Toxic Leader dan Cara Menyikapinya dengan Bijak

By Ervina LutfiPublished 27 Aug, 2019 Diperbarui 20 Maret 2024

Memiliki beberapa manajer bagian yang produktif dan berkualitas merupakan satu keharusan demi berkembangnya perusahaan. Namun, tak semua manajer mampu memimpin dengan efektif dan menghindari kecenderungan toxic leader.

Padahal kebiasaan ini dapat berdampak besar pada tim atau bagian yang dipimpinnya, sekaligus perusahaan yang Anda miliki.

Artikel kali ini akan sangat berguna untuk menangani manajer dengan karakter toxic leader. Anda dapat dengan mudah mengidentifikasi manajer tersebut, memberikan treatment yang tepat, serta mengubah pola kepemimpinan yang mereka terapkan.

Tak lain dan tak bukan, semata demi agar produktivitas perusahaan Anda tetap terjaga dan terhindar dari efek buruk yang mungkin ditimbulkan.

Beberapa insight yang akan disampaikan pada penjelasan di bawah bisa menjadi acuan untuk menyikapi manajer dengan sikap demikian. Atau bisa jadi, justru Anda sebagai pemimpin perusahaan yang memiliki kecenderungan toxic? Siapa yang tahu bukan?

Untuk mengenali lebih jauh, simak poin-poin di bawah ini. Segera kenali dan sikapi dengan bijak.

Baca Juga : Apakah Perbedaan dari Training Leadership dan Coaching Leadership?

Menyayangi Diri Sendiri

Well, mungkin Anda belum dapat melihat korelasinya. Namun coba bayangkan, yang dibutuhkan pemimpin adalah untuk mengarahkan, mengayomi serta mengefektifkan kerja tim yang dipimpinnya. Untuk dapat melaksanakan fungsi ini, diperlukan tenaga, perasaan, dedikasi serta ketelatenan yang tidak sedikit.

Menyayangi dalam hal ini berarti mempedulikan dan mengusahakan kondisi menjadi baik. Orang yang tidak memiliki dan memegang konsep self-care dengan baik, akan menjadi pemimpin yang toxic.

Sederhananya, pemimpin akan memberikan banyak hal agar tim atau divisinya dapat bekerja dengan optimal. Apa yang harus diberikan jika pemimpin tersebut bahkan tidak mempedulikan dirinya sendiri? Jika terus dipaksakan, hal ini akan mengurangi kualitas manajer bagian yang Anda miliki.

Bahkan dalam jangka panjang akan menurunkan performanya, tentu ini tidak baik. Maka harus ada keseimbangan antara apa yang diberikan pada perusahaan dan apa yang diberikan pada diri sendiri.

Me-time diperlukan untuk menjaga keseimbangan ini. Baik manajer bagian atau Anda sebagai pemilik perusahaan, upayakan agar memiliki waktu berkualitas dengan diri Anda sendiri sehingga dapat me-recharge diri.

Keputusan Buruk

Keputusan buruk tidak bisa dihindarkan dari aktivitas perusahaan di manapun di dunia ini. Satu dan lain hal akan menyebabkan keputusan menjadi buruk. Hal ini wajar, selama pengambil keputusan dapat menyikapinya dengan bijak dan segera bangkit dari keputusan tersebut.

Lain cerita jika kemudian pemimpin yang mengambil keputusan buruk tidak segera sadar, dan terus berlarut-larut dalam hasil dari keputusan tersebut.

Harus disadari bahwa keputusan buruk merupakan hal biasa dan tidak perlu disesali terlalu lama. Penyesalan yang terlalu lama justru akan membuat pengambil keputusan, serta pihak yang bekerja dengannya, ikut dalam nuansa negatif dan memperburuk keadaan. Baik Anda sebagai pemilik perusahaan atau manajer bagian harus sadar hal ini.

Ketika terjadi, yang perlu dilakukan adalah berhenti sejenak untuk melihat apa yang diakibatkan. Lakukan evaluasi dengan pihak terkait dan konsultasikan dengan pihak yang berkepentingan.

Jadilah terbuka pada saran dan masukan serta kritisi yang didapatkan, dan lakukan pengamatan ulang. Proses ini memang memakan waktu, namun akan melepaskan manajer bagian atau Anda dari situasi looping pengambilan keputusan yang buruk.

Ego yang Tinggi

Ego diperlukan untuk menjadi pemimpin yang fokus pada target perusahaan, sehingga dapat melihat dengan jelas titik tersebut. Selain itu, ego juga diperlukan untuk menjaga kinerja tim agar tetap dalam tingkat yang diperlukan.

Namun demikian, ego bisa menjadi negatif ketika ditampilkan sebagai sikap kurang menghargai anggota tim (dalam lingkup kecil) dan personil perusahaan lain (dalam lingkup luas).

Menghargai orang lain merupakan hal sederhana yang dapat menjadi tolak ukur karakter seseorang. Ketika ada manajer bagian yang dapat menghargai kerja anggota tim, atau bahkan staf kebersihan sekalipun, dapat dipastikan manajer bagian tersebut memiliki karakter yang diperlukan sebagai seorang pemimpin.

Jika ada manajer bagian yang tidak dapat menghargai orang lain semata karena jabatannya, maka dapat dipastikan egonya tinggi dan akan berdampak buruk jika terlalu lama dibiarkan. Untuk mengatasinya, Anda harus memberikan contoh nyata.

Sebagai pemilik perusahaan, kenali setiap orang yang bekerja di bawah Anda, berikan apresiasi, sapa orang yang mungkin bertemu. Bayangkan, bagaimana perasaan karyawan Anda ketika disapa dengan nama oleh pemilik perusahaan, efeknya sangat positif dan bisa menjadi contoh nyata untuk manajer bagian yang kurang dapat menghargai anggotanya.

Baca Juga : Tindakan Cerdas Mengatasi Kemunculan Bullying di Kantor

Toxic leader bisa muncul kapan saja dan di bagian manapun, termasuk pada diri Anda sebagai pemilik perusahaan. Untuk itu, perlu dilakukan pengembangan karakter agar setiap orang bisa bekerja secara profesional dan menciptakan lingkungan dan budaya kerja kondusif demi tercapainya target perusahaan.

Tidak perlu repot, Anda bisa memanfaatkan fitur Talenta untuk menganalisa performa kerja setiap karyawan yang Anda miliki. Data yang didapat kemudian dapat digunakan untuk merencanakan program strategis. Sehingga dapat memberikan solusi pada permasalahan yang Anda hadapi.

Image
Ervina Lutfi
Kontributor yang rutin memproduksi tulisan seputar HR dan bisnis, dengan pembahasan teliti, terstruktur, dan mudah dipahami.