Menjelang pergantian tahun menuju 2020, tentu banyak hal yang akan berubah dari industri dan bisnis. Tidak hanya menyoal strategi pemasaran, pengembangan produk dan target keuntungan, tren mengenai pengelolaan SDM yang dimiliki perusahaan juga turut mengalami perubahan. Trend HR 2020 sendiri diprediksi akan banyak berorientasi pada penggunaan teknologi baru guna mendukung optimalisasi pengelolaan HR dari rekrutmen, maintenance hingga purna tugas.
Contoh Tren HR 2020
Setidaknya ada 4 (empat) hal besar yang akan lekat sekali dengan bahasan tren HR 2020, yakni HR Analytics, teknologi terbaru, jenis pekerjaan dan generasi millenial, serta fokus pengelolaan SDM. Keempat hal tersebut akan dibahas pada artikel ini, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai apa yang penting dan signifikan pada tren yang akan muncul kemudian.
Trend HR 2020 Analytics
Yang dimaksud dengan HR Analytics sendiri adalah pendekatan yang berorientasi pada data untuk mengidentifikasi dan menganalisa mengenai permasalahan yang terkait dengan SDM yang ada dalam perusahaan. Dengan bantuan pendekatan ini, staf dan manajer HR dapat memadukan dan menganalisa data yang mereka dapatkan untuk menemukan insight baru dan berguna. Secara sederhana, data yang tersedia kemudian dimaksimalkan untuk membantu membuat keputusan penting sehingga keputusan dibuat dengan dasar fakta yang kuat.
Meski definisi tersebut banyak dipahami oleh manajer dan bagian HR terkait, sialnya tidak banyak yang dapat menggunakan metode ini, cara dan data yang dimiliki, untuk menyusun pertimbangan yang cermat. Kebanyakan hanya digunakan untuk menjadi alasan pendukung saja terkait keputusan yang diambil, bukan menjadi dasar keputusan tersebut diambil.
a. Apa yang Bisa Dilakukan dengan Data dan Analisa?
Kemampuan analisa data, penggunaan tools yang efektif, serta pertimbangan matang dari bagian atau manajer HR dapat benar-benar membawa banyak perubahan untuk perusahaan Anda. Misal sebagai contoh, ketika di perusahaan Anda terdapat kecenderungan turnover yang tinggi namun tidak diketahui penyebab jelasnya, maka analisa data trend HR 2020 dapat membantu menemukan penyebab serta solusi yang bisa dilakukan agar hal ini tidak terjadi lagi.
Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan variabel ukuran yang jelas dan relevan, sehingga data yang dikumpulkan dapat dengan mudah terbaca dan dianalisa. Data ini bisa didapatkan dari tinjauan pada tingkat pengunduran diri, alasan yang diberikan karyawan serta di bagian mana karyawan tersebut bekerja. Setelah itu dapat dilanjutkan dengan menghubungkan dengan ukuran peningkatan gaji, analisa performa dan waktu promosi jabatan yang diberikan pada karyawan.
Dengan variabel yang didapatkan di atas, maka bagian HR akan mendapatkan insight mengenai siapa-siapa saja yang memutuskan untuk mengundurkan diri dan penyebabnya. Dengan begini perusahaan secara umum dapat menyusun kebijakan dan rencana program retensi karyawan untuk menjaga agar karyawan dengan potensi besar tidak pergi.
b. Kembali Ke Faktor Fundamental
Pada bagian ini akan sedikit dipaparkan beberapa pertanyaan yang akan melihat sejauh mana pengetahuan Anda, baik sebagai pemilik, pengelola atau bagian HR di perusahaan, terhadap hal mendasar terkait karyawan yang Anda miliki.
Jika Anda dapat menjawab pertanyaan ini dengan waktu singkat, Anda memiliki pengetahuan dan data yang baik pada staff yang Anda miliki. Jika tidak, well, mungkin sudah waktunya Anda melakukan riset dan mendalami SDM yang Anda miliki di perusahaan Anda.
Pertanyaan Dasar :
- Berapa banyak karyawan yang Anda miliki?
- Bagaimana persebaran rata-rata usia, gender dan gaji di perusahaan Anda?
Pertanyaan Lanjutan :
- Secara rata-rata, berapa lama karyawan yang Anda miliki bekerja untuk perusahaan Anda?
- Adakah satu bagian yang memiliki kecenderungan ditinggalkan oleh karyawan? Jika ada, apa penyebabnya?
- Kapan waktu cuti sakit diambil paling sering dan apa penyebabnya?
Teknologi Terbaru yang Hadir
Kehadiran teknologi baru dan perkembangannya tidak dapat dihindari. Mau tidak mau, perusahaan juga harus melakukan adaptasi dengan teknologi baru ini. Dalam pengelolaan HR dan trend HR 2020 yang akan datang, setidaknya ada 3 teknologi baru yang akan banyak berpengaruh. Diantaranya adalah RPA (Robotic Process Automation), AI (Artificial Intelligence) dan VR (Virtual Reality).
a. Robotic Process Automation
Merupakan aplikasi dari teknologi yang diatur dengan logika bisnis dan input terstruktur dengan tujuan otomatisasi proses bisinis yang ada (CIO Magazine). Secara praktis, RPA akan banyak membantu pada proses dengan masukan data dan membantu perusahaan menyelesaikan urusan transaksi, manipulasi data dan respon serta berkomunikasi dengan sistem digital atau aplikasi lainnya.
Lalu apa relevansinya dengan HR? Logika dari RPA adalah otomatisasi proses yang berkaitan dengan data. Ketika HR menggunakan RPA dalam proses kerjanya, segala hal pekerjaan rutin dapat diselesaikan dengan cepat. Misalnya saja yang paling jelas adalah pada proses rekrutmen karyawan, alih-alih secara manual bagian HR harus melakukan pembaruan pada applicant tracking system.
Setelah mendapatkan karyawan baru, membuat catatan dan berkas baru pada database dan mengumpulkan dokumentasi karyawan, RPA dapat menyelesaikan semuanya, secara otomatis. Dengan program dan serangkaian perintah yang telah diatur pada sistem, proses akan berjalan dengan sendirinya ketika ada data masukan baru.
b. Artificial Intelligence
AI sendiri menjadi bahasan hampir di setiap sektor kehidupan. Semakin maju teknologi AI, semakin banyak yang bisa dikerjakan dan dipelajari olehnya. Meski demikian kecerdasan buatan ini tidak akan menggantikan pekerjaan dari trend HR 2020. Pada dasarnya, apa yang diputuskan, dirumuskan dan direncanakan terkait SDM akan selalu kembali pada kemampuan seorang manusia untuk menganalisanya.
AI sendiri bukan berarti otomatisasi dan analisa data yang dilakukan oleh sistem, ini disebut dengan otomatisasi proses yang dilakukan oleh RPA. AI merupakan satu entitas yang dapat melakukan hal baru diluar apa yang sudah diatur didalamnya.
Penerapan AI dapat dilihat pada proses rekrutmen.
AI akan membantu mengurangi waktu proses yang berjalan dan membantu melakukan screening pada calon karyawan. Selain itu, AI juga dapat memprediksi kapan saat yang tepat untuk merekrut karyawan baru untuk posisi tertentu agar tidak terjadi kekosongan jabatan pada periode krusial.
c. Virtual Reality
Pada dasarnya, kehadiran VR dalam industri dan bisnis serta pengelolaan SDM perusahaan membawa dampak cukup signifikan, khususnya untuk membantu perusahaan melihat kemampuan praktis dari calon karyawan dan memberikan pelatihan kemampuan baru. Tentu saja, dengan teknologi ini perusahaan tidak lagi perlu bertaruh seberapa jauh kemampuan yang dimiliki calon karyawan, serta tidak menghabiskan banyak waktu dan sumber daya dalam melakukan pelatihan.
VR sendiri dapat digunakan untuk melakukan tes pada kemampuan calon karyawan secara langsung ketika proses wawancara. Dengan begini rekrutmen dapat dilakukan lebih jelas dan terukur sekaligus menjadi pembuktian dari portofolio yang dimiliki calon karyawan.
Disisi lain, ketika harus melakukan pelatihan perusahaan cukup menyusun presentasi terkait pelatihan yang harus dilakukan dan secara langsung dapat mempraktekkan materi yang baru diajarkan. Memang investasi perangkat VR bernilai cukup besar, namun jika dilihat manfaatnya, hal ini masih masuk akal guna kemajuan perusahaan dalam jangka panjang.
Pekerjaan Baru dan Kaum Millenial
Apa yang lebih dekat dengan teknologi selain kaum millenial? Kaum atau generasi ini tumbuh bersama dengan teknologi, orientasi dan adaptasinya pada teknologi baru sangat baik, sehingga dapat dengan cepat menggunakan teknologi baru secara efektif.
Di sisi yang sama, kehadiran teknologi dan penggunaannya akan membuka segmen pekerjaan baru yang dahulu tidak ada, segmen kerja yang bergelut dengan media dan teknologi baru. Cepat atau lambat, perusahaan akan memerlukan hal ini baik dengan cara mengadaptasinya secara langsung atau menggunakan pihak ketiga untuk membantu perusahaan menggunakan teknologi baru.
a. Masa Jaya Milenial
Meski generasi millenial memiliki asosiasi yang tidak terlalu baik pada sikap dan pola kerjanya, perusahaan harus menerima fakta bahwa generasi ini merupakan generasi paling relevan dalam menghadapi perubahan. Faktanya, generasi milenial adalah perubahan itu sendiri. Masa transisi dari teknologi analog ke teknologi digital menjadi masa dimana generasi ini tumbuh, sehingga teknologi merupakan hal alami untuk generasi ini.
Iklim bisnis juga akan terus berkembang dengan keberadaan generasi milenial dan generasi Y, yakni generasi sesudahnya. Generasi Y terbiasa dengan hal instan, cepat dan praktis, sehingga diharapkan dapat membawa dinamika baru dalam dunia bisnis dan ke-HR-an. Tentu agar dapat mengoptimalkan kinerja generasi ‘baru’ ini, perusahaan juga harus rela berkompromi dengan memberikan apa yang dibutuhkan oleh generasi ini.
b. Apa yang Millenial Inginkan?
Fleksibilitas, di mana pekerjaan bisa dilakukan secara fleksibel dan berorientasi pada hasil kerja. Remote-working, jam kerja fleksibel dan keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi jadi poin utama.
Komunikasi, kolaborasi dalam pekerjaan, transparansi serta respon dari manajer adalah hal penting yang diinginkan oleh karyawan millenial dan generasi Y. Penggunaan alat dan gadget dalam berkomunikasi bisa menjadi pilihan yang tepat.
Nilai yang kuat, generasi millenial dan generasi Y sangat peka terhadap isu sosial. Sebanyak 75% dari generasi millenial yang disurvei oleh Deloitte menyatakan perusahaan terlalu fokus pada agendanya sendiri tanpa terlalu peduli pada kepentingan masyarakat lebih besar dan dampak sosial.
b. Konsep Kerja Baru
Trend HR 2020 sendiri dapat dikatakan berubah menuju titik yang lebih millenial-friendly, dimana konsep utama yang diterapkan adalah people-centered approach. Tentu ini sangat cocok dengan apa yang diinginkan kebanyakan generasi milenial.
Konsep kepemimpinan yang juga muncul, bersamaan dengan tren yang berkembang, berfokus pada self-management, empowerment, kerja sama tim dan proses kerja yang cepat. Jika dilihat, hal ini tentu sangat dinamis dan memungkinkan setiap orang dalam perusahaan bergerak dengan tempo yang lebih cepat.
Dengan tren demikian, terdapat 3 konsep kerja baru yang dikenal, dan mungkin sudah mulai diterapkan.
-
Holacracy
Merupakan kebalikan dari konsep kerja tradisional. Dalam konsep kerja ini, kekuasaan tidak berlaku dari atas ke bawah namun didistribusikan secara adil untuk semua bagian organisasi. Hal ini memberikan kebebasan karyawan untuk mengatur pekerjaan yang dilakukannya tanpa lepas dari target yang diberikan perusahaan.
Tentu hal ini berjalan dengan aturan yang ketat agar tidak terjadi kebebasan yang tidak terkontrol. Komando dan perintah digantikan dengan koordinasi dan kolaborasi pada setiap bagian, sehingga iklim yang tercipta lebih nyaman dan tidak kaku.
- Gig Economy
Gig Economy sendiri sebenarnya sudah banyak diterapkan. Pada dasarnya, konsep ini mengacu pada kontrak jangka pendek dan freelancing alih-alih kontrak jangka panjang. Konsep ini sangat mendukung fleksibilitas kerja sehingga dirasa lebih cocok untuk generasi tenaga kerja yang lebih mudah.
Di Amerika sendiri setidaknya terdapat 57 juta pekerja yang menganut konsep ini. Ini berarti, sebanyak sepertiga dari seluruh pekerja yang tercatat di negara tersebut telah menerapkan pola baru, yang dapat menjadi bukti nyata bahwa konsep ini bekerja dengan baik.
- Teal Organization
Merupakan tren di mana organisasi tidak lagi bekerja secara konvensional. Nilai utama yang digunakan sebagai dasar organisasi kedepannya adalah self-management, wholeness dan evolutionary purpose. Secara garis besar, ini berarti hierarki yang tadinya menjadi hal penting dalam perusahaan akan hilang, dan berganti jadi proses kerjasama tim yang dilakukan oleh setiap bagian secara lebih luwes.
Fokus Pada SDM yang Dimiliki
Perubahan terjadi dan datang dari segala sisi. Sebagai perusahaan yang baik, respon dan rencana matang perlu disiapkan. Tidak hanya agar perusahaan dapat tetap eksis dalam dunia industri, namun juga agar perusahaan dapat berkembang dengan bermodalkan tim yang solid dan kerja sama yang sempurna.
Pandangan bahwa karyawan menjadi bagian dari biaya produksi harus dihilangkan. Nyatanya, karyawan merupakan bagian terpenting dari perusahaan yang dapat membentuk suatu perusahaan. Baik atau buruknya perusahaan sangat tergantung pada setiap staff yang dimiliki dan bekerja pada perusahaan tersebut di setiap level.
‘In spite of all its technology, a firm is only as good as its people’
Crhistian Gnonross, Emeritus Professor of Marketing, Hanken School of Economics.
a. Pengalaman Bekerja Karyawan
Bukan dalam artian pengalaman kerja yang dimiliki karyawan, namun apa yang dialami karyawan ketika bekerja dalam perusahaan Anda. Perusahaan, harus memberikan pengalaman kerja yang baik agar karyawan mendapatkan rasa nyaman dalam bekerja serta kepuasan dalam bekerja. Kedua hal ini pada akhirnya jadi faktor besar yang berpengaruh pada kinerja yang diberikan karyawan.
Pemberian fasilitas tambahan dalam lingkungan kerja serta tunjangan yang sesuai bisa jadi hal besar. Selain itu, perusahaan melalui bagian HR harus dapat membentuk budaya kerja yang ramah karyawan. Alih-alih merasa menjadi pekerja, karyawan akan merasa menjadi bagian dari suatu hal yang lebih besar. Perasaan ini dapat membuat karyawan dari generasi manapun memberikan effort lebih untuk perusahaan.
b. Employee Engagement
Setiap proses memberikan pengalaman kerja yang baik bertujuan agar karyawan yang Anda miliki merasa terhubung dengan perusahaan Anda. Logikanya, ketika karyawan dapat merasa menjadi bagian dari perusahaan dan memahami benar nilai yang dimiliki perusahaan, maka karyawan akan dengan mudah meneruskan hal ini pada pasar yang Anda miliki.
Karyawan perlu merasa terhubung dengan perusahaan, dan tidak sekedar mejadi proses transaksi jasa dan gaji saja. Secara umum, setiap karyawan akan menghabiskan sebanyak 90.000 jam hidupnya untuk bekerja. Bayangkan jika waktu ini tidak dihabiskan dengan perasaan senang, karyawan sebagai manusia akan mendapatkan banyak hal negatif dan mengurangi kualitas hidupnya.
Employee engagement diperlukan pada setiap level di perusahaan dan di segala jenis perusahaan. Tujuannya sederhana, agar karyawan mampu merasa menjadi bagian yang lebih besar, agar karyawan merasa berpartisipasi dalam satu tujuan baik, dan agar karyawan dapat bekerjasama dalam tim yang lebih solid untuk mencapai target perusahaan.
Trend HR 2020 secara garis besar berorientasi pada SDM yang dimiliki perusahaan dengan menggunakan bantuan dari teknologi yang hadir. Kerja bagian HR akan banyak terbantu dengan pemanfaatan teknologi baru, selama pemanfaatan yang dilakukan bisa tepat guna. Pemahaman pada teknologi baru harus selalu menjadi prioritas agar perusahaan dapat memilah mana teknologi yang sesuai dan cocok untuk perusahaan dan mana yang tidak.
[adrotate banner=”10″]
Tertarik untuk mencoba Talenta? Isi formulir ini untuk jadwalkan demo Talenta dengan sales kami dan konsultasikan masalah HR Anda kepada kami!
Anda juga bisa coba gratis Talenta sekarang dengan klik gambar di bawah ini.