Belakangan beberapa negara mengalami penurunan angka penularan Virus Corona bahkan dengan nol kasus kembali terdengar bukan karena menemukan vaksin. Namun jumlah kasus baru yang menandakan adanya gelombang kedua dari Virus Corona ini.
Sekilas Tentang Gelombang Kedua Pandemi: Virus Corona
Dr Mike Tildesley dari Universitas Warwick dalam wawancaranya di BBC menyatakan bahwa definisi gelombang kedua pandemi sama halnya dengan gelombang laut. Dimana Kurva R (reproduction numbers) menurun dan mengalami penajaman kurva yang sebanding dengan gelombang pertama pada selang waktu tertentu.
Penambahan kasus baru di beberapa negara yang berhasil meredam angka penularan seperti Korea Selatan, Selandia Baru, atau Beijing belum bisa dikatakan sebagai gelombang kedua karena belum terlihat adanya penajaman kurva yang sebanding dengan gelombang pertama.
Apa yang menyebabkan gelombang kedua Virus Corona?
Menurut WHO, gelombang kedua terjadi di antara dua tahapan pandemi yaitu; post-peak period dan post-pandemic period. Tidak semua negara akan mengalami gelombang kedua pandemi. Hal ini bergantung dengan penanganan wabah di negara tersebut.
Jika berkaca pada kasus pandemi sebelumnya seperti flu Spanyol misalnya, beberapa negara yang mengalami gelombang kedua terjadi karena ketidakdisiplinan masyarakatnya dalam mematuhi aturan protokol kesehatan atau aturan pemerintah setempat.
Selain masyarakat, kebijakan dan langkah pemerintah suatu negara juga bisa memicu adanya gelombang kedua. Misalnya saja melakukan pelonggaran lockdown saat kurva sedang berada di puncak, sistem manajemen pelacakan cluster, hingga menghentikan tes.
Paul Anabath Tambyah, presiden Asia-Pacific Society of Clinical Microbiology and Infection juga menambahkan bahwa negara yang berisiko mengalami gelombang kedua adalah mereka yang mengalami kasus transmisi lokal berkelanjutan. Angka kasus penularan transmisi lokal bahkan hingga 1000 pasien perhari.
Gelombang Kedua Virus Corona: Bagaimana Dampaknya pada Bisnis?
Menurut Dr. Kucharski, pakar epidemiologi asal London ini mengatakan bahwa kemungkinan penyebaran Virus Corona pada gelombang kedua mengalami percepatan karena adanya pertambahan rasio kelompok rentan.
Kelompok rentan yang dimaksud bukan dari aspek fisiologis saja tapi juga aspek perilaku. Saat kurva pandemi landai, masyarakat cenderung akan melupakan kondisi yang mereka sedang dan telah alami. Sehingga akan banyak orang-orang yang mengabaikan protokol kesehatan dan rentan tertular.
Oleh karena itu dampak dari gelombang kedua Virus Corona akan sangat bergantung pada perilaku masyarakat pada masa post-peak period.
Selain itu, strategi perusahaan yang dijalankan semasa pandemic atau post-peak sangat mempengaruhi bisnis. Perusahaan wajib lebih berpikir ke depan dalam menerapkan strategi manajemen krisis. Sehingga strategi yang dijalankan bukan hanya berlaku pada saat pandemi saja namun pada periode post-peak curve dan post-pandemic.
Namun nyatanya, di lapangan menunjukkan kondisi berbeda. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gartner, 48% Chief Finance Officer mengabaikan strategi lanjutan untuk mengantisipasi gelombang kedua COVID-19. Hal ini menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang belum mengantisipasi ancaman gelombang kedua Virus Corona.
Adapun dampak nyata perusahaan apabila gelombang kedua Virus Corona benar-benar terjadi adalah sebagai berikut,
- Karyawan akan lebih rentan terinfeksi, sehingga mempengaruhi kompetensi dan pencapaian perusahaan.
- Upaya perusahaan akan mengurangi beban aset misalnya kemungkinan terjadinya PHK yang lebih besar.
- Beberapa capaian atau target usaha tidak akan bisa diwujudkan.
- Perusahaan akan didorong lebih lean dan agile dalam operasi bisnisnya.
Baca juga:Â UU Ketenagakerjaan & COVID-19: Pemotongan Gaji dan PHK
Panduan perusahaan Mengantisipasi Gelombang kedua Virus Corona
Untuk mengantisipasi adanya gelombang kedua Virus Corona dan mempengaruhi bisnis secara keseluruhan, Mekari Talenta memiliki panduan lengkapnya.Â
Panduan Pertama: Memahami Kebijakan Pemerintah
Sama seperti pada gelombang pertama, mengikuti kebijakan pemerintah untuk menentukan langkah strategis perusahaan adalah hal penting.
Penyebaran Virus Corona di gelombang pertama bisa saja berbeda di tiap provinsi atau daerah di Indonesia. Misalnya saja, penyebaran di Jakarta lebih besar dibanding di Jawa Barat yang akhirnya mempengaruhi keputusan PSBB seperti durasi pelaksanannya, dan juga dimulainya pemberlakuan PSBB.
Dengan mengetahui perbedaan kebijakan pemerintah daerah terkait pandemi, Anda bisa menentukan arah strategis operasional misalnya konsumen daerah mana yang akan menjadi fokus, keputusan pembukaan kantor apabila memiliki cabang di berbagai daerah.
Panduan Kedua: Analisis Manajemen Risiko Perusahaan
Seperti yang disebutkan sebelumnya, manajemen risiko penting bagi perusahaan untuk menghadapi gelombang kedua Virus Corona. Perusahaan wajib menyusun perpanjangan strategi manajemen risiko bahkan ketika memasuki masa post-peak atau recovery.
Namun begitu, pertama Anda perlu mengidentifikasi risiko yang terjadi. Misalnya. Seberapa besar dampaknya bagi perusahaan Anda akan gelombang kedua pandemi? Goals perusahaan apa saja yang bisa diraih selama masa krisis?
Kedua, Anda bisa menganalisis siapa dan bagian apa yang paling berdampak jika terjadi gelombang kedua pandemi sekaligus melakukan asesmen terhadap risiko tersebut.
Misalnya karyawan. Unit bagian apa yang harus menjadi perhatian? Apakah bagian sales yang memiliki mobilitas tinggi? Lalu bagaimana perencanaan manajemen kerja yang baik di bagian itu? Apakah proses interaksi dengan klien menggunakan layanan video conference atau langsung bertemu dengan syarat-syarat tertentu.
Dalam menganalisis risiko Anda perlu memperhatikan: keuangan, kesehatan karyawan, compliance tools, disrupsi bisnis, dan reputasi organisasi.
Ketiga, setelah proses analisis dan asesmen Anda perlu melakukan kontrol dan monitor risiko tersebut.
Dalam mengontrol asesmen risiko, Ada dua hal yang perlu Anda perhatikan; menghindari risiko dan mentransfer risiko.
Menghindari risiko bisa dilakukan dengan melakukan aksi preventif mulai dari proses operasional. Misalnya saja, melanjutkan WFH, memberlakukan WFO dengan standar kesehatan, adaptasi jam kerja, dan adaptasi dengan vendor/klien.
Selanjutnya adalah mentransfer risiko. Apa maksudnya?
Transfer risiko maksudnya adalah meminta bantuan pihak kedua untuk menanggulangi risiko. Misalnya untuk urusan HRIS management, Anda bisa berkonsultasi dengan konsultan HR atau penyedia layanan software HRIS.
Setelah melakukan identifikasi, analisis, asesmen, dan kontrol risiko hal terakhir yang perlu Anda lakukan adalah memantau hasil manajemen risiko yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas strategi yang dijalankan.
Bagaimana HR bisa berperan dalam industri di masa depan? Simak artikel Bagaimana Cara Mendesain HR di Masa Depan?
Panduan Ketiga: WFO atau WFH?
Pilihan WFO (work from office) atau WFH (work from home) sangat bergantung dengan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan.
Misalnya saja untuk industri manufaktur sangat mustahil untuk mencapai targetnya jika karyawannya bekerja dari rumah atau industri-industri yang membutuhkan interaksi langsung dengan orang seperti industri pariwisata, event, atau retail.
Namun bagi perusahaan yang masih memungkinkan karyawannya bekerja dari rumah, opsi melanjutkan work from home tetap bisa menjadi pilihan dengan catatan, apakah produktivitas SDM tetap stabil? Jika produktivitas tidak stabil karena WFH, Anda juga bisa memilih opsi work from office.
Terlepas dari dua opsi tersebut, para perusahaan perlu memperhatikan keamanan tempat kerja apabila opsi work from office dilaksanakan agar karyawan tetap aman dalam bekerja. Berikut beberapa langkah yang harus Anda lakukan jika ingin memberlakukan work from office.
Memberlakukan shift atau rotasi jadwal
Syarat lingkungan kerja yang aman adalah menjaga jarak tiap meja kerja sejauh 1,5 meter. Penerapan jaga jarak ini tidak mungkin bisa dilakukan apabila seluruh karyawan masuk ke kantor.
Oleh karena itu perusahaan bisa menyiasatinya dengan membagi jadwal kerja atau dengan sistem shift kerja. Anda bisa mencoba dengan membagi jadwal kerja kepada tiap divisi.
Misalnya saja Anda menjalankan bisnis kreatif. Tim desain bisa masuk di hari senin dan selasa. Tim marketing bisa masuk di hari rabu dan kamis. Sedangkan di hari jumat adalah hari wajib work from home.
Menyediakan Personal Safety Equipment
Jika Perusahaan Anda memiliki alokasi dana untuk keamanan karyawan. Menyediakan PSE atau personal safety equipment menjadi opsi terbaik untuk mencegah adanya penularan baru di lingkungan kerja.
Anda bisa menyediakan masker, face shield atau sarung tangan. Selain itu Anda juga bisa menyediakan vitamin atau immunity supplement tiap bulannya sebagai bentuk kompensasi kepada karyawan
Mendukung Sarana Sanitasi
Hal ini merupakan kewajiban bahkan sangat dianjurkan oleh WHO. Misalnya membiarkan pintu tempat kerja terbuka dan beralih dengan absensi online.
Anda juga wajib menyediakan peralatan sanitasi seperti hand sanitizer atau air sabun di titik-titik tertentu misalnya di depan lift atau di depan pintu masuk.
Melakukan screening karyawan ketika memasuki gedung
Langkah ini juga menjadi hal wajib yang dilakukan bagi pemilik gedung perkantoran. Misalnya menyediakan lajur jalan, memeriksa suhu badan karyawan yang akan memasuki gedung, atau memeriksa surat izin bekerja dari perusahaan.
Memodifikasi Instalasi ruang kerja
Anda bisa memodifikasi ruang kerja dengan memberikan sekat pada meja kerja atau memberikan jarak meja kerja antar karyawan.
Anda juga bisa memasang filtrasi udara atau meningkatkan ventilasi pada ruang kerja agar sirkulasi udara pada ruang kerja bisa berputar dengan baik.
Membersihkan ruang kerja secara rutin
Perusahaan harus secara rutin membersihkan fasilitas kantor dengan disinfektan. Area yang menjadi prioritas pembersihan antara lain peralatan kantor yang bersentuhan langsung dengan tangan misalnya meja, keyboard, mouse, telepon dan juga gagang pintu.
Anda juga bisa menyediakan disposable tissue di meja karyawan masing-masing untuk membersihkan meja dan peralatan kantor secara rutin.
Panduan Keempat: Adaptasi dan Komunikasi
Panduan terakhir adalah bagaimana perusahaan mampu beradaptasi dalam situasi yang ada dan juga meningkatkan arus komunikasi dengan karyawannya.
Komunikasi
Fungsi dari meningkatkan kualitas dan arus komunikasi maksudnya adalah untuk mempertahankan mental positif karyawan. Karena di masa pandemi, kesehatan mental karyawan memiliki risiko yang sama dengan kesehatan fisik karyawan.
Ketakutan, stres, dan rasa was-was menjadi faktor kesehatan mental yang perlu diperhatikan.
Salah satu cara meningkatkan komunikasi karyawan adalah terbuka dengan karyawan tentang keputusan manajemen, memberikan informasi terkini tentang pandemi sebagai bentuk rasa kepedulian, dan juga membuat survei kesehatan karyawan untuk memantau kesehatan mereka.
Adaptasi
Beradaptasi yang dimaksud seperti yang telah disinggung sebelumnya yaitu perusahaan mampu beradaptasi dengan ketidakpastian dan kecepatan informasi. Di masa krisis terutama pandemi, persaingan akan berjalan lebih cepat dan sangat tidak pasti.
Oleh karena itu otomasi dalam beberapa sektor operasional perlu dilakukan. Misalnya saja menggunakan software ERP untuk mempermudah dokumentasi keuangan atau software HRIS untuk mempermudah tata kelola karyawan.
Baca juga:Â Perkembangan Absensi Karyawan dari Analog Hingga Digital
Talenta, Software HRIS untuk Persiapkan Antisipasi Gelombang Kedua Virus Corona
Talenta adalah software as a service yang menyediakan layanan HRIS seperti layanan mandiri karyawan (ESS), slip gaji online, absensi online, dan juga perhitungan gaji otomatis.
Layanan ESS atau employee self-service memungkinkan perusahaan dapat mengakses data dan kebutuhan kerja secara mandiri melalui portal ESS yang disediakan oleh Talenta. Melalui portal ESS, karyawan bisa mengajukan cuti dengan mudah.
Selain itu karyawan juga bisa mengubah data pribadi, menerima slip gaji bahkan di hari libur, dan juga meminta reimbursement melalui portal ESS Talenta.
Sebagai bentuk kampanye touchless di era new normal dan mengantisipasi gelombang kedua Virus Corona, absensi online sebagai moda absensi pengganti mesin sidik jari juga menjadi prioritas. Dilengkapi fitur geo tagging dan juga selfie, karyawan bisa melakukan absensi tanpa harus meletakkan jari di mesin sidik jari.
Masih banyak fitur Talenta yang bisa membuat Anda beradaptasi dengan new normal  atau kondisi dimana gelombang kedua pandemi menjadi ancaman. Anda juga bisa mencoba Talenta gratis di sini!