosial budaya, ras, latar belakang dan hal lainnya.
Biasanya, orang-orang yang memiliki sense of belonging merasa nyaman jadi diri sendiri, tidak merasa sendirian, lebih bahagia, bahkan dapat bertahan di masa-masa sulit di tempat mereka berada saat ini.
Selain itu, jika mengacu pada teori Piramida Maslow, sense of belonging juga merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia.
Menurut Piramida Maslow, sense of belonging meliputi kebutuhan sosial seperti dicintai dan kebutuhan akan harga diri.
Ketika kebutuhan sosial dan harga diri terpenuhi, manusia akan mencapai puncak kebutuhannya yaitu aktualisasi diri dimana manusia mulai berfokus untuk mengembangkan diri dan lingkungan sekitar.
Hal ini pun menjadikan terciptanya sense of belonging menjadi fokus utama HR dalam beberapa tahun ke belakang terlebih setelah pandemi COVID-19.
Dengan sense of belonging yang baik, karyawan pun diharapkan mampu mengaktualisasikan diri mereka khususnya terhadap pekerjaan mereka.
Beberapa Pendapat Ahli tentang Sense of Belonging di Lingkungan Kerja
Adalah Ethan Mayo, seorang psikolog asal Australia yang populer di tahun 1920 hingga 1930-an yang lebih dulu mengemukakan teori sense of belonging di dalam lingkungan kerja.
Melalui eksperimen The Hawthorne Studies yang dilakukan pada tahun 1920-an, sang profesor mendapati hubungan antara sense of belonging dengan produktivitas kerja.
Hasilnya, faktor-faktor sosial seperti sense of belonging secara signifikan dapat memengaruhi produktivitas kerja karyawan.
Meski begitu, menurut wakil presiden Great Place to Work, Tony Bond berpendapat menciptakan sense of belonging di lingkungan kerja bukan hanya sekedar mengapresiasi karyawan.
Hal ini karena sense of belonging dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sangat beragam bahkan bisa berubah-ubah seiring waktu dan perkembangan psikologi seseorang.
Pendapat Tony Bond juga diamini oleh Vice President of Culture and Community Zillow Group, Rebekah Bastian dalam diskusi panel yang diselenggarakan oleh Wharton School of University Philadelphia.
Menurutnya, untuk mengembangkan sense of belonging di lingkungan kerja adalah mampu melihat perspektif semua orang, menghilangkan sekat, dan menghargai perbedaan individu.
Dengan kata lain, seorang manajer HR harus melihat manajemen SDM secara holistik ketika ingin menciptakan sense of belonging di tempat kerja.
Tidak hanya terikat satu-dua faktor konvensional seperti gaji atau insentif uang. Namun lebih jauh ke dalam setiap karakteristik dan kebutuhan psikologis masing-masing karyawan.
Apa Saja Elemen-elemen Sense of Belonging di Lingkungan Kerja?
Melalui rilis Deloitte yang bertajuk Elevating the Workforce Experience: The Belonging Relationship, ada tiga elemen utama yang membentuk sense of belonging di lingkungan kerja yaitu sebagai berikut.
Comfort
Adanya sense of belonging memastikan bahwa setiap karyawan merasa nyaman dan aman di dalam lingkungan kerja.
Karyawan juga harus merasa diperlakukan secara adil dan dihormati oleh rekan kerja dan perusahaan terlepas dari ras, keyakinan, suku, latar belakang, dan pengalaman.
Contoh dari elemen comfort di dalam lingkungan kerja:
- Karyawan tidak perlu melepas hijab-nya untuk posisi pekerjaan tertentu
- Perusahaan memberikan akses pekerjaan yang lebih mudah bagi karyawan yang sedang menyusui
- Karyawan dari etnis tertentu tidak merasa malu dengan tampilan dan logatnya yang khas
Connection
Dalam hal ini, karyawan mendapatkan dukungan dari rekan kerja dan atasan, kesempatan untuk berkembang, serta kesempatan untuk menjalin komunikasi antar rekan kerja dan perusahaan.
Contoh elemen connection adalah sebagai berikut:
- Karyawan mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendapatkan informasi
- Karyawan mendapatkan akses atas kebutuhan tertentu baik yang sifatnya darurat maupun tidak
- Adanya tempat bagi karyawan untuk saling berkomunikasi baik antar karyawan maupun dengan perusahaan
Contribution
Konsep sense of belonging yang membuat karyawan merasa bernilai di mata perusahaan maupun karyawan lainnya. Contohnya sebagai berikut.
- Pengangkatan karyawan dengan asas meritokrasi
- Karyawan diberi peluang untuk mengembangkan kemampuannya
- Pemberian penghargaan kepada karyawan
Apa Saja Manfaat Penerapan Sense of Belonging?
1. Meningkatkan Employee Engagement
Semakin tinggi seorang karyawan memiliki sense of belonging maka semakin tinggi pula tingkat employee engagement.
Melalui laporan Gallup, ketika seorang karyawan memiliki sense of belonging terhadap perusahaan dapat berdampak positif terhadap employee engagement.
Employee engagement sendiri adalah sikap komitmen dan dedikasi karyawan yang diberikan kepada perusahaan.
Masih dari riset yang dilakukan oleh Gallup, tingginya tingkat employee engagement juga berdampak positif pada hal lainnya.
Seperti, tingkat kehadiran karyawan yang lebih baik, tingkat kecurangan karyawan yang menurun, dan meningkatkan produktivitas karyawan.
2. Mengurangi Rasio Turnover Karyawan
Riset yang dilakukan oleh BatterUp menunjukkan. sense of belonging mampu mengurangi risiko turnover karyawan hingga 50%.
Riset tersebut juga diamini oleh temuan yang didapat oleh McKinsey, karyawan yang berhenti dari pekerjaannya selama 6 bulan terakhir 51% didasari karena tidak merasa memiliki sense of belonging.
3. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Sehat
Komunikasi yang terbuka dan saling menerima perbedaan juga mampu menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Dampak dari lingkungan kerja yang sehat tidak hanya membuat tingkat produktivitas karyawan jauh lebih baik.
Lebih dari itu, Eric Mary, country head Robert Walters Indonesia berpendapat lingkungan kerja yang sehat merupakan daya tarik bagi calon kandidat.
Perusahaan akhirnya memiliki employer branding yang kuat dan mampu menarik kandidat-kandidat terbaik lebih mudah.
Bagaimana Cara Meningkatkan Sense of Belonging Karyawan?
Sam Lalanne, Vice President of Global Diversity and Talent Management Citi mengemukakan pendapatnya tentang sense of belonging di lingkungan kerja.
Baginya, sense of belonging efektif diterapkan apabila karyawan tidak menjadi orang lain di kantor dan merasakan kenyamanan dan keamanan seperti di luar kantor.
Misalnya, Aisyah merupakan seorang muslim yang taat namun Ia bekerja di perusahaan dengan karyawan mayoritas non-muslim.
Sense of belonging yang efektif membuat Aisyah tetap bisa berekspresi sebagai seorang muslim di tempat kerja seperti puasa, beribadah, dan tidak mengganggu prinsipnya sebagai seorang muslim.
Lalu, bagaimana cara menciptakan dan meningkatkan sense of belonging yang efektif bagi karyawan?
1. Tentukan Target dan Matriks
Adanya sense of belonging di lingkungan kerja merupakan bagian dari upaya perusahaan menjadi organisasi yang inklusif.
Menurut Mckinsey, langkah pertama ketika perusahaan ingin membangun organisasi yang inklusif adalah menentukan target inklusi dan matriks untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Ada dua alat ukur atau matriks inklusivitas organisasi yaitu persepsi bisnis dan persepsi karyawan.
Matriks persepsi bisnis bisa berupa tingkat produktivitas dan feedback dari konsumen, tingkat retensi karyawan, atau rasio turnover karyawan.
Sementara contoh matriks persepsi karyawan di antaranya tingkat kepuasan kerja, kemudahan akses fasilitas kesejahteraan, dan partisipasi pelatihan karyawan.
2. Ciptakan Komunikasi Terbuka
Sense of belonging hadir dari komunikasi yang terbuka. Baik antar karyawan maupun dengan manajemen.
Pastikan perusahaan memiliki platform yang memungkinkan karyawan bisa saling berinteraksi baik secara daring maupun langsung.
Secara daring, Anda bisa memanfaatkan aplikasi Employee Self Service yang memungkinkan karyawan dan perusahaan bisa saling terhubung dan berbagi informasi.
Contoh lainnya, Anda bisa mengadakan feedback 360 derajat kepada masing-masing tim untuk memahami perbedaan antar karyawan.
3. Buat Ruang Aman bagi Karyawan
Meski sense of belonging menganut keterbukaan, bukan berarti karyawan tidak memiliki ruang amannya sendiri.
Justru dengan adanya ruang aman memberikan karyawan keleluasaan untuk berekspresi atas apa yang mereka rasakan secara pribadi kepada manajer atau perusahaan.
Salah satu contoh yang bisa Anda lakukan adalah dengan melakukan one-on-one interview setiap bulannya untuk menciptakan ruang aman bagi karyawan.
4. Buat Aktivitas yang Melibatkan Berbagai Minat dan Komunitas Tertentu
Mengadakan program yang berkaitan dengan minat karyawan adalah salah satu cara untuk meningkatkan sense of belonging. Apalagi jika melibatkan langsung karyawan.
Misalnya, mengadakan tanding futsal, kelas memasak, kompetisi gim internal, outbound, acara musik, atau menonton film bersama.
5. Adakan Fasilitas dan Kompensasi bagi Kesejahteraan Karyawan
Terakhir, berikan akses fasilitas kesejahteraan karyawan seperti fasilitas kesehatan, bantuan darurat, program pelatihan karir dan kemampuan, atau konsultasi psikologi.
Adanya fasilitas dan kompensasi kesejahteraan karyawan dapat menciptakan rasa aman bagi karyawan meski sedang berada di luar rumah.
6. Rangkul Karyawan Dimanapun Mereka Berada
Perlu dicatat, praktik membangun sense of belonging di lingkungan kerja tidak hanya sebatas dilakukan di lingkungan kerja. Hal tersebut disampaikan oleh Nate Thompson, co-founder Disruption Workforce.
Menurutnya sikap kepedulian perusahaan terhadap karyawan dimanapun karyawan berada juga bagian dari menumbuhkan sense of belonging.
Apalagi di tengah-tengah tren hybrid working, karyawan tetap ingin tetap dianggap dan dibutuhkan oleh perusahaan.
7. Manfaatkan Teknologi
Menciptakan sense of belonging tidak hanya sekedar melalui pendekatan personal namun juga dengan pendekatan teknologi.
Misalnya teknologi komunikasi seperti video conference dan aplikasi employee self-service untuk meningkatkan kualitas komunikasi karyawan dengan perusahaan.
Begitu pun dengan mengukur tingkat keberhasilan program inklusi karyawan, teknologi seperti aplikasi analisis HR sangat diperlukan.
Keberadaan teknologi HR membuat program inklusi karyawan dilakukan dengan tepat sasaran dan efektif baik dari segi waktu, biaya, dan hasil.
Terlebih semenjak krisis pandemi dan semakin berkembangnya kebutuhan karyawan membuat segala kebijakan HR harus dilakukan secara holistik, cepat dan tanpa kelim. Hal ini tentunya tidak bisa dijawab dengan cara-cara lama.
Memahami hal tersebut, Mekari Talenta sebagai HRIS hadir menjawab kebutuhan tersebut.
Melalui fitur analisis HR, Anda dapat memantau dan merekap data analisis HR dengan berbagai matriks.
Mulai dari absensi, tren pengeluaran biaya tenaga kerja, rasio turnover, hingga kinerja karyawan. Bahkan Mekari Talenta menyediakan custom dashboard sesuai dengan kebutuhan data Anda.
Tertarik menggunakan Mekari Talenta? Diskusikan kebutuhan Anda bersama tim sales kami dan coba gratis demo aplikasinya sekarang juga.