Urung Work From Home Karena Micromanagement, Begini Peran HR

By HafidhPublished 02 Apr, 2020 Diperbarui 20 Maret 2024

Micromanagement memang menjadi benalu dan merupakan salah satu faktor toxic dalam lingkungan kerja. Alih-alih meningkatkan produktivitas, micromanagement malah dapat membuat karyawan sulit berkembang, tidak produktif, dan juga stress. 

Salah satu bentuk micromanagement yang sangat fatal adalah ketika seorang manajer tidak mengizinkan karyawannya untuk bekerja dari rumah atau work from home saat wabah pandemi saat ini, COVID-19.

Memang tidak semua perusahaan dapat menerapkan work from home karena proses dan goal bisnis. Namun jika memang itu memungkinkan untuk work from home dan perusahaan tidak memberikan kesempatan itu, micromanagement mungkin bisa jadi penyebabnya.

Sebagai seorang HR, peran strategis harus dilakukan agar dapat menangani kebutuhan karyawan dan juga memenuhi hasrat atasan.  Seorang HR harus menjadi agen solusi yang dapat menampung keinginan dan kebutuhan karyawan terutama terkait kesehatan dan keamanan di saat pandemi.

Seorang HR pun juga harus mampu menjadi orang yang dapat meyakinkan para manajer untuk berhenti atau bahkan merubah sikap micromanaging pada tatanan kerja.

Lalu, bagaimana langkah strategis seorang HR dalam mengurangi perilaku micromanagement pada manajer?

micromanagement
Ilustrasi Micromanagement

Melakukan Pelatihan Manajerial dan Kerjasama Tim

HR dalam upaya mengurangi sikap mikro manajerial ini adalah melakukan pelatihan pada jajaran manajer. Pelatihan manajer berisi bagaimana seharusnya seorang atasan mempu terbuka, meningkatkan kualitas komunikasi, dan juga meningkatkan kecerdasan emosi.

Pelatihan juga dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kepercayaan antar tim. Oleh karena itu pelatihan kerjasama tim seperti outing dan juga pelatihan kepemimpinan perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas kolaborasi dan juga kepercayaan tim.

Karena pada dasarnya micromanagement itu timbul karena kualitas komunikasi atasan yang buruk dan juga rasa insecure yang akhirnya menurunkan kualitas kepercayaan kepada karyawan. 

Berikan Pandangan Bahwa Micromanagement Beri Dampak Negatif

Pernahkah mendengar istilah, “boss tells you what to do, leader teaches you how and why”. Seorang atasan yang baik akan selalu memberikan masukan kepada karyawan dan berfokus pada hasil. Sedangkan seorang atasan micro, cenderung memerintahkan suatu pekerjaan tahap demi tahap sesuai dengan keinginannya dan sangat tidak acuh terhadap masukan.

HR berperan sebagai konsultan terhadap atasan. HR harus memberikan paparan apa itu micromanagement dan dampak buruknya bagi kerjasama tim.

Beberapa studi menjelaskan bahwa micromanagement dapat menurunkan angka produktivitas karyawan hingga 55%. Studi lain juga menjelaskan seorang karyawan harus diberikan otonomi pekerjaannya agar karyawan produktif dan juga bahagia saat bekerja. Otonomi pekerjaan ini ada jika sudah tidak ada lagi micromanaging.

Patut diingat juga, micromanaging bisa menciptakan tingkat turnover karyawan terutama pada tim, dampaknya apa? Selain memberikan kerugian perusahaan, atasan akhirnya perlu mengarahkan dan karyawan tersebut perlu beradaptasi kembali dengan lingkungan kerja yang akhirnya dapat memperlambat kinerja tim.

Buat Survei Employee Engagement

Survei ini dilakukan untuk mengetahui seberapa baik perusahaan dapat memfasilitasi karyawan dalam bekerja, apa kendala selama bekerja dalam tim tersebut, bagaimana atasan dalam mendelegasikan tugas, bagaimana atasan harus bersikap, hingga masukan karyawan terhadap sistem kerja perusahaan.

Membuat survey sangat penting sebagai  bahan evaluasi HR terutama dalam mengidentifikasi adanya micromanagement dalam tim. Melalui survei ini HR dapat berdiskusi dengan atasan divisi terkait dengan kinerja dan juga langkah yang harus dilakukan.

Memfasilitasi Diskusi Tim dan Jelaskan Situasi

Tim HR juga perlu memfasilitasi sesi diskusi tim untuk membahas permasalahan kerja terutama dalam arus komunikasi dan juga kepercayaan. Dalam hal ini, HR harus merujuk pada performance appraisal, dan juga employee engagement survey.

HR juga harus memberikan situasi kenapa work from home itu perlu apalagi di tengah wabah. Jika pada perusahaan manufaktur, peran HSE juga diperlukan untuk meyakinkan jajaran manajer bahwa penting saat wabah pandemi untuk mendahulukan keamanan karyawan, yaitu dengan bekerja dari rumah.

Kembangkan Sistem Komunikasi Intra-Perusahaan

Selain meningkatkan komunikasi seperti pada poin-poin sebelumnya, HR juga harus mengembangkan sistem untuk menjembatani komunikasi antara manajer dan karyawan. HR juga harus membuat opsi strategis seperti bagaimana jika memang work from home tidak memungkinkan dan bagaimana jika work from home memungkinkan.

Tim HR juga harus mempersiapkan perangkat yang digunakan jika memang work from home dijalankan. Misalnya ketersediaan laptop, software  penunjang komunikasi, dan juga alur kerja.

Misalnya saja menggunakan software komunikasi seperti Google Meets, Google Drive, Trello, atau Flock untuk memantau kinerja sehingga kemungkinan adanya micromanaging pun dapat terhindarkan karena pekerjaan dapat dipantau bersama-sama.

Selain menggunakan software komunikasi, HR juga harus menggunakan software HR. Software yang digunakan pun harus memfasilitasi adanya work from home misalnya permintaan time off, delegasi tugas, dan juga absensi jarak jauh. Semua fitur-fitur tersebut dapat Anda dapatkan di Talenta.

Cari tahu selengkapnya mengenai produk Talenta di website Talenta atau isi formulir berikut ini untuk mencoba demo gratis Talenta secara langsung. Cukup ketuk banner di bawah ini untuk mendapatkan promo kesempatan gratis 3 bulan dengan melakukan aktivasi di bulan April 2020.

[adrotate banner=”4″]

 

Hafidh